Berikan pendapatmu faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan hindu di indonesia

Jakarta -

Kerajaan Majapahit mengalami pergantian kepemimpinan dari tahun 1446-1500. Pergantan ini seiring dengan kemunduran Kerajaan Majapahit hingga keruntuhan pada awal abad ke-16. Nah, apakah detikers bisa jelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit?

Kerajaan Majapahit semula mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Ia memerintahkan pembuatan bendungan dan saluran air untuk kepentingan irigasi dan pengendalian banjir. Sejumlah pelabuhan sungai juga dibuat untuk memudahkan transportasi dan bongkar muat barang. Hayam Wuruk kelak wafat pada tahun 1389.

Penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit

1. Perang Paregreg

Dalam buku Hikayat Majapahit oleh Nino Oktorino, Hayam Wuruk atau Sri Rajasanagara lalu digantikan keponakan sekaligus menantunya, Wirakramawarddhana pada 1389. Pengangkatan ini ditentang Anak Hayam Wuruk, Bhattara Wirabhumi penguasa istana timur Majapahit. Wirabhumi dan Wirakramawarddhana juga sama-sama menginginkan istrinya menjadi pemimpin kerajaan kecil Lasem.

Perang Paregreg lalu pecah pada 1404. Paregreg berarti peristiwa huru-hara. Pasukan istana barat lalu menewaskan Wirabhumi. Tetapi, kejayaan Majapahit tetap merosot dengan berpisahnya daerah-daerah Majapahit di luar Jawa dan wabah kelaparan pada 1426. Sementara itu, perselisihan internal kerajaan terus terjadi.

2. Konflik internal

Dikutip dari Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo, Ratu Suhita anak Wirakramawarddhana memimpin hingga wafat. Karena tidak memiliki anak, ia digantikan adiknya, Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya. Raja Kertawijaya tidak lama memerintah di Kerajaan Majapahit. Ia segera digantikan Bhre Pamotan yang bergelar Sri Rajasawardhana yang juga memerintah hanya tiga tahun.

Lalu antara 1453-1456, Kerajaan Majapahit tidak memiliki seorang raja pun karena pertentangan dalam keluarga kerajaan. Perebutan kekuasaan dari tahun 1466-1500 menyebabkan kerajaan ini semakin mengalami kemunduran.

3. Pengaruh Dinasti Ming

Perdagangan rempah-rempah yang pesat di daerah kekuasaan Majapahit semakin maju ketika pengaruh Kerajaan Majapahit justru semakin berkurang. Hal ini mendorong komunitas perdagangan di pantai Sumatra, Malabar India, dan lain-lain berdagang di luar kerajaan atau secara independen.

Kemunduran pengaruh Kerajaan Majapahit bersamaan dengan menguatnya ekspansi Dinasti Ming dari China di bawah Kaisar Cheng-Tsu atau Yung Lo. Pihak dinasti lalu berhubungan dagang dan politik dengan orang-orang di pelabuhan Nusantara yang sebelumnya memberi upeti pada Kerajaan Majapahit.

Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming lalu memperluas pengaruh dinasti ke Asia Tenggara, termasuk Jawa, Sumatra, dan Malaka. Ia memperkuat hubungan dengan kerajaan setempat sambil menyebarkan agama Islam.

4. Kebangkitan Malaka

Malaka menjadi jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke India dan wilayah lainnya. Untuk mendapat suplai bahan pangan, penguasa Kerajaan Malaka mengirim upeti pada Majapahit di Jawa. Tetapi, orang-orang Malaka tersebut juga mendorong orang-orang keturunan China, Persia, dan Tamil di kota-kota pelabuhan utara Jawa untuk berdagang ke Malaka dan merdeka dari Kerajaan Majapahit selama abad ke-15.

5. Kemunculan Kerajaan Islam

Rempah-rempah menarik pedagang asing untuk pergi ke pelabuhan-pelabuhan pesisir Jawa. Sebab, saat itu perdagangan tidak lagi dimonopoli Kerajaan Sriwijaya, sementara Malaka belum berkembang pesat. Sambil berdagang, penyebaran agama Islam terjadi dari pedagang asal Asia Barat yang berlabuh ke pelabuhan-pelabuhan Majapahit.

Raden Patah, keturunan Majapahit, kelak mendirikan desa muslim yang menjadi Kerajaan Demak. Demak lalu menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa lewat Wali Sanga. Faktor agama ini mendorong perlawanan politik dan perpecahan di wilayah Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1522, Majapahit tidak lagi disebut sebagai sebuah kerajaan, namun hanya sebuah kota. Nah, itu dia penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit. Selamat belajar, detikers!

Simak Video "Benda-benda Beresejarah Peninggalan Kerajaan Pajajaran, Garut"



(twu/row)


Page 2

Jakarta -

Kerajaan Majapahit mengalami pergantian kepemimpinan dari tahun 1446-1500. Pergantan ini seiring dengan kemunduran Kerajaan Majapahit hingga keruntuhan pada awal abad ke-16. Nah, apakah detikers bisa jelaskan penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit?

Kerajaan Majapahit semula mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Ia memerintahkan pembuatan bendungan dan saluran air untuk kepentingan irigasi dan pengendalian banjir. Sejumlah pelabuhan sungai juga dibuat untuk memudahkan transportasi dan bongkar muat barang. Hayam Wuruk kelak wafat pada tahun 1389.

Penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit

1. Perang Paregreg

Dalam buku Hikayat Majapahit oleh Nino Oktorino, Hayam Wuruk atau Sri Rajasanagara lalu digantikan keponakan sekaligus menantunya, Wirakramawarddhana pada 1389. Pengangkatan ini ditentang Anak Hayam Wuruk, Bhattara Wirabhumi penguasa istana timur Majapahit. Wirabhumi dan Wirakramawarddhana juga sama-sama menginginkan istrinya menjadi pemimpin kerajaan kecil Lasem.

Perang Paregreg lalu pecah pada 1404. Paregreg berarti peristiwa huru-hara. Pasukan istana barat lalu menewaskan Wirabhumi. Tetapi, kejayaan Majapahit tetap merosot dengan berpisahnya daerah-daerah Majapahit di luar Jawa dan wabah kelaparan pada 1426. Sementara itu, perselisihan internal kerajaan terus terjadi.

2. Konflik internal

Dikutip dari Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo, Ratu Suhita anak Wirakramawarddhana memimpin hingga wafat. Karena tidak memiliki anak, ia digantikan adiknya, Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya. Raja Kertawijaya tidak lama memerintah di Kerajaan Majapahit. Ia segera digantikan Bhre Pamotan yang bergelar Sri Rajasawardhana yang juga memerintah hanya tiga tahun.

Lalu antara 1453-1456, Kerajaan Majapahit tidak memiliki seorang raja pun karena pertentangan dalam keluarga kerajaan. Perebutan kekuasaan dari tahun 1466-1500 menyebabkan kerajaan ini semakin mengalami kemunduran.

3. Pengaruh Dinasti Ming

Perdagangan rempah-rempah yang pesat di daerah kekuasaan Majapahit semakin maju ketika pengaruh Kerajaan Majapahit justru semakin berkurang. Hal ini mendorong komunitas perdagangan di pantai Sumatra, Malabar India, dan lain-lain berdagang di luar kerajaan atau secara independen.

Kemunduran pengaruh Kerajaan Majapahit bersamaan dengan menguatnya ekspansi Dinasti Ming dari China di bawah Kaisar Cheng-Tsu atau Yung Lo. Pihak dinasti lalu berhubungan dagang dan politik dengan orang-orang di pelabuhan Nusantara yang sebelumnya memberi upeti pada Kerajaan Majapahit.

Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming lalu memperluas pengaruh dinasti ke Asia Tenggara, termasuk Jawa, Sumatra, dan Malaka. Ia memperkuat hubungan dengan kerajaan setempat sambil menyebarkan agama Islam.

4. Kebangkitan Malaka

Malaka menjadi jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke India dan wilayah lainnya. Untuk mendapat suplai bahan pangan, penguasa Kerajaan Malaka mengirim upeti pada Majapahit di Jawa. Tetapi, orang-orang Malaka tersebut juga mendorong orang-orang keturunan China, Persia, dan Tamil di kota-kota pelabuhan utara Jawa untuk berdagang ke Malaka dan merdeka dari Kerajaan Majapahit selama abad ke-15.

5. Kemunculan Kerajaan Islam

Rempah-rempah menarik pedagang asing untuk pergi ke pelabuhan-pelabuhan pesisir Jawa. Sebab, saat itu perdagangan tidak lagi dimonopoli Kerajaan Sriwijaya, sementara Malaka belum berkembang pesat. Sambil berdagang, penyebaran agama Islam terjadi dari pedagang asal Asia Barat yang berlabuh ke pelabuhan-pelabuhan Majapahit.

Raden Patah, keturunan Majapahit, kelak mendirikan desa muslim yang menjadi Kerajaan Demak. Demak lalu menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa lewat Wali Sanga. Faktor agama ini mendorong perlawanan politik dan perpecahan di wilayah Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1522, Majapahit tidak lagi disebut sebagai sebuah kerajaan, namun hanya sebuah kota. Nah, itu dia penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit. Selamat belajar, detikers!

Simak Video "Benda-benda Beresejarah Peninggalan Kerajaan Pajajaran, Garut"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/row)

Akses instan ke jawaban di aplikasi kami

Dan jutaan jawaban atas pertanyaan lain tanpa iklan

Berikan pendapatmu faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan hindu di indonesia

Lebih pintar, unduh sekarang!

atau

Lihat beberapa iklan dan buka blokir jawabannya di situs

Berikan pendapatmu faktor-faktor penyebab runtuhnya kerajaan hindu di indonesia

Runtuhnya Kerajaan Bercorak Hindu Budha

Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Bercorak Hindu Budha – PelajranIps.Co.Id– Perkembangan pengaruh agama hindu budha cukup besar, karena dapat mempengaruhi seluruh sektor kehidupan masyarakat. Kurang lebih pengaruh hindu budaha di Indonesia selama 1000 tahun atau 10 abad. Ini semua bisa dilihat dengan munculnya kerajaan-kerajaan bercorak hindu budha dari kerajaan kutai sampai yang terakhir yaitu majapahit. Penyebab runtuhnya kerajaan bercorak hindubudha antara lain :

  1. Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan lebih kuat.
  2. Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi seperti yang terjadi pada zaman majapahit.
  3. Berlangsungnya perang saudara yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan, seperti yang terjadi pada kerajaan syailendra dan Majapahit.
  4. Banyak daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya pengawasan pemerintah pusat dan raja-raja bawahanmembangun sebuah kerajaan yang merdeka serta tidak terikat lagi oleh pemerintah pusat.
  5. Kemunduran ekonomi perdagangan. Akibat kelemahan pemerintah pusat, masalah perekonomian dan perdagangan diambil ailh oleh para pedagang melayu dan Islam.
  6. Tersiarnya agama dan budaya islam yang mudah diterima para adipati di daerah.

Pendapat tentang Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia

Proses Islamisasi yang terjadi di Indonesia beriringan dengan proses perdagangan yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan bangsa asing. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa secara geografis, Indonesia merupakan sebuah wilayah kepulauan yang terbuka bagi terjadinya interaksi perdagangan. Salah satu dampak dari interaksi tersebut adalah masuknya Islam ke Indonesia. Hal-hal yang menjadi pertanyaan mengenai proses islamisasi tersebut ialah dari manakah asalnya bangsa Indonesia menerima Islam, dan kapan Islam itu datang? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, lahirlah beberapa pendapat atau teori tentang islamisasi di Indonesia.

Berita-berita dari bangsa asing menunjukkan bahwa para pedagang Islam diperkirakan pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7 M, yaituketika berkuasanya Kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu, di pusat Kerajaan Sriwijaya telah dijumpai perkampungan-perkampungan pedagang Arab. Menurut berita Ibn Hordadzbeth (844-848 M), pedagang Sulaiman(902 M), Ibn Rosteh(903 M), Abu Yazid(916 M), dan ahli geografi Mas’udi(955 M), Kerajaan Sriwijaya (Sribu a) berada di bawah kekuasaan Raja Zabag yang kaya dan menguasai jalur perdagangan dengan Kerajaan Oman. Dari Sribu a, para pedagang Arab memperoleh kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, kayu hitam, kayu sapan, dan rempah-rempah (cengkeh, lada, pala dan merica).

Baca Juga :  Sejarah Perekonomian Indonesia

Pedagang-pedagang Gujarat dari India yang datang ke Indonesia bukan hanya untuk berdagang, tetapi juga untuk menyebarkan agama yang mereka anut. Di samping itu, para saudagar yang datang dari Persia juga ikut menyebarkan agama Islam di Indonesia. Teknologi pelayaran pada masa itu tidak secanggih sekarang, pelayaran pada masa lalu sangat tergantung pada angin musim yang membantu kapal mereka bergerak sesuai tujuan.

Selama beberapa bulan, para pedagang dari berbagai bangsa tinggal di Malaka dan mereka harus menunggu angin musim yang baik untuk kembali ke tanah air mereka. Selama masa tunggu itu, mereka bergaul dengan penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia untuk menyebarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam di Indonesia terjadi secara berangsur-angsur selama beberapa abad lamanya. Waktu masuknya agama Islam ke Indonesia di tiap-tiap daerah tidak sama. Namun demikian, masuknya agama Islam pertama kali adalah di Pulau Sumatra, ketika Kerajaan Sriwijaya berkuasa.

Baca Artikel Lainnya : Hancurnya Kerajaan Di Indonesia Serta Faktor Kelemahannya

Jalur utama Penyebaran Islam di Indonesia melalui Perdagangan

Jalur lainnya adalah melalui perkawinan, pendidikan, jalur dakwah, dan jalur kesenian. Jalur perkawinan dilakukan oleh para pedagang Islam yang biasanya tinggal di kota-kota pantai dan membentuk perkampungan-perkampungan untuk menunggu angin musim. Pada saat inilah, para pedagang tersebut menikahi para wanita pribumi. Para wanita tersebut kemudian memeluk agama Islam. Ada beberapa pendapat atau teori tentang proses Islamisasi di Indonesia. MenurutRicklefs, ada kemungkinan berlangsungnya melalui dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam dan kemudian menganutnya.

Baca Artikel Lainnya : Sejarah Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia Dan Penyebab Keruntuhannya Lengkap

Jalur Kedua Islam di Indonesia orang-orang Asing

orang-orang asing (Arab, India, Persia, dan lain-lain) yang telah memeluk agama Islam bertempat tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan campuran, dan mengikuti gaya hidup lokal, sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa atau Melayu atau anggota suku lainnya. Kedua proses ini mungkin telah sering terjadi bersamaan.

Pendapat-pendapat mengenai proses Islamisasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.

Awal kedatangan Islam di Indonesia

Para sejarawan Indonesia berpendapat bahwa proses Islamisasi di Indonesia sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Seorang ilmuwan Belanda yang bernama Mouquettemenyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13-14 Masehi. Penentuan waktu itu berdasarkan tulisan pada batu nisan yang ditemukan di Pasai.

Baca Juga :  Sejarah Danau Toba Beserta Letusan Dan Asal-Usulnya

Batu nisan itu berangka tahun 17 Djulhijah 831 atau 21 September 1428 M dan identik dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (822 H atau 1419 M) di Gresik, Jawa Timur. Morissonmendukung pendapat Moguetta yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan batu nisan Malik al-Saleh,seorang raja Samudera Pasai yang berangka tahun 698 H atau 1297 M. Petunjuk pertama mengenai orang-orang Indonesia yang beragama Islam datang dari tulisan Marcopolo yang singgah di Sumatra dalam perjalanan pulangnya dari Cina pada tahun 1292, dia berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.

Baca Artikel Lainnya : Kerajaan Islam Di Indonesia Dan Peninggalannya

Tempat asal para pembawa Islam di Indonesia

  • Ada beberapa pendapat mengenai tempat asal para pembawa Islam ke Indonesia

Snouck Hurgronjeberpendapat bahwa para penyebar Islam di Gujarat pada abad ke-13 telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia daripada dengan orang Arab. Pendapat ini diperkuat oleh Mouquette yang melihat kesamaan batu nisan Malik al-Salehdengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat. Selain itu, di kedua tempat ini sama-sama menganut ma hab Syafi i. Berdasarkan ma hab yang banyak dianut oleh orang Islam di Indonesia, Pijnappelberpendapat bahwa para pembawa Islam di Indonesia berasal dari Gujarat dan Malabar, dengan alasan bahwa orang Arab yang berma hab Syafi i bermigrasi dan menetap ke suatu daerah yaitu Gujarat.

Kemudian dari daerah inilah Islam masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pendapat Mouquette dibantah oleh Fattiniyang berpendapat bahwa gaya batu nisan Malik al-Saleh memiliki corak yang berbeda dengan batu nisan di Gujarat. Batu nisan Malik al-Saleh lebih mirip dengan batu nisan yang ada di Bengala. Dengan demikian, Fattini menyimpulkan bahwa tempat asal para penyebar Islam di Indonesia adalah dari Bengala yang kini lebih dikenal dengan sebutan Bangladesh. Sementara itu Morrisondan Arnold mengatakan bahwa Islam di Indonesia dibawa oleh orang-orang Coromandel dan Malabar.

  • Pendapat lain mengatakan bahwa Islam berasal langsung dari Mekkah, Arab, sebagaimana dikemukakan oleh Crawford.

Pendapat Crawford didukung oleh sejarawan Indonesia, seperti Hamkayang berpendapat bahwa Islam yang masuk ke Indonesia itu langsung dari Arab. Tetapi Husein Djajadiningrat lebih berpendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Parsi atau Persia. Ia lebih menitikberatkan pada kesamaan kebudayaan dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia, seperti tradisi perayaan 10 Muharam dan pengaruh bahasa yang banyak dipakai di Indonesia. Kata bang, abdas, dan mesigit adalah istilah yang ada dalam bahasa Persia. Juga dalam mengeja huruf vocal Al-Quran digunakan istilah-istilah Persia, yaitu jabar (a),jeer (i), dan pe es (u), padahal bahasa Arabnya fathah(a), kasrah(i), dan Dhammah (u).

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Buleleng

Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik.Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga.Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda.Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.

Sejak kerajaan Buleleng jatuh ke tangan Belanda mulailah pemerintah Belanda ikut campur mengurus soal pemerintahan di Bali. Hal ini dilaksanakan dengan mengubah nama raja sebagai penguasa daerah dengan nama regent untuk daerah Buleleng dan Jembrana serta menempatkan P.L. Van Bloemen Waanders sebagai controleur yang pertama di Bali.

Struktur pemerintahan di Bali masih berakar pada struktur pemerintahan tradisional, yaitu tetap mengaktifkan kepemimpinan tradisional dalam melaksanakan pemerintahan di daerah-daerah.Untuk di daerah Bali, kedudukan raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, yang pada waktu pemerintahan kolonial didampingi oleh seorang controleur.Di dalam bidang pertanggungjawaban, raja langsung bertanggung jawab kepada Residen Bali dan Lombok yang berkedudukan di Singaraja, sedangkan untuk Bali Selatan, raja-rajanya betanggung jawab kepada Asisten Residen yang berkedudukan di Denpasar.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga administrasi, pemerintah Belanda telah membuka sebuah sekolah rendah yang pertama di Bali, yakni di Singaraja (1875) yang dikenal dengan nama Tweede Klasse School. Pada tahun 1913 dibuka sebuah sekolah dengan nama Erste Inlandsche School dan kemudian disusul dengan sebuah sekolah Belanda dengan nama Hollands Inlandshe School (HIS) yang muridnya kebanyakan berasal dari anak-anak bangsawan dan golongan kaya.