Takdir dalam ajaran Islam disebut juga qadar. Beriman kepada qadar adalah salah satu dari enam rukun iman yang enam, karena itu setiap muslim wajib mengimaninya. Setiap manusia mempunyai takdirnya masing-masing yang sudah Allah tentukan jauh sebelum manusia lahir. Takdir bisa berupa nikmat dan bisa juga berupa musibah, tetapi apa pun bentuknya, takdir Allah itu pasti baik untuk hamba-Nya. Jika kamu merasa takdir yang ditetapkan kepadamu terasa berat, mungkin kamu perlu untuk melihat hikmah yang ada di baliknya. Musibah itu takdir dari Allah, begitu juga kebahagiaan. Jika mendapat kenikmatan, bersyukurlah, karena syukur akan berbalas pahala. Dan jika ditimpa musibah, bersabarlah, karena sabar juga akan dibalas pahala. Dengan begitu, takdir apa pun yang menimpa manusia, adalah jalan untuk meraih pahala dan rida Allah. Tidak ada takdir yang buruk, semua takdir itu baik. Kamu hanya perlu mencari pesan cinta-Nya di balik takdir itu. Sebuah hadis yang sahih menuliskan bahwa semua urusan orang mukmin itu baik. Dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan radhiyallahu anhu ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Saat kita bersyukur ataupun bersabar terhadap takdir yang ditetapkan atas kita, saat itulah kita menjadi selangkah lebih dekat kepada Allah. Saat bersyukur, perbanyak ibadahmu sebagai tanda syukur atas nikmat-Nya. Saat bersabar, tambahkan ibadahmu dalam rangka memohon ampun atas dosa-dosa yang mungkin jadi penyebab musibah menimpamu. Mungkin saja Allah ingin agar kamu lebih dekat lagi kepada-Nya, maka dia memberikan sebuah ujian dengan hikmah yang dalam kepadamu. Sebuah hadis qudsi menjelaskan bahwa jika kita mendekat kepada Allah, maka Allah akan lebih dekat lagi kepada kita. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Baca Juga: 5 Perbedaan Orang yang Mudah Menyerah dan Berserah, Awas Salah! Jiwa yang tenang bukan dari banyaknya harta, tingginya jabatan atau sempurnanya fisik. Hati yang tenang dan tenteram datang dari keimanan yang kuat, termasuk di dalamnya keimanan kepada takdir Allah. Jika kita meyakini bahwa semua takdir yang terjadi adalah ketetapan dari-Nya, maka otomatis hati menjadi tenang karena keyakinan bahwa Allah telah mengatur urusan hidup kita dengan sebaik-baiknya. Pada dasarnya, mengingat Allah dalam kondisi apa pun adalah kunci ketenangan jiwa, seperti yang tertulis di surat Ar-Ra’d ayat 28, yang artinya:
Saat ditimpa musibah, ingatlah bahwa itu adalah cara Allah menguji hamba-Nya. Walaupun saat itu terasa berat untuk dijalani, Allah pasti mempunyai maksud tersembunyi di balik musibah tersebut. Manusia dengan keterbatasannya tentu belum mengetahui ada kebaikan apa setelah musibah tersebut, tapi yakinlah bahwa Allah pasti akan memberikan kemudahan setelah kesulitan. Jaga agar hati selalu berprasangka baik kepada Allah, karena Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Sebuah ayat yang memberikan ketenangan saat sedang menjalani sebuah ujian hidup, ada pada surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6, yang artinya:
Baca Juga: Mengenal Tradisi Rabu Wekasan dan Kaitannya dengan Ajaran Islam
Baca Artikel Selengkapnya IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. tirto.id - Iman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini seorang muslim. Keimanan ini dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir manusia, baik itu ketentuan yang buruk maupun yang baik. Ketentuan mengenai iman terhadap qada dan qadar ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW. Waktu itu, seorang laki-laki bertanya tentang iman kepada beliau. Rasulullah SAW menjawab: "Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab; para rasul-Nya; hari akhir; dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk [qada dan qadar]," (H.R. Muslim).
Meski tampak serupa, sebenarnya qada dan qadar memiliki perbedaan dalam ketentuan takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT, sebagaimana dilansir dari NU Online sebagai berikut: Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali. Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22: “Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya," (QS. Al-Hadid [57]: 22).
Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim). Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk. Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya itu. Contoh Perilaku dari Iman kepada Qada dan Qadar Iman kepada qada dan qadar, selain dilakukan dalam hati, juga terjewantah dalam perilaku sehari-hari. Berikut perilaku-perilaku yang dapat diterapkan sebagai buah dari keimanan kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari uraian "Beriman kepada Qada dan Qadar" yang diterbitkan Kementerian Agama RI:
Berikut hikmah-hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar:
Baca juga: Dalil Naqli yang Menjelaskan Qada dan Qadar
Baca juga
artikel terkait
QADA DAN QADAR
atau
tulisan menarik lainnya
Abdul Hadi
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|