Contoh konflik ideologi yang pernah terjadi di Indonesia

Oleh:

Antara Foto/Hadiyanto. Kerusuhan di Jl. Ciledug Raya, Tangerang, Jawa Barat, Jumat (15/5/1998).

Bisnis.com, SOLO - 76 tahun sudah Indonesia merdeka. Selama itu pula, bangsa ini telah melewati berbagai peristiwa bersejarah.

Sayangnya, tak semua kejadian tersebut meninggalkan suka. Beberapa di antaranya menjadi kenangan kelam dalam sejarah Tanah Air dan terutamanya masyarakat yang terdampak.

Baca Juga : 6 Fakta Film G30S/PKI, Raih 2 Penghargaan FFI

Sebut saja G30S/PKI. Peristiwa yang juga dikenal sebagai Gestapu atau Gestok ini merupakan upaya kudeta Presiden Soekarno yang dipimpin oleh Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa, Letkol (Inf) Untung.

Persoalannya, peristiwa tersebut tidak hanya membuat tujug anggota TNI Angkatan Darat, yakni Letnan Jendral A Ahmad Yani, Mayor Jendral R Soeprapto, Mayor Jendral MT Haryono, Mayor Jendral S Parman, Brigadir Jendral DI Panjaitan, Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre A Tendean kehilangan nyawanya.

Baca Juga : Film G30S/PKI dan Upaya Soeharto Melanggengkan Kekuasaan

Lebih dari itu, ia juga berbuntut pada sebuah operasi yang dikenal dengan Operasi Penumpasan G30S/PKI yang dipimpin oleh Panglima Kostrad dengan bantuan beberapa pasukan, seperti Divisi Siliwangi, Kaveleri, dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo.

Namun demikian, tidak hanya G30S/PKI yang masuk dalam daftar peristiwa kelam yang pernah terjadi di Nusantara. Sejumlah peristiwa berikut pun turut menjadi kenangan buruk bagi bangsa ini.

1. Pemberontakan PKI Madiun

Pemberontakan PKI Madiun terjadi pada 18 September 1948. Gerakan tersebut bertujuan membentuk negara Republik Indonesia Soviet dan mengganti dasar negara, yakni Pancasila, dengan komunisme. Adapun alasan yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa ini di antaranya, yakni:- Kedekatan Amir Syarifuddin dengan tokoh PKI, Muso, dan cita-citanya dalam menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia.- Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditandatanganinya perjanjian Renville yang merugikan Indonesia.

- Program Pengembalian 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan penghematan biaya.

Untuk mengakhiri pemberontakan, Soekarno kala itu lantas memperlihatkan pengaruhnya dengan meminta rakyat memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir. Di sisi lain, Panglima Besar Sudirman juga memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur guna menjalankan operasi penumpasan dengan dibantu para santri.

2. Kerusuhan Dili November 1991/Insiden Santa Cruz

Dikutip dari Tempo, pada Oktober 1991, sebuah delegasi yang terdiri dari anggota parlemen Portugal dan 12 orang wartawan dijadwalkan akan mengunjungi Timor Timur. Namun, rencana itu dibatalkan karena pemerintah Indonesia keberatan atas rencana kehadiran wartawan Australia yang mendukung gerakan kemerdekaan FRETILIN, Jill Jolliffe, sebagai anggota delegasi itu. Tak pelak, keputusan itu menyebabkan kekecewaan mahasiswa pro-kemerdekaan yang berusaha mengangkat isu-isu perjuangan di Timor Timur.

Puncaknya pada 28 Oktober, pecahlah konfrontasi antara aktivis pro-integrasi dan kelompok pro-kemerdekaan yang pada saat itu tengah melakukan pertemuan di gereja Motael Dili. Afonso Henriques dari kelompok pro-integrasi tewas dalam perkelahian dan seorang aktivis pro-kemerdekaan, sedangkan Sebastião Gomes yang ditembak mati oleh tentara Indonesia.

Lalu, pada 12 November 1991, para demonstran mengadakan aksi protes terhadap pemerintahan Indonesia atas prosesi penguburan Sebastião Gomes. Namun, saat memasuki kuburan, pasukan Indonesia justru mulai menembak. Sebanyak 271 orang dilaporkan tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang.

Pembantaian ini disaksikan oleh dua jurnalis Amerika Serikat, Amy Goodman dan Allan Nairn, dan terekam dalam pita video oleh Max Stahl. Video itu lalu digunakan dalam dokumenter First Tuesday bertajuk In Cold Blood: The Massacre of East Timor.

3. Kerusuhan Mei 1998

Dilansir dari Tempo, kerusuhan Mei 1998 merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia atau HAM secara besar-besaran. Tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998, dan sehari setelahnya, 13 Mei sampai 15 Mei 1998 menyusul peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM lainnya adalah saksi bisu atas peristiwa tersebut.

Koordinator Investigasi dan Pendataan Tim Relawan, Sri Palupi, pernah menganalisis kerusuhan tersebut dan mendapat kesimpulan bahwa Kerusuhan Mei 1998 disebabkan oleh sentimen SARA yang telah lama berlangsung yang kemudian dimanfaatkan untuk memicu kericuhan akibat krisis moneter.

4. Konflik Sampit 2001

Konflik Sampit yang terjadi pada awal 2001 ini juga melibatkan unsur SARA. Kegaduhannya dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah, namun kemudian meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.

Namun demikian, dalam bukunya, Perang Kota Kecil: Kekerasan Komunal dan Demokratisasi di Indonesia, Gerry van Klinken mengatakan bahwa konflik tersebut tak lepas dari persoalan sosial-ekonomi lokal, seperti kompetisi antara para penambang emas.

“Hutan-hutan Kalimantan Tengah telah lama menjadi wilayah perbatasan yang tak mengenal hukum, dan ketegangan-ketegangan baru-baru itu membantu memastikan agar kelompok-kelompok pekerja etnis kadang-kadang bentrok dengan satu sama lain” [hlm. 220].

5. Kerusuhan Ambon 2011

Kerusuhan ini diawali oleh bentrokan antarwarga di Kota Ambon, Maluku, pada 11 dan 12 September 2001. Dua kelompok massa diketahui saling melempar batu, memblokir jalan, dan merusak kendaraan di sejumlah titik di Ambon, hingga mengakibatkan tujuh orang tewas, lebih dari 65 orang luka-luka, dan ribuan orang mengungsi.

Sementara itu, dikutip dari crisisgroup.org, kerusuhan ini dipicu oleh kematian seorang tukang ojek yang melibatkan unsur SARA. Polisi mengatakan ia meninggal karena kecelakaan, tetapi berdasarkan jenis lukanya dan beberapa faktor lain, keluarga yakin ia dibunuh. Pesan-pesan sms bahwa ia telah disiksa dan dibunuh pun ramai beredar. Lalu, saat almarhum dimakamkan dan ratusan pelayat meninggalkan pemakaman, kerusuhan pun meletus.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Contoh konflik ideologi yang pernah terjadi di Indonesia

Contoh konflik ideologi yang pernah terjadi di Indonesia
Lihat Foto

KOMPAS/ WAWAN H PRABOWO

Warga mengunjungi Monumen Pancasila Sakti di kawasan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (30/9/2014). Monumen tersebut dibangun untuk menghormati para Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa Gerakan Tiga Puluh September atau G-30-S/PKI pada 1965.

KOMPAS.com - Selama mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa peristiwa pergoakan terjadi di dalam negeri. 

Dikutip dari buku The Decline of Constitunional Democracy in Indonesia (2006) karya Herbet Feith, aliran politik besar di Indonesia setelah kemerdekaan terbagi menjadi lima kelompok. Di mana masing-masing kelompok membawa ideologinya sendiri. 

Lima kelompokn airan politik besar, yakni: 

  1. Komunis oleh PKI
  2. Islam diwakili oleh NU dan Masyumi 
  3. Sosialisme demokrat oleh PSI
  4. Tradisionalisasi Jawa oleh PIR, kelompok kebatinan, dan Pamongpraja
  5. Nasionalisme radikal, salah satunya dari PNI

Baca juga: Berbagai Pergolakan di Dalam Negeri (1948-1965)

Lihat Foto kemdikbud.go.id Pemberontakan di Madiun (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); Peristiwa pemberontakan 

Dilansir dari Sejarah Indonesia Modern (2008) karya RIcklefs, beberapa peristiwa yang berkaitan dengan ideologi Indonesia sebagai berikut:

Pemberontakan DI TII

Pemberontakan yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo, dilatarbelakangi keinginan Kartosuwiryo sebagai pemimpin dalam negara buatannya bernama Negara Islam Indonesia (NII).  

Menurut Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI (1984) oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemberontakan ini meluas sampai di beberpa wilayah seperti Sulawesi Selatan. Aceh, Jawa Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Pemberontakan PKI Madiun

Pemberontakan PKI Madiun terjadi akibat kekecewaan pada hasil perundingan Renville. Golongan kiri yakni PKI dan golongan sayap kiri seperti Front Demokrasi Rakyat menginginkan kembali kekuasaan di bawah pemerintahan Amir Syariffudin. Hingga akhirnya Kolonel Nasution mengerahkan 22.000 prajurit Siliwangi pada Februari 1948.

Baca juga: Konflik dan Pergolakan Berkait dengan Sistem Pemerintahan

Persitiwa G30S

Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) dilatarbelakangi adanya isu Dewan Jenderal yang akan menggulingkan pemerintahan Sukarno. Puncak dari G30S adalah dengan dibunuhnya tujuh dewan jenderal dan menuduh PKI bertanggung jawab atas peristiwa berdarah itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya