Suatu ketika Umar Ibnul Khattab bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang gambaran takwa. Lalu ia menjawab dengan nada bertanya: “Bagaimana jika engkau melewati jalan yang penuh anak dan duri?” tanya Umar. “Tentu aku bersiap-siap dan hati-hati” Itulah takwa, kata Ubay bin Ka’ab
Baca juga: Akhlak Memuliakan Tetangga
Baca juga: Takwa dan Kemuliaan Manusia di Hadapan Allah
Baca juga: Syariat Menghormati Guru dan Orang Tua Renungan: Sudah berapa umur kita yang berlalu begitu saja.
Rabiah bin Ka’ab, seorang pelayan Nabi bercerita, sebagaimana diriwayatkan Muslim dalam sebuah hadist. ” Saya bermalam bersama Rasulullah Saw. Saya bawakan air wudhu untuk bersuci. Lalu beliau berkata,” Mintalah apa yang kau inginkan dariku”. Lalu saya jawab,” Saya ingin menjadi pengiringmu sampai di surga”. Kata beliau, ” Tak ada yang lain?” Cuma itu saja, kataku. Kata Nabi, ” Tolonglah dirimu dengan banyak bersujud”katanya. Sujud adalah aktifitas ibadah yang sangat penting. Ayat Al-Quran maupun hadist cukup berulang menganjurkannya. Dalam aktifitas shalat fardhu, misalnya, kita 17 kali sujud dalam sehari semalam. Jika kita menambah dengan shalat sunat, baik ba’diyah maupun qabliyah jumlahnya tentu kebih banyak lagi. Ayat Al-Quran yang bertaburan tentang sujud, menurut pengamatan ulama, mengandung beberapa kekhasan. Pertama, Allah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa semua makhluk yang ada di langit dan di bumi ini sujud kepada Allah. ” Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa, dan sujud pula bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari,” (ar-Ra’du: 15). “Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohon, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar dari pada manusia” (al-Hajj: 18). Kedua, perintah kepada manusia supaya bersujud kepada Allah. “Maka sujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia”(an-Najm; 62). ” Sujudlah serta mendekatlah kepada Allah (al-Alaq: 10). ” Sebagian dari ayat-ayat Tuhan ialah adanya malam dan siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan jangan pula kepada bulan tetapi sujudlah kepada Tuhan yang menciptakan semuanya itu, jikalau kamu benar-benar beribadat kepada-Nya” (Fushilat : 37). Ketiga, sujud itu sebagai tanda orang yang memiliki iman yang kuat dan orang berilmu. Di antara firman Allah dalam ayat berikut. “Katakanlah, berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan, apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud (al-Israa:107). Keempat, perintah Allah kepada manusia agar bersujud supaya mendapat kebahagiaan dan kemenangan. “Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan (al-Hajj:77). Kelima,orang yang tidak mau bersujud kepada Allah sebagai pertanda orang kafir. ” Di kala dibacakan Al-Quran kepada orang-orang kafir itu, mereka enggan buat sujud (al-Isyiqaq: 21). Dari ayat-ayat Al-Quran yang kita kutip di atas cukup jelas bahwa perilaku bersujud merupakan perbuatan atau katakanlah semacam ibadah yang disukai oleh Allah, sedangkan orang-orang yang tidak mau bersujud merupakan simbol pengingkaran kepada Allah. Dalam hadist Nabi juga dijelaskan keutamaan sujud ini. Sebuah ucapan Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan. ” Waktu yang paling dekat di antara seorang hamba dengan Tuhannya ialah ketika dia sujud. Oleh karena itu perbanyaklah doa di waktu sujud”. Sebuah hadist lain mengungkapkan ,” Tidaklah meletakkan seseorang akan keningnya karena bersujud kepada Allah, lalu dibacanya. ” Ya, Tuhanku, ampunilah aku! Melainkan setelah dia mengangkat kepalanya, dosanya sudah diampuni”. Sebuah doa yang baik dibaca kala bersujud diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tarmidzi.” Ya Allah, tuliskanlah pahala untukku di sisi Engkau dan lepaskanlah aku dari dosa karena sujud ini, dan jadikanlah sujudku ini jadi kekayaanku untuk nanti, dan terimalah dia, sebagai Engkau terima dari hamba Engkau Daud”. Sujud adalah perbuatan yang paling dibenci oleh iblis, karena sujud inilah makhluk yang dikutuk Allah ini terusir dari surga karena menolak sujud kepada Adam. Dan sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran bahwa syetan akan membalas dendam pada manusia dengan menjadikan manusia durhaka kepada Allah. Caranya, mempengaruhi manusia dengan berbagai tipu daya dengan memanfaatkan semua kelemahan manusia. “Kemudian saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (al-A’raf: 17). Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa iblis hanya bersumpah menggoda manusia dari empat penjuru (kanan-kiri, depan, belakang). Menurut Quraish Shihab, iblis tidak menyebutkan dua arah lagi yaitu dari atas dan dari bawah. Sebab, dari atas ia tidak akan mampu menggoda manusia yang selalu menggantungkan dan menghadapkan diri kepada Allah SWT, dari bawah syetan juga tidak kuasa menggoda manusia karena selalu sujud kepada Allah. Sehingga diceritakan, bahwa kening manusia yang sering sujud kepada Allah membuat iblis kabur dan lari tunggang langgang tidak kuasa memandangnya. Sujud Tilawah dan Syukur Karena sangat pentingnya nilai sujud ini maka setiap muslim disunatkan untuk melakukan sujud tilawah, yaitu sujud ketika mendengar ayat-ayat Sajdah dibaca seseorang (ada 15 ayat dalam Al-Quran). Kemudian kita juga dianjurkan sujud syukur ketika mendapat suatu rahmat, nikmat atau perlindungan dari Allah. Baik sujud tilawah atau sujud syukur adalah contoh perilaku yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Sujud syukur menandakan bahwa seorang muslim tahu berterima kasih dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Sedangkan sujud tilawah yang kita lakukan begitu mendengar ayat-ayat Sajdah dibaca sebagai tanda bahwa kita termasuk hamba yang patuh, taat dan selalu setia mengikuti perintah Allah, dan ini disimbolkan dengan perilaku kita yang langsung bersujud kepada-Nya. Dengan demikian sujud itu mengandung makna yang amat mendasar. Hamka mengatakan, sujud itu artinya tunduk dan patuh kepada Allah, insaf akan kerendahan diri kita di hadapan Allah, meyakini hanya Dia semata yang kita sembah. Sebab, hanya Allah yang akan menjadi sumber kekuatan pribadi kita yang tidak bakal bisa dipatahkan. |