Berikut contoh sikap orang yang beriman kepada takdir allah kecuali

Takdir dalam ajaran Islam disebut juga qadar. Beriman kepada qadar adalah salah satu dari enam rukun iman yang enam, karena itu setiap muslim wajib mengimaninya.

Setiap manusia mempunyai takdirnya masing-masing yang sudah Allah tentukan jauh sebelum manusia lahir. Takdir bisa berupa nikmat dan bisa juga berupa musibah, tetapi apa pun bentuknya, takdir Allah itu pasti baik untuk hamba-Nya. Jika kamu merasa takdir yang ditetapkan kepadamu terasa berat, mungkin kamu perlu untuk melihat hikmah yang ada di baliknya.

ilustrasi muslim merenungi nasib (pexels.com/Mikhail Nilov)

Musibah itu takdir dari Allah, begitu juga kebahagiaan. Jika mendapat kenikmatan, bersyukurlah, karena syukur akan berbalas pahala. Dan jika ditimpa musibah, bersabarlah, karena sabar juga akan dibalas pahala. Dengan begitu, takdir apa pun yang menimpa manusia, adalah jalan untuk meraih pahala dan rida Allah. Tidak ada takdir yang buruk, semua takdir itu baik. Kamu hanya perlu mencari pesan cinta-Nya di balik takdir itu.

Sebuah hadis yang sahih menuliskan bahwa semua urusan orang mukmin itu baik. Dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan radhiyallahu anhu ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.

ilustrasi muslim sedang berdoa (pexels.com/Alena Darmel)

Saat kita bersyukur ataupun bersabar terhadap takdir yang ditetapkan atas kita, saat itulah kita menjadi selangkah lebih dekat kepada Allah. Saat bersyukur, perbanyak ibadahmu sebagai tanda syukur atas nikmat-Nya. Saat bersabar, tambahkan ibadahmu dalam rangka memohon ampun atas dosa-dosa yang mungkin jadi penyebab musibah menimpamu. Mungkin saja Allah ingin agar kamu lebih dekat lagi kepada-Nya, maka dia memberikan sebuah ujian dengan hikmah yang dalam kepadamu.

Sebuah hadis qudsi menjelaskan bahwa jika kita mendekat kepada Allah, maka Allah akan lebih dekat lagi kepada kita. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat. (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

Baca Juga: 5 Perbedaan Orang yang Mudah Menyerah dan Berserah, Awas Salah!

ilustrasi muslim membaca Al-Qur'an untuk menenangkan jiwa (pexels.com/RODNAE Productions)

Jiwa yang tenang bukan dari banyaknya harta, tingginya jabatan atau sempurnanya fisik. Hati yang tenang dan tenteram datang dari keimanan yang kuat, termasuk di dalamnya keimanan kepada takdir Allah. Jika kita meyakini bahwa semua takdir yang terjadi adalah ketetapan dari-Nya, maka otomatis hati menjadi tenang karena keyakinan bahwa Allah telah mengatur urusan hidup kita dengan sebaik-baiknya. 

Pada dasarnya, mengingat Allah dalam kondisi apa pun adalah kunci ketenangan jiwa, seperti yang tertulis di surat Ar-Ra’d ayat 28, yang artinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

ilustrasi wanita muslim berzikir dan mengingat Allah (pexels.com/RODNAE Productions)

Saat ditimpa musibah, ingatlah bahwa itu adalah cara Allah menguji hamba-Nya. Walaupun saat itu terasa berat untuk dijalani, Allah pasti mempunyai maksud tersembunyi di balik musibah tersebut. Manusia dengan keterbatasannya tentu belum mengetahui ada kebaikan apa setelah musibah tersebut, tapi yakinlah bahwa Allah pasti akan memberikan kemudahan setelah kesulitan. Jaga agar hati selalu berprasangka baik kepada Allah, karena Allah sesuai prasangka hamba-Nya.

Sebuah ayat yang memberikan ketenangan saat sedang menjalani sebuah ujian hidup, ada pada surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6, yang artinya:

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Rabu Wekasan dan Kaitannya dengan Ajaran Islam

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

tirto.id - Iman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini seorang muslim. Keimanan ini dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir manusia, baik itu ketentuan yang buruk maupun yang baik.

Ketentuan mengenai iman terhadap qada dan qadar ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW. Waktu itu, seorang laki-laki bertanya tentang iman kepada beliau. Rasulullah SAW menjawab:

"Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab; para rasul-Nya; hari akhir; dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk [qada dan qadar]," (H.R. Muslim).

Meski tampak serupa, sebenarnya qada dan qadar memiliki perbedaan dalam ketentuan takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT, sebagaimana dilansir dari NU Online sebagai berikut:

Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali.

Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:

“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya," (QS. Al-Hadid [57]: 22).

Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

"Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).

Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.

Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya itu.

Contoh Perilaku dari Iman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar, selain dilakukan dalam hati, juga terjewantah dalam perilaku sehari-hari. Berikut perilaku-perilaku yang dapat diterapkan sebagai buah dari keimanan kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari uraian "Beriman kepada Qada dan Qadar" yang diterbitkan Kementerian Agama RI:

  • Jika seseorang memahami konsep qada dan qadar, maka ia tidak akan pasrah pada takdir, namun terus berikhtiar jika ingin meraih tujuan dan keinginannya.
  • Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya, Dia berlaku dengan adil dan sesuai dengan ketetapan yang maha bijaksana. Karena itulah, seorang muslim tidak mengeluh dan menyalahkan keadaan yang menimpanya, sesulit apa pun itu.
  • Tidak boleh sombong jika sudah mencapai suatu prestasi atau pencapaian. Segala hal yang terjadi karena campur tangan dan izin Allah SWT.
  • Tidak boleh putus asa, serta senantiasa berprasangka baik pada Allah SWT.
  • Berusaha menyusun usaha dan strategi, khususnya, dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien.
  • Jika memperoleh rezeki, seorang muslim patut bersyukur. Sementara itu, jika mengalami musibah, ia bersabar.
Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar

Berikut hikmah-hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar:

  • Dengan memahami konsep qada dan qadar yang benar, seorang muslim senantiasa optimis, berikhtiar, serta bertawakal kepada Allah SWT.
  • Seseorang yang memahami qada dan qadar tidak akan berprasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.
  • Allah SWT menciptakan makhluknya dengan segenap kemampuan, anggota tubuh, atau kelebihan tertentu. Dengan berkah tersebut, seorang muslim diwajibkan berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak dan tidak berputus asa dengan rahmat Allah SWT.
  • Kita menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan beragam. Hikmahnya adalah untuk saling mengenal dan bekerja sama.
  • Dengan qada dan qadar, seorang muslim sadar bahwa segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan memiliki tugas masing-masing. Karena itulah, ia tidak patut menyombongkan diri atau merasa rendah diri dari orang lain.
  • Setiap manusia memiliki kehendak bebas. Kendati sudah ada ketetapannya, namun ia diberi keleluasaan untuk memilih. Dari pilihannya itulah ia memperoleh balasan, baik itu balasan di dunia atau balasan di akhirat.
  • Allah SWT akan memberikan berkah dan hasil yang maksimal sesuai usaha hambanya, jika ia mau berusaha.
  • Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya.
  • Tidak ada sesuatu sia-sia yang diciptakan Allah SWT. Dengan segala kemampuan yang sudah diberikan, manusia sepatutnya memanfaatkan potensinya untuk mencapai hal-hal yang ia inginkan.

Baca juga: Dalil Naqli yang Menjelaskan Qada dan Qadar

Baca juga artikel terkait QADA DAN QADAR atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/ylk)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yulaika Ramadhani
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA