Daya saing produk Indonesia di pasar internasional

Baroh, I., Setiawan, B., Hanani, N., and Koestiono, D. 2014. Indonesian Coffee Competitiveness in the International Market: Review from the Demand Side. International Journal of Agriculture Innovations and Research, 3(2): 605-609.

Ghani, E. N., Zakir and Akhter, N. 2008. Changing Revealed Comparative Advantage: A Case Study of Foot Wear Industry in Pakistan. Pakistan Development Review, 47(4), 659-709.

Hanani, N., Asmara, R. and Fahriyah. 2014. Persaingan Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Internasional. Jurnal Perhepi, 1(2): 78-91

Hervinaldy, H. 2017. Strategi Pemerintah Indonesia dalam Meningkatkan Ekspor Kopi ke Amerika Serikat. JOM FISIP, 4(2): 1-15

International Coffee Organization (ICO). 2019. Historical data on The Global Coffee Trade [Internet]. Retrieve18 Januari 2019]. From http: //www.ico.org/new_historical.asp.

Krishnan, S. 2017. Sustainable Coffee Production.USA: Oxford University Press USA. https://www.researchgate.net/publication/318358952

Lindung, dan Jamil, A.S. 2018. Posisi Daya Saing dan Tingkat Konsentrasi Pasar Ekspor Karet Alam Indonesia di Pasar Global. Jurnal Agrisep, 17(2), 119-128.

Nurlatifah, H. 2011. Analisis Daya Saing Produk-Produk Indonesia di Pasar China. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, 1(1):1-10.

Nalurita, S., Asmarantaka, R.W. dan Jahroh, S. 2014. Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia. Jurnal Agribisnis Indonesia, 2(1): 63-74.

Oktaviana, N., Mashuri dan Hartono, S. 2017. Competitiveness of Tea Exports in Asean: A Constant Market Share Analysis. Ilmu Pertanian, 1(2):88-93.

Oktaviani, R. Widyastutik dan Novianti, T. 2009. Integrasi Perdagangan dan Dinamika Ekspor Indonesia ke Timur Tengah (Studi Kasus: Turki, Tunisia dan Maroko). Jurnal Agroekonomika PSEKP, 26(2), 167-190.

Ponte, S. “The Latte Revolution”? Regulation, Markets and Consumption in the Global Coffee Chain. World Development, 30 (2002), 1099-1122.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian [Pusdatin]. 2018. Outlook Kopi (Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Qineti, A., Rajcaniova, M., and Matejkova, E. 2009. The Competitiveness and Comparative Advantage of The Sloval and The EU Agri-Food Trade with Russia and Ukraine. Agric.Econ, 55(8), 375-383.

Rifin, A. Export Competitiveness of Indonesia’s Palm Oil Product. Trends in Agriculture Economics. 1-18.

Rizwan-ul-Hassan, M. 2013. An Analysis of Competitiveness of Pakistan’s Agricultural Export Commodities. IOSR Journal of Business and Managemenet, 11(5), 29-34.

Rofi, A. 2018. Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Kopi di Desa Boafeo Kecamatan Maukaro Kabupaten Ende NTT. Majalah Geografi Indonesia, 32(1): 77-83.

Rosiana, N., Nurmalina, R., Winandi, R. and Rifin, A. 2017. The Level of Comparative Advantages of World Main Coffee Producers. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 11(2): 227-246.

Setiawan, A.E. dan Sugiarti, T. 2016. Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Kopi Indonesia ke Malaysia dalam Skema CEPT-AFTA. Jurnal Agriekonomika, 5(2): 212-220.

Sinta, N.M., Alamsyah, Z. dan Elwamendri. 2017. Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia dan Vietnam di Pasar ASEAN. Jurnal Ilmuah Sosio Ekonomika Bisnis, 20(1).

Thin, N. N., 2015. The flora and species diversity. National University Hanoi. Available: http://www.tranchitinh.com/2014/01/nguon-goc-va-su-phan-bo-cay-ca-pheo-viet-nam.html. Accessed 4 January 2019.

JAKARTA– Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan akreditasi menjadi sangat penting bagi sebuah produk. Jika produk nasional yang dihasilkan oleh suatu badan usaha atau rantai pasok tanpa dilengkapi standardisasi dan akreditasi, maka ini akan menyebabkan produk tersebut tidak mampu bersaing ditingkat global.

“Semua produk baik berupa barang dan jasa ini harus dilakukan akreditasi, supaya produk mampu bersaing. Barang itu baik kalau sudah ada pengakuan. Pengakuan dari suatu lembaga akreditasi akan menambah nilai produk. Produk yang tidak terstandarisasi, tidak mampu bersaing,” ujar Menristekdikti Mohamad Nasir saat membuka Temu Nasional Pemangku Kepentingan Bidang Akreditasi dalam rangka Peringatan Hari Akreditasi Dunia 2019 di Auditorium BPPT lantai 3 Thamrin Jakarta, Selasa (25/6).

Menurut Menteri Nasir, akreditasi memainkan peran yang sangat penting dalam mengurangi biaya perdagangan dan kegiatan bisnis, meningkatkan transfer teknologi, serta meningkatkan investasi.

“Jaminan akreditasi memungkinkan pelaku bisnis untuk berintegrasi ke dalam rantai pasok global, dengan membuktikan mutu produk melalui “bahasa teknis” yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan antar mitra bisnis,” ujar Nasir.

Nasir juga mengatakan, kesadaran masyarakat terhadap produk yang telah distandarisasi masih rendah. Hal ini disebabkan edukasi terhadap masyarakat tentang produk-produk berstandarisasi belum optimal. Sebagai contoh produk sate ayam dikemas dengan baik mampu bertahan 4 bulan, akan meningkatkan nilai tambah produk. Begitu juga tempe distandarisasi dengan mutu bisa diekspor ke luar negeri.

Pada kesempatan tersebut Kepala Badan Standarisasi Nasional Bambang Prasetya mengatakan Peringatan Hari Akreditasi Dunia 2019 berfokus pada tema “Accreditation: Adding Value to Supply Chains”. Akreditasi yang didukung oleh standar yang disepakati secara internasional, merupakan kegiatan penilaian kesesuaian untuk memastikan kompetensi dari pengujian, kalibrasi, sertifikasi dan inspeksi dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan secara internasional.

Saat ini lembaga sertifikat halal yang ada di Indonesia sudah terakreditasi KAN. Setelah adanya saling pengakuan, kini kegiatan ekspor ke Uni Emirat Arab dalam konteks pengakuan sertifikat halal sangat lancar.

“Objektifitas, transparansi, dan keterbukaan dalam proses akreditasi, yang menghasilkan lembaga penilaian kesesuaian yang kompeten, konsisten dan imparsial, menunjukkan akreditasi dapat menjadi jaminan yang kredibel dan terpercaya dalam mendukung perdagangan. Dapat dikatakan, akreditasi akan memberikan nilai lebih pada rantai pasok perdagangan,” ujar Bambang

Deputi Bidang Akreditasi BSN sekaligus Sekretaris Jenderal KAN, Kukuh S. Ahmad mengatakan, sampai dengan April 2019, KAN telah mengakreditasi 2.057 lembaga penilaian kesesuaian (LPK) yang terdiri dari 1.675 laboratorium (1315 laboratorium penguji, 278 laboratorium kalibrasi, 64 laboratorium medik, 18 penyelenggara uji profisiensi / uji banding antara laboratorium), 96 lembaga inspeksi dan 286 lembaga sertifikasi untuk berbagai skema, diantaranya skema akreditasi untuk sistem manajemen mutu SNI ISO 9001, sertifikasi produk, sertifikasi person, dan lain-lain.

Saat ini, KAN telah diakui secara internasional untuk 12 skema akreditasi yang dioperasikan karena sudah dipastikan kompetensinya melalui evaluasi oleh sesama anggota dari forum kerjasama badan akreditasi internasional yaitu International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) dan International Accreditation Forum (IAF). 12 skema akreditasi yang telah diakui internasional tersebut adalah 1) laboratorium penguji, 2) laboratorium kalibrasi, 3) lembaga inspeksi, 4) laboratorium medik, 5) penyelenggara uji prosfisiensi, 6) Sertifikasi sistem manajemen mutu, 7) Sertifikasi sistem manajemen lingkungan, 8) Sertifikasi produk, 9) Sertifikasi person, 10) Sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan, 11) Sertifikasi sistem manajemen keamanan informasi dan 12) Sertifikasi sistem manajemen energi.

“Pengakuan tersebut menunjukkan kontribusi KAN dalam memfasilitasi penerimaan produk dan jasa Indonesia ke berbagai negara, sekaligus menciptakan infrastruktur global untuk mendukung perdagangan, pemenuhan regulasi, dan jaminan serta peningkatan kepercayaan terhadap rantai pasok,” ujar Kukuh.

Turut hadir dalam acara tersebut, Direktur Jenderal penguatan riset dan pengembangan Muhammad Dimyati, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk halal Sukoso, Sekretaris Utama Badan Standardisasi Puji Winarni serta tamu yang lainnya.

Biro Kerjasama dan Komunikasi PublikKemenristekdikti

dan Humas Badan Standardisasi Nasional

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi performa ekspor produk arang Indonesia di pasar internasional periode tahun 2013-2017. Produk arang yang dianalisis terdiri dari charcoal from bamboo (HS 440210) dan wood charcoal from other than bamboo (HS 440290). Penelitian ini menggunakan tiga metode penghitungan yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur keunggulan komparatif, Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengukur keunggulan kompetitif, dan Constant Market Share Analysist (CMSA) untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor produk. Nilai Indeks Revealed Comparative Advantage pada penelitian menunjukkan bahwa produk arang Indonesia memiliki daya saing komparatif yang sangat kuat dengan nilai >1. Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) menunjukkan bahwa produk arang Indonesia berada pada tahap kematangan dengan nilai 0,9 < ISP ≤ 1. Analisis Constant Market Share (CMS) menunjukkan bahwa faktor daya saing, komposisi komoditas, dan pertumbuhan standar memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekspor produk arang Indonesia dengan faktor yang paling kuat adalah faktor daya saing produk.

  1. Home /
  2. Archives /
  3. Vol 2 No 1 (1999) /
  4. Articles

DOI: https://doi.org/10.21098/bemp.v2i1.193

Persaingan global merupakan karakteristik utama ekonomi menuju abad 21 yang mengakibatkan semakin terbukanya ekonomi suatu negara terhadap dunia luar.  Globalisasi menghasilkan suatu kondisi ke arah pasar bebas (free trade area) yang membuat dunia sebagai borderless states atau semakin terkikisnya hambatan-hambatan perdagangan, lalu lintas keuangan internasional dan keluar masuknya arus modal serta tenaga kerja. Kecenderungan ini sudah terlihat dengan adanya kesepakatan perdagangan internasional seperti APEC, AFTA, dan NAFTA yang makin mendorong keluar masuknya faktor produksi ke suatu negara. Arus globalisasi ini akhirnya menimbulkan beberapa akibat.