Contoh Soal Jurnal PENYESUAIAN perusahaan Dagang Metode Periodik

Dalam setiap bisnis, seorang pelaku usaha pasti akan melakukan pencatatan jurnal penyesuaian perusahaan dagang ataupun jasa. Semuanya tergantung dari jenis bisnis yang Anda lakukan. Untuk Anda yang memiliki usaha seperti menjual barang atau produk, membuat catatan jurnal penyesuaian perusahaan dagang merupakan salah satu hal yang wajib Anda lakukan. Sebab, tanpa memo tersebut, neraca keuangan pasti tidak akan stabil.

Biasanya, jurnal penyesuaian perusahaan dagang ini dibuat untuk mencatat seluruh invoice atau tagihan yang diberikan kepada pelanggan. Selain itu, jurnal ini dirancang untuk melakukan pengkoreksian tagihan yang telah dicatat. Dengan kata lain, jurnal ini digunakan untuk memeriksa kesalahan yang biasanya terjadi secara tidak sengaja (human error).

Perusahaan dagang adalah sebuah bentuk usaha yang mana menjual lagi sebuah barang tanpa mengubah sifat ataupun fungsi barangnya. Dengan kata lain, jika Anda membeli sebidang tanah, Anda langsung menjualnya kepada orang lain dengan tujuan hanya untuk meraih laba ataupun keuntungan.

Pencatatan jurnal ini dikelompokan ke dalam dua hal yang meliputi:

  • Deferal: Penangguhan pengakuan pendapatan dan beban yang belum dicatat ke dalam akun.
  • Akrual: Pengakuan atas pendapatan dan beban yang belum dicatat ke dalam akun.

Sejatinya, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam membuat jurnal penyesuaian dalam perusahaan dagang dan jasa. Akan tetapi, di dalam melakukan pencatatan di perusahaan dagang, ada 8 akun yang harus dibuat Namun, akun-akun tidak perlu diformat di perusahaan jasa.

1. Persediaan Barang Dagang (PDB)

Dalam melakukan penghitungan jurnal penyesuaian perusahaan dagang di PDB, ada dua metode yang harus dilakukan, yakni:

Pendekatan Ikhtisar Laba Rugi

Laba rugi selalu identik dengan penjualan sebuah produk. Biasanya, hal ini dipengaruhi oleh persediaan awal dan akhir terhadap harga jual sebuah produk yang akan dijual kepada pelanggan. Untuk mempermudah pembuatan ikhtisar laba rugi, Anda bisa mengingat “IPPI“. Sebagai contoh:

Di akhir periode, saldo persediaan barang awal adalah 5.000.000,- dan saldo persediaan akhir adalah 7.000.000,- bagaimana cara pembuatan ikhtisar laba ruginya?

Ikhtisar Laba Rugi: Rp. 5.000.000,-

Persediaan Barang Dagang Awal: Rp. 5.000.000,-

Persediaan Barang Dagang Akhir: Rp. 7.000.000,-

Ikhtisar Laba Rugi: Rp. 7.000.000,-

Metode Harga Pokok Penjualan (HPP)

Berbeda dengan PDB sebelumnya, Harga Pokok Penjualan itu tidak hanya menghitung persediaan barang dagang tetapi juga empat akun lainnya, yaitu pembelian, beban angkut pembelian, retur pembelian & pengurangan harga (PH) serta potongan pembelian. Agar lebih mempermudah, silahkan lihat contohnya di bawah sini:

Diketahui persediaan barang dagang awal sebesar Rp. 8.000.000,- dengan melakukan pembelian sebesar Rp. 20.000.000,-retur pembelian dan PH sebesar Rp. 800.000,-. Beban angkut yang dibayarkan sebesar Rp. 400.000,- dan dengan potongan pembelian Rp. 150.000,-. Persediaan barang dagang akhir mencapai Rp. 10.000.000,-. Bagaimana cara menghitungnya?

HPP: Rp. 8.000.000

Persediaan Barang Dagang Awal: Rp. 8.000.000

HPP: Rp. 20.000.000

Pembelian: Rp. 20.000.000

HPP: Rp. 400.000

Beban Angkut Pembelian: Rp. 400.000

Retur Pembelian dan PH: Rp. 800.000

HPP: Rp. 800.000

Potongan Pembelian: Rp. Rp. 150.000

HPP: Rp. 150.000

Persediaan Barang Dagang Akhir: Rp. 10.000.000

HPP: Rp. 10.000.000

2. Perlengkapan

Dalam konteks jurnal penyesuaian perusahaan dagang, perlengkapan kerap kali dianggap sebagai harta lancar atau biasa disebut sebagai current assets. Jika Anda ingin membuat catatan mengenai perlengkapan ini, Anda harus mengetahui nominal perlengkapan yang digunakan ataupun sudah digunakan sebelumnya.

Sebagai contoh, misalkan saldo akun perlengkapan perusahaan Anda pada bulan Juni 2018 lalu berjumlah Rp. 1.500.000,- akan tetapi di akhir periode, sisa akunnya mencapai Rp. 500.000,-. Lantas, berapakah jumlah perlengkapan yang seharusnya dicatatkan?

Rp. 1.500.000- Rp. 500.000= Rp. 1.000.000

Di dalam jurnal tersebut, nominal perlengkapan tertera merupakan sisa akun yang digunakan. Jadi, Anda bisa menulisnya dengan nominal Rp. 1.000.000,-

3. Beban Dibayar di Muka

Beban yang dibayar pada awal periode sebuah peminjaman atau pembelian barang dan produk untuk mempermudah pekerjaan. Biasanya, seorang pelaku usaha melakukan hal ini ketika akan menyewa atau membeli gedung. Beban dibayar di muka dapat diklasifikasikan ke dalam dua hal, yaitu Harta dan Beban. Agar lebih mudah, silahkan cek contoh di bawah ini.

Pada awal bulan Agustus 2018, perusahaan A menyewa sebuah ruko untuk bekerja selama setahun dengan nominal Rp. 3.000.000/bulannya. Namun, karena hanya digunakan hingga akhir tahun 2018, biaya sewa yang dikeluarkan hanya 5 bulan. Bagaimana cara menghitung bebannya?

Dihitung hanya 5 bulan (Agustus – Desember).

5 x (Rp. 3.000.000: 12 (bulan dalam tahun)) = Rp. 1.250.000,-

4. Pendapatan Diterima di Muka

Pendapatan yang diterima terlebih dahulu atas transaksi terhadap pelanggan walaupun produknya belum dikirimkan. Pendapatan jenis ini bisa dimasukkan sebagai utang ataupun pendapatan. Sebagai contoh, Anda bisa lihat soal di bawah ini.

Sebagai seorang pemilik gedung, Anda menerima pembayaran uang sewa sebanyak Rp. 5.000.000,- selama satu tahun. Akan tetapi, penyewa baru memulai peminjamannya di bulan Oktober.

Jika Anda mencatat sebagai hutang

Perhitungan dilakukan selama 3 bulan penyewaan karena dimulai dari awal Oktober hingga akhir tahun. Jadi,

3 x (Rp. 5.000.000 : 12 (bulan dalam tahun))= Rp. 1.250.000

Jika Anda mencatat sebagai pendapatan

Perhitungannya dilakukan selama sisa bulan tanpa pemakaian jadi dari awal Januari hingga September, 9 bulan.

9 X (Rp. 5.000.000 : 12 (bulan dalam tahun))= Rp. 3.750.000

5. Beban yang Harus Dibayar

Beban yang harus dibayar biasa juga disebut sebagai hutang merupakan tunggakan yang dimiliki seorang pengusaha dan dibayarkan setiap akhir periodenya. Misalkan, Anda memiliki 5 karyawan, jadi anda mempunyai beban pembayaran gaji yang harus dibayarkan. Agar lebih mudah, silahkan cek contoh di bawah ini:

Sebuah perusahaan mempunyai 100 karyawan. Perusahaan tersebut harus membayar gaji mereka dengan rincian 5 orang pemimpin Rp. 15.000.000/bulan dan 95 orang staff dengan gaji Rp. 7.000.000/bulan. Lantas, berapa beban yang harus dibayar setiap bulannya oleh perusahaan itu?

Penghitungan:

5 (Pemimpin) x 1 bulan x Rp. 15.000.000= Rp. 75.000.000,-

95 (staff) x 1 bulan x Rp. 7.000.000= Rp. 665.000.00,-

Jika dijumlah, beban yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp. 740.000.000

6. Pendapatan yang Masih Harus Diterima

Ini merupakan sebuah pendapatan yang akan diterima oleh sebuah perusahaan di masa mendatang lantaran mereka belum mendapatkan bayaran dari pelanggannya. Dengan kata lain, pendapatan ini merupakan sisa hutang yang belum dibayarkan namun akan didapatkan kemudian hari. Biasanya, para pelaku usaha juga menyebut ini sebagai piutang pendapatan. Contohnya:

Klien X membeli 10 ton beras terhadap pengusaha A dengan jumlah nominal harga mencapai Rp. 200.000.000,- namun ia membayarnya dalam 5 tahap dengan nominal yang serupa. Berapa biaya yang dibayarkan olehnya?

Rp. 200.000.000 : 5 (tahap) = Rp. 40.000.000

Jadi, piutang pendapatan yang dapat ditulis di dalam jurnal penyesuaian perusahaan dagang adalah Rp. 40.000.000,-

7. Penyusutan dalam Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang

Penyusutan merupakan kerugian yang mana dialami sebuah usaha karena menurunnya harga nilai aktiva tetap. Biasanya, benda-benda yang mengalami penyusutan adalah kendaraan bermotor (mobil, motor), mesin untuk pekerjaan dan harga gedung. Lihat contoh di bawah untuk mempermudah pemahaman Anda.

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, menetapkan penurunan 7% setiap tahunnya terhadap sebuah mobil yang akan dijual di sana dengan harga rata-rata Rp. 150.000.000,-. Jadi, berapakah nilai penyusutannya?

Rp. 150.000.000 x 7% = Rp. 10.500.000,-

Jadi, biaya penyusutan yang akan dicatat adalah Rp. 10.500.000,-

8. Piutang Tak Tertagih

Piutang tak tertagih merupakan sejumlah tunggakan pembayaran yang tidak dibayarkan oleh pihak pelanggan terhadap pelaku usaha. Biasanya, hal ini juga dianggap sebagai beban perusahaan. Dalam konteksnya, hal ini mengacu kepada pembayaran yang dilakukan dengan cara mencicil dalam beberapa periode tertentu. Lihat contoh agar lebih jelasnya.

Sebuah perusahaan telah menetapkan sejumlah 3% piutang tidak tertagih dari jumlah total tunggakan yang mencapai Rp. 20.000.0.00,-. Berapakah jumlah yang akan dituliskan di dalam jurnal?

Rp. 20.000.000 x 3%= Rp. 600.000,-

Jumlah yang harus dituliskan di dalam jurnal adalah sebesar Rp. 600.000,-

Demikianlah penjabaran mengenai jurnal penyesuaian perusahaan dagang. Semoga dapat membantu Anda dalam menangani usaha bisnis di kemudian hari. Jika Anda membutuhkan mitra terbaik dalam melakukan penagihan terhadap pelanggan, kenapa tidak coba Paper.id saja?

(Visited 47.147 times, 6 visits today)

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 17 are not shown in this preview.