Berapa lama masker medis bisa digunakan

Dari awal pandemi COVID-19 hingga sekarang, setiap kali mau keluar rumah pasti bukan lagi hanya smartphone, dompet, atau kunci yang akan kamu cek agar tidak tertinggal. Tapi satu yang juga penting adalah masker. Memakai masker atau penutup wajah lainnya membantu kamu mengurangi risiko penyebaran virus COVID-19 ketika kamu berada di ruang publik dan tidak dapat menjaga jarak sosial.

Nah biasanya, berapa banyak masker yang kamu bawa setiap hari: Hanya satu atau bawa pengganti? Lalu jenis masker apa yang biasanya kamu pakai: Masker bedah, N95, atau masker kain? Kalau kamu hanya bawa satu artinya kamu akan memakai masker itu dalam waktu lama. Lalu, apakah kamu tahu apa saja risiko dan bahaya bila masker dipakai terlalu lama?

The Straits Times bekerja sama dengan laboratorium pengujian Eurofins melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui seberapa terkontaminasi masker jika digunakan dalam waktu lama. Dalam penelitian ini, masker yang telah dipakai dalam waktu lama diuji untuk menemukan apakah ada bakteri, ragi dan jamur, staphylococcus aureus yang biasanya terkait dengan infeksi kulit, dan pseudomonas aeruginosa terkait dengan ruam.

Hasil penelitian menemukan bahwa masker yang dikenakan untuk waktu yang lebih lama memiliki jumlah bakteri yang lebih tinggi dan jumlah jamur yang lebih banyak, sedangkan staphylococcus aureus dan pseudomonas aeruginosa tidak ada. Meskipun jumlah bakteri yang lebih tinggi tidak selalu berarti seseorang akan jatuh sakit, namun para ahli berpendapat bahwa hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan. Sebab ketika lingkungan mikro di dalam masker hangat dan lembap, kondisi tersebut merupakan kondisi sempurna untuk berkembangnya berbgai jamur.

Oleh karena itu, penting sekali bagaimana kamu memperhatikan berapa lama durasi masker yang kamu gunakan setiap harinya. Sebab bila tidak diperhatikan, akan muncul berbagai risiko berbahaya bagi kesehatanmu. Yuk, cari tahu lebih jauh apa saja bahayanya bila kamu memakai masker terlalu lama!

Baca Juga: 3 Varian Virus Baru COVID-19 Sudah Masuk ke Indonesia

1. Infeksi Kulit

Dr John Common, peneliti utama pada Skin Research Institute of Singapore, di Agency for Science, Technology and Research, mengatakan staphylococcus aureus dapat menghasilkan sejumlah racun yang terkadang merugikan manusia. Ini diklasifikasikan sebagai pathobiont, yang berarti dapat menyebabkan kerusakan pada kondisi tertentu, meskipun bakteri tersebut dapat ditemukan secara umum pada orang sehat. Misalnya, dikaitkan dengan dermatitis atopik, terutama pada orang yang mungkin memiliki pelindung kulit yang lebih berpori, atau memiliki lebih sedikit mekanisme pertahanan alami di kulit mereka untuk mengurangi infeksi. Selain itu pseudomonas aeruginosa juga dapat meningkatkan risiko buruk bagi kesehatan kulitmu, terlebih di bagian kulit yang luka.

2. Reaksi Alergi Hingga Masalah Pernapasan

Dr John Chen, Asisten Profesor di Departemen Mikrobiologi dan Imunologi di Sekolah Kedokteran Yong Loo Lin Universitas Nasional Singapura, mengatakan bakteri pada masker tidak mungkin menyebabkan sesuatu yang serius dalam "sebagian besar kasus", tetapi terdapat "bakteri oportunistik" yang kadang-kadang bisa menjadi perhatian.

Bakteri semacam itu, yang hidup di kulit yang sehat, dapat tumbuh ke tingkat yang tinggi pada masker kotor dan menyebabkan penyakit. Pada tingkat rendah, sistem kekebalan tubuh kita menjaga mereka tetap terkendali, tetapi pada tingkat yang tinggi, hal itu dapat menyebabkan reaksi alergi ringan hingga parah, masalah pernapasan, dan bahkan infeksi hidung.

3. Perkembangan Bakteri

Dari penelitian ini, kamu bisa langsung melihat bagaimana penampakan masker yang bisa digunakan kembali dan masker sekali pakai, baik sebelum dicuci sampai telah dipakai selama seminggu. Masker ini telah digunakan selama enam jam dan dibiarkan tidak dicuci selama seminggu. Terlihat bahwa ragi dan jamur tersisa di masker. Hal ini menunjukkan bahwa masker yang tidak dicuci secara teratur menjadi tempat berkembang biak bagi kuman, karena dapat menahan minyak, sel kulit mati, serta bakteri.

Menggunakan masker

Parapuan.co - Masker merupakan salah satu protokol kesehatan yang wajib untuk selalu dipakai meskipun vaksin sudah diberlakukan. 

Sebagaimana dikatakan oleh  dr. Dirga Sakti Rambe M.Sc, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan juga Vaksinolog, pencegahan Covid-19 merupakan hal utama yang bisa kita lakukan karena belum adanya obat untuk Covid-19.

Masker terbukti efektif dalam mencegah penularan virus corona. Namun, hal tersebut bergantung pada jenis dan cara penggunaan masker.

Masker medis terbukti masih paling efektif, jika digunakan dengan tepat.

"Saya menyarankan untuk mengganti masker maksimal enam jam, atau ganti segera setelah masker sudah basah atau kotor”, tambah Dirga dalam konferensi pers peluncuran Masker SOS pada Kamis (17/6/2021). 

Baca Juga: Bisa Berbahaya, Ini yang Terjadi Jika Kamu Tidak Tidur Selama 24 Jam

Selain rutin mengganti masker setiap enam jam sekali, penting juga bagi kita semua menggunakan masker yang akan memberikan proteksi maksimal dalam melindungi diri.

Misalnya masker medis yang memang sudah teruji klinis dapat melindungi tubuh lebih baik dari paparan virus yang semakin bermutasi. 

"Yang dianjurkan sekarang adalah surgical mask atau kombinasi. Jadi [di] dalamnya pakai surgical mask luarnya baru pakai masker kain. Kalau masker N95 kan untuk petugas medis. Kalau kita sehari-hari dianjurkan untuk [memakai] masker bedah saja," jelas dr. Dirga. 

Salah satu masker bedah yang bisa kamu gunakan misalnya SOS Surgical Mask Protection 3-Ply Daily dengan BFE>96% (Bacterial Filtration Efficiency) dan PFE 0,1 Micron (Particle Filtration Efficiency).

Selain patuh pada protokol kesehatan, tentunya perlu dibarengi pula dengan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

Kamu bisa gunakan produk kebersihan yang sudah teruji klinis mampu membunuh kuman dan virus yang salah satunya adalah penggunaan hand sanitizer.

Seperti selalu siap sedia rangkaian personal hygiene seperti hand sanitizer dan hand wash antibacterial, SOS, yang telah teruji secara klinis mampu membunuh 99 persen kuman, bakteri dan virus, dan juga sudah tersertifikasi halal.

Tak hanya itu, SOS juga memberikan rasa tenang lebih bagi masyarakat melalui sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia di seluruh rangkaian produk Personal Hygiene, sehingga dapat mendukung penerapan protokol kesehatan kian maksimal.(*)  

Jakarta, 9 Juni 2020

Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 tidak dapat dilihat dan tidak bisa diketahui siapa yang membawa virus tersebut. Memakai masker menjadi salah satu cara efektif mencegah penularan.

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan semua pihak wajib memakai masker selama masa pandemi COVID-19. Ada 3 jenis masker, masker kain, masker bedah, dan masker N95.

Ia menjelaskan masker kain yang direkomendasikan adalah masker yang memiliki 3 lapisan kain. Lapisan pertam adalah lapisan kain hidrofilik seperti katun, kemudian dilapisi oleh kain yang bisa mendukung viltrasi lebih optimal. Untuk lapisan kedua ini bisa juga menggunakan katun atau polyester.

Lapisan ketiga atau bagian masker paling luar menggunakan lapisan hidrofobik atau bersifat anti air seperti terbuat dari polypropylene.

“Masker kain ini dapat dicuci dan dipakai kembali. Oleh karena itu pencuciand an penyimpanan harus tepat,” katanya.

Masker kain dapat dipakai maksimal hanya 4 jam dan harus ganti dengan masker baru dan bersih. Apabila masker yang dipakai basah atau lembab harus segera diganti. Masyarakat disarankan membawa beberapa masker untuk beraktivitas, penggunaan maskerpun harus tepat seperti menutup hidung dan mulut.

Cara melepas masker cukup dengan menarik bagian tali dan langsung disimpak ke kentong kertas atau plastic tertutup guna mencegah penyebaran virus ke barang di sekitarnya.

“Pemakaian masker hanya dapat efektif apabila kita menerapkan protokol kesehatan lainnya dengan aktif seperti cuci tangan pakai sabun dan jaga jarak fisik,” ujarnya.

Pada awal Juni, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mendorong pemerintah di seluruh dunia untuk menganjurkan masyarakatnya memakai masker non medis dalam situasi dan keadaan tertentu terutama saat COVID-19. Hal tersebut merupakan sebagai bagian dari pendekatan komprehensif dalam mencegah penyebaran COVID-19.

“Dalam konteks pandemi COVID-19 WHO menganjurkan semua orang menggunakan masker dan tetap harus menghindari kerumunan, jaga jarak fisik minimal 1 meter dengan orang lain terutama dengan mereka yang mengalami gejala batuk, flu, bersin, dan lain-lain,” ucapnya.

Jubir Pemerintah untuk COVID-19 dr. Achmad Yurianto mengatakan pasien positif COVID-19 terus bertambah setiap hari nya. Dari pemeriksaan spesimen per hari ini sebanyak 16.181, didapat pasien positif COVID-19 bertambah 1.043 sehingga total pasien positif sebanyak 33.076.

“Jumlah ini sebarannya tidak merata di seluruh Indonesia. Sebagai contoh penambahan kasus positif COVID-19 terbanyak ada di DKI Jakarta 232 kasus baru dengan 165 orang sembuh, Jawa Timur 220 kasus baru 85 sembuh, Sulawesi Selatan 180 kasus baru dan 31 sembuh, Kalimantan Selatan 91 kasus baru 1 sembuh,d an Sulawesi Utara 41 kasus baru dan tidak ada laporan sembuh,” kata dr. Achmad.

Terdapat 17 provinsi yang melaporkan penambahan kasus di bawah 10 dan ada 7 provinsi tanpa penambahan kasus baru. Pasien sembuh per hari ini bertambah 510 orang total 11.41, pasien meninggal bertambah 40 orang total 1.923.

“Inilah gambaran yang kita dapatkan hari ini. Ini menggambarkan bahwa kebiasaan baru harus kita terapkan karena penularan masih terjadi. Maka dari itu protokol kesehatan harus benar-benar dipatuhi,” tegas dr. Achmad.

Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email (D2)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat

drg. Widyawati, MKM