KOMPAS.com - Karya ilmiah merupakan salah satu karya tulis di bidang ilmu pengetahuan, teknologi ataupun bidang lainnya. Penulisannya harus disesuaikan dengan pedoman atau standar ilmiah yang telah ditentukan. Show Isi dari sebuah karya ilmiah hendaknya sesuai dan bisa berfokus pada tema atau topik yang diangkat. Dari sisi penggunaan bahasa juga harus baku dan sesuai dengan ejaan yang berlaku di Indonesia. Penulisan judul menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Hendaknya judul memuat tema yang akan dibahas dan ditulis dengan ejaan yang tepat. Bagaimana tata cara penulisan judul karya ilmiah yang baku? Tiap awal kata ditulis dengan huruf kapitalDilansir dari situs Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), judul karya ilmiah harus diawali dengan huruf kapital pada tiap awal kata atau awal hurufnya. Namun, penggunaan huruf kapital ini juga memiliki peraturan, yakni khusus untuk kata penghubung tidak ditulis dengan huruf kapital. Contoh kata penghubung ialah 'dan', 'ke', 'pada', 'dalam', 'untuk', 'atau', 'dengan', 'sebagai', dan lain-lain. Baca juga: Struktur Penulisan Karya Ilmiah Agar lebih mudah memahaminya, ayo kita simak contoh di bawah ini: Contoh 1: Pemanfaatan Daun Sirih Sebagai Obat Herbal Ini merupakan contoh penulisan judul karya ilmiah yang salah, karena kata 'sebagai' merupakan kata penghubung. Seharusnya penggunaan kata penghubung dalam judul tidak perlu ditulis dengan huruf kapital. Contohnya: Pemanfaatan Daun Sirih sebagai Obat Herbal.
Contoh 2: Analisis manfaat minum Air Putih Ini merupakan contoh penulisan judul karya ilmiah yang salah, karena seharusnya tiap awal kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital, kecuali untuk kata penghubung. Contohnya: Analisis Manfaat Minum Air Putih. Penggunaan huruf kapital pada kata ulangDalam pembuatan judul, penggunaan kata ulang juga harus diberi huruf kapital. Namun, penulisannya juga harus memperhatikan peraturan tertentu. Kata ulang yang memuat nama lembaga, dokumen, judul buku, judul jurnal, majalah, atau lain sebagainya, harus ditulis dengan huruf kapital pada tiap awal katanya. Hal ini juga berlaku untuk kata ulang murni, penulisannya harus menggunakan huruf kapital pada tiap awal hurufnya. Baca juga: Ciri-ciri Karya Ilmiah dan Jenisnya Agar lebih mudah memahaminya, ayo kita simak contoh di bawah ini: Contoh 1: Efektivitas Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Ini merupakan contoh penulisan judul karya ilmiah yang salah, karena kata ulang dalam undang-undang merujuk pada nama dokumen penting. Maka pada tiap awal katanya harus ditulis dengan huruf kapital. Contohnya: Efektivitas Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Contoh 2:
Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Pulau Jawa Ini merupakan contoh penulisan judul karya ilmiah yang salah, karena untuk kata 'jenis' dan 'kupu-kupu' harus ditulis dengan huruf kapital pada tiap awal katanya. Contohnya: Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu di Pulau Jawa. Kata atau kalimat asing dalam judul harus dicetak miringJudul yang menggunakan kata atau istilah asing harus dicetak miring sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contohnya penggunaan istilah Bahasa Inggris, Bahasa Latin, atau bahasa lainnya. Walau dicetak miring, tiap awal katanya juga harus diberi huruf kapital, kecuali untuk penulisan nama ilmiah. Karena pada nama ilmiah, hanya nama genus yang ditulis dengan huruf besar, sedangkan nama spesiesnya menggunakan huruf kecil. Baca juga: Langkah-langkah Menulis Karya Ilmiah Agar lebih mudah memahaminya, ayo kita simak contoh di bawah ini: Contoh 1: Efektivitas Work From Home (WFH) di Yogyakarta Ini merupakan contoh penulisan karya ilmiah yang salah, karena penggunaan istilah asing harus dicetak miring. Namun, untuk penulisan huruf kapitalnya sudahlah tepat, Work From Home harus ditulis huruf kapital semua karena merupakan kepanjangan kata dari WFH. Contohnya: Efektivitas Work From Home (WFH) di Yogyakarta. Contoh 2: Keanekaragaman Zea Mays (Jagung) di Pulau Kalimantan Ini merupakan contoh penulisan karya ilmiah yang salah, karena seharusnya huruf kapital nama ilmiah tidak perlu ditulis dengan huruf kapital semua pada tiap katanya. Namun, penggunaan huruf cetak miring sudahlah tepat. Contohnya: Keanekaragaman Zea mays (Jagung) di Pulau Kalimantan. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tata nama biologi adalah kegiatan pemberian nama pada makhluk hidup di dalam taksonomi. Metode penamaan menggunakan Binomial Nomenklatur yang diciptakan oleh Carolus Linnaeus. Pemberian nama harus ditentukan dengan benar bagi takson yang telah atau harus diketahui.[1] Tata nama biologi telah mengalami perubahan berkali-kali semenjak manusia mencatat berbagai jenis organisme. Plinius dari masa Kekaisaran Romawi telah menulis sejumlah nama tumbuhan dan hewan dalam ensiklopedia yang dibuatnya dalam bahasa Latin. Sistem penamaan organisme selanjutnya selalu menggunakan bahasa Latin dalam tradisi pencatatan Eropa. Hingga sekarang sukar dijumpai sistem penulisan nama organisme yang dipakai dalam tradisi Arab atau Tiongkok. Kemungkinan dalam tradisi ini penulisan nama menggunakan nama setempat (nama lokal). Keadaan berubah setelah cara penamaan yang lebih sistematik diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus atau Carl von Linne yang disebut "Bapak Taksonomi" dalam buku yang ditulisnya, Systema Naturae (Sistematika Alamiah).
Tata nama binomial atau binomial nomenklatur merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata (binomial berarti 'dua nama') dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus (marga) dan nama spesies (jenis). Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam sering kali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa Latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan ataupun dari bahasa Latin sendiri. Carolus Linnaeus memilih penggunaan bahasa Latin untuk penamaan karena dari masa ke masa hingga saat ini, bahasa Latin tidak mengalami perubahan maupun perkembangan, melainkan tetap. Penamaan organisme pada saat ini diatur dalam beberapa konvensi: Peraturan Internasional bagi Tata Nama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tata Nama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tata Nama Prokariota (ICNP). Aturan penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tata Nama Tanaman Budidaya, ICNCP). Aturan penulisan
Penyebutan autoritasDalam naskah-naskah ilmiah, paling tidak salah satu nama spesies (biasanya pada penyebutan pertama kali atau pada tempat utama) diikuti oleh "autoritas" - suatu cara penulisan untuk nama orang yang pertama kali mempublikasikan deskripsi yang dianggap valid (diakui) mengenai spesies tersebut. Cara penulisan ini memiliki perbedaan di antara bidang zoologi dan botani (termasuk mikologi). Nama autor ditulis di belakang nama takson. ICZN mengatur penulisan nama autor di bidang zoologi dalam bentuk nama akhir (nama keluarga) diikuti oleh tanggal (boleh hanya tahun) publikasi. Di bidang botani, ICBN menggunakan singkatan nama (yang terdaftar) dan mengabaikan tanggal (hal ini dulu pernah digunakan pula di bidang zoologi). Apabila nama awal diganti, misalnya karena spesies dipindahkan ke genus yang lain, kedua sistem tata nama menggunakan tanda kurung (parentesis) yang mengapit autor awalnya. Contoh:
Penamaan biologi dapat diperluas hingga tingkat di bawah spesies (subspesies). Dalam zoologi penamaan ini disebut "trinomen" sedangkan di bidang botani penamaan ini disebut "trinomial".
Wikibuku memiliki buku berjudul Subjek:Biologi/Materi:Tatanama biologi
|