Berikut yang bukan upaya untuk membangkitkan umat Islam dalam misi Pan Islamisme adalah

Red:

Masih dalam suasana Idul Fitri saya akan mengangkat sejarah pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Penulis Barat, Karel A Steenbrink, mengindentifikasi empat faktor penting yang mendorong gerakan perubahan Islam di Indonesia pada permulaan abad ke-20. Pertama, faktor keinginan untuk kembali kepada Alquran dan Hadist. Kedua faktor semangat nasionalisme dalam melawan penjajah. Ketiga, faktor memperkuat basis gerakan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Keempat,faktor pembaharuan pendidikan Islam.

Dari sudut pandang ide secara umum gerakan pembaharuan di Indonesia dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran dan usaha tokoh-tokoh pembaharu Timur Tengah pada akhir abad ke-19, khususnya Sayid Jamaluddin Al-Afghani dan Sheikh Muhammad Abduh.Kedua tokoh tersebut menyentakkan umat Islam bahwa kemunduran Islam, karena umatnya telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya. Pemikiran dan usaha mereka bertumpu pada keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sangat mendorong penggunaan akal sehingga keharusan ijtihad tidak pernah tertutup. Meskipun sikap politik mereka secara tegas menunjukkan anti Barat karena praktek penjajahan terhadap negara-negara Islam,Jamaluddin dan Mohammad Abduh memberi dukungan kepada umat Islam untuk mempelajari pengetahuan yang lebih luas sebagaimana telah dilakukan lebih dulu oleh sebagian besar negara Barat. Dalam kaitan itulah, mereka menyerukan penataan sistem kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan pendidikan.

Gerakan Jamaluddin Al-Afghani dengan Pan Islamismenya mempunyai dua tujuan utama,yaitu membangun dunia Islam di bawah satu pemerintahan dan mengusir penjajahan dunia Barat atas dunia Islam (Masyhur Amin, Sejarah Peradaban Islam). Al-Afghani melihat di antara sebab kemunduran Islam adalah lemahnya persaudaraan antara sesama umat Islam. Karena itu harus dibangun solidaritas umat Islam sedunia (Pan Islamisme) sehingga umat Islam berada dalam

pemerintahan yang demokratis. Dengan cara demikian umat Islam akan memperoleh kemerdekaannya kembali dari penjajah Barat.Tentang dunia Nasrani, Al-Afghani berpendapat sekalipun mereka berlainan keturunan dan kebangsaan, namun mereka bersatu dalam menghadapi dunia Islam. Mereka sengaja meng halang-halangi kebangkitan umat Islam. Apa yang dika takan nasionalisme dan patriotisme serta cinta tanah air bagi Barat, untuk dunia Islam mereka katakan sebagai

fanatisme, ekstremisme dan chauvinisme.Oleh sebab itu, seru Al-Afghani, Tidak ada jalan lain bagi umat Islam, kecuali bersatu melawan penjajah Barat tersebut.

Seperti juga Jamaluddin, murid dan kawan seperjuangannya, Shaikh Mohamamd Abduh berpendapat bahwa Islam adalah ibadah dan muamalah. Dalam soal ibadah tidak perlu dilakukan ijtihad. Tetapi dalam soal muamalah diperlukan interpretasi baru sesuai dengan perubahaan zaman.Ilmu pengetahuan modern (Barat) berdasarkan sunnatullah (hukum alam), karenanya tidak bertentangan dengan Islam. Untuk itu, umat Islam harus merombak sistem pendidikan, baik metode maupun kurikulumnya.Gagasan Jamluddin dan Abduh mendapat respon dari Sayid Rashid Ridha dengan menerbitkan majalah Al-Manar. Dinamika dalam Islam, menurut Rashid Didha, mengambil bentuk jihad, yaitu kerja keras dan rela berkorban demi mencapai keridhaan Allah.

Di Indonesia, hampir berbarengan dengan Gerakan Pan Islam berdiri perkumpulan Jamiatul Kheir di Pekojan, Batavia, pada 1901 sebagai organiasi sosial yang membawa semangat tolong menolong. Jamiatul Kheir dibentuk dengan tujuan utama mendirikan satu model sekolah modern yang terbuka luas untuk umat Islam.

Perkumpulan ini lebih menitikberatkan pada semangat pembaruan melalui lembaga pendidikan modern. Pramudya Ananta Toer dalam bukunya, Rumah Kaca, menyebut Jamiatul Kheir yang didirikan sejak 1901 merupakan organisasi politik yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan yang telah menginspirasi lahirnya Boedi Oetomo.Jamiat Kheir membangun sekolah bukan semata-mata bersifat agama, tapi sekolah dasar biasa dengan kurikulum agama, berhitung,sejarah, ilmu bumi dan bahasa pengantar Melayu. Bahasa Inggris merupakan pelajaran wajib, pengganti bahasa Belanda.Sedangkan pelajaran bahsa Arab sangat ditekankan sebagai alat untuk memahami sumber-sumber Islam.

Keberadaan Jamiatul Kheir yang kemudian disusul dengan Al-Irsyad, setidak-tidaknya sebagai penggerak dunia Islam baru yang pertama kali di Indonesia. Deliar Noer menulis,....pentingnya Jamiat Kheir terletak pada kenyataan bahwa ialah yang memulai organiasi dalam bentuk modern dalam masyarakat Islam

(dengan anggaran dasar, daftar anggota tercatat,rapat-rapat berkala), dan yang mendirikan sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern (kurikulum,kelas-kelas, dan pemakaian bangku-bangku,papan tulis dan sebagainya).Menurut H.Agus Salim banyak anggota Budi Utomo dan Sarikat Islam sebelumnya adalah anggota Jamiatul Khair.

Dalam kaitan dengan gerakan kemerdekaan,pada 4 Oktober 1934, pemuda keturunan Arab se Nusantara berkongres di Semarang, dipelopori oleh AR Baswedan, mengumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab: Indonesia adalah tanah airnya, bersumpah untuk turun kelas dari bangsa Timur asing menjadi pribumi.

Kongres itu juga membentuk Persatuan Arab Indonesia (PAI), yang bertujuan meraih kemerdekaan Indonesia. Ketika Indonesia merdeka, PAI membubarkan diri karena tujuannya telah tercapai. Seperti anak-anak bangsa lainnya mereka lalu menyebar dan aktif dalam berbagai bidang di masyarakat.

Berikut yang bukan upaya untuk membangkitkan umat Islam dalam misi Pan Islamisme adalah

tirto.id - Pan Islamisme merupakan ideologi yang tumbuh saat Islam mengalami kemunduran dalam sejarahnya. Tokoh-tokoh ideologi ini mencuat akhir abad 19-an.

Ideologi sangat memengaruhi kehidupan bangsa dan negara di dunia. Paham-paham tersebut berkembang di Eropa hingga ke Asia dan Afrika. Salah satu paham yang cukup berpengaruh di negara-negara Asia dan Afrika adalah Pan Islamisme.

Mengutip modul Sejarah Kelas XI (2020) terbitan Kemdikbud, paham Pan Islamisme mencuat setelah banyak negara Islam mengalami kemunduran yang memprihatinkan.

Sebagian dari mereka berseteru berebut kekuasaan. Belum lagi aksi kolonialisme yang membuat berbagai negara Islam dikuasai negara-negara Barat. Gerakan Pan Islamisme ingin mengembalikan umat Islam untuk bersatu sebagaimana yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad dan sepeninggalnya.

Sebelum Islam masuk Arab, mayoritas bangsa Arab saling bermusuhan akibat perbedaan suku hingga faksi. Namun ketika Nabi Muhammad berhasil berdakwah dan menjadikan Islam sebagai pemersatu, umat Islam menggapai kejayaan tidak hanya di tanah Arab, tetapi berbagai belahan dunia lain.

Berikut yang bukan upaya untuk membangkitkan umat Islam dalam misi Pan Islamisme adalah

Cita-cita mempersatukan umat Islam dunia muncul kembali setelah kejayaan tersebut redup.

Tokoh-tokoh Islam mulai gencar menyerukan persatuan Islam seluruh dunia di akhir abad 19. Beberapa tokoh Pan Islamisme adalah Al Tahtawi (1801-1873), Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897), dan Muhammad Abduh (1849-1905)

Pan Islamisme bertujuan untuk menyatukan kembali umat Islam seluruh dunia agar mampu kembali bangkit dari kemunduran.

Mengenal Tokoh-tokoh Pan Islamisme

Mengutip modul Sejarah: Semangat Melawan Penjajah di Asia-Afrika (2018) terbitan Kemdikbud, Tokoh yang cukup lantang menyuarakan Pan Islamisme adalah Jamaluddin Al Afghani.

Dia memiliki gagasan menyatukan umat Islam di seluruh dunia dengan menanggalkan warna kulit, etnis, bangsa, dan budaya.

Dalam pandangan Jamaluddin, Islam mengalami kemunduran akibat berbagai faktor. Misalnya umat yang meninggalkan ajaran Islam, bersikap taklid, bersikap fatalis, menjauhi akhlak mulia, lemah dalam persaudaraan Islam, menyerahkan urusan bukan pada ahlinya, dan melalaikan ilmu pengetahuan.

Baginya, berbagai hal yang menimbulkan kemunduran Islam -- termasuk penjajahan atas negara Islam -- harus dilawan dengan saling bersatu.

Ide Pan Islamisme saat itu mendapatkan dukungan hampir semua pimpinan Islam dan tokoh-tokoh intelektual. Gerakan ini memberikan inspirasi pada munculnya negeri Islam dan gerakan nasionalisme di lingkup negara Asia-Afrika.

Sementara itu, salah satu hasil dari semangat Pan Islamisme adalah terbentuknya Liga Dunia Islam di tahun 1962. Sebanyak 43 negara yang tergabung di sana kemudian menggelar konferensi-konferensi Islam.

Organization of Islamic Conference (OIC) atau Organisasi Konferensi Islam (OKI) lantas terbentuk pada 25 September 1969, berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.

Kehadiran OKI merupakan sarana penampung aspirasi Pan Islamisme. Di dalam organisasi tersebut terdapat kerja sama antar pemerintah di negara-negara Islam atau mayoritas berpenduduk muslim.

Baca juga:

  • Daftar Paham Besar Ideologi Yang Pengaruhi Sejarah Asia-Afrika
  • Sekolah Politik: Cara PKI Bentuk Kedisiplinan & Ideologi Kadernya
  • Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara Indonesia
  • Ideologi Liberalisme: Sejarah, Ciri-Ciri dan Contoh Penerapannya

Baca juga tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/adi)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Aditya Widya Putri
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates