Berapa lama antibiotik bertahan dalam tubuh

Namun demikian, bukan berarti Anda bisa seenaknya menghentikan penggunaan antibiotik tanpa sepengetahuan dokter. Salah-salah malah resistensi antibiotik malah terjadi karena durasi minum antibiotik yang terlalu pendek.

Professor Helen Stokes-Lampard, ketua perhimpunan dokter umum di UK (Royal College of GPs) mengatakan bahwa penentuan durasi minum antibiotik bukanlah tanpa dasar. Perbedaan durasi minum antibiotik memang berbeda-beda berdasarkan jenis dan tingkat keparahan penyakit. Contohnya, untuk infeksi saluran kemih sering kali meminum antibiotik selama 3 hari cukup untuk membunuh bakteri. Namun untuk infeksi tuberkulosis yang disebabkan bakteri tahan asam, enam bulan merupakan durasi pemakaian antibiotik yang minimal dan selanjutnya perlu evaluasi sebelum memutuskan pemberhentian antibiotik.

Baiknya, jika Anda diberi antibiotik coba tanyakan kepada dokter, seberapa lama durasi minum antibiotik yang diperlukan. Jangan lupa juga tanyakan, apabila kondisi Anda mulai membaik, apakah obat antibiotik harus tetap diminum atau dihentikan. Karena pada dasarnya, konsumsi antibiotik tiap orang berbeda-beda, tergantung pada riwayat dan kondisi kesehatan masing-masing.

Berapa lama antibiotik bertahan dalam tubuh

Ketika berobat ke dokter, tak jarang kita diresepkan obat antibiotik. Penjelasan dokter atau tenaga kesehatan lain hampir seragam: antibiotik harus dihabiskan. Tapi bagaimana jika merasa sudah sembuh saat antibiotik belum habis? Apa boleh antibiotik tak dihabiskan?

Berapa lama antibiotik bertahan dalam tubuh

Mengenal Obat Antibiotik

Antibiotik adalah obat yang mampu membunuh kuman didalam tubuh, dengan berbagai macam cara kerja agar bakteri penyebab infeksi mengalami kematian.  Penggunaan antibiotik pada pasien juga harus mengikuti kebijakan yang mempertimbangkan kondisi klinis pasien, kuman yang dicurigai menginfeksi, dan cara kerja dari obat antibiotik itu sendiri

Tubuh kita sudah ada system yang terbentuk untuk melawan infeksi, namun kemampuannya terbatas sampai titik tertentu sehingga jika terjadi infeksi berat, tubuh memerlukan bantuan dari antibiotik ini untuk menyembuhkan penyakit.

Antibiotik harus dipakai dengan tatacara yang benar, dari dosis, durasi pemberian, cara pemberian dan jenis dari antibiotiknya yang sesuai dengan kuman yang dicurigai menginfeksi.  Semua faktor tersebut harus diperhitungkan untuk kesuksesan dari penyembuhan infeksi

Di tubuh setiap orang terdapat bakteri. Ada bakteri baik yang membuat kita senantiasa sehat. Tapi juga ada bakteri jahat yang justru menyebabkan kita jatuh sakit. Obat antibiotik adalah senjata untuk melawan infeksi dari bakteri jahat tersebut.  Namun, pemicu sakit bukan selalu bakteri. Ada pula virus dan jamur yang dapat menginfeksi manusia. Bila kita sakit karena virus atau jamur, antibiotik tidak akan manjur melawannya. Jika kita mengonsumsi antibiotik yang sebenarnya tidak kita perlukan, kondisi kita justru bisa memburuk dan sakit tak kunjung sembuh. Bahkan, bila keliru digunakan, efek samping dari antibiotik  akan keluar seperti  diare, mual, dan ruam.

Bakteripun bisa menjadi resisten terhadap antibiotik. Obat antibiotik yang biasanya dapat mematikan bakteri, kelak tidak dapat bekerja lagi dikarenakan sistem adaptasi bakteri tersebut dalam menangkal obat antibiotic.  Sehingga antibiotik itu menjadi tidak efektif lagi untuk menyembuhkan kita di kemudian hari.

Bolehkah Obat Antibiotik Tidak Dihabiskan?

Ada penelitian yang menyimpulkan antibiotik tidak selalu harus dihabiskan. Aturan bahwa antibiotik harus habis agar manjur disebut tak punya bukti yang kuat. Penelitian ini menyebutkan kita harus seminimal mungkin mengonsumsi obat-obatan demi kesehatan jangka panjang. Maka bila sudah merasa kondisinya membaik ketika sakit, konsumsi antibiotik bisa dihentikan.

Namun, pada kenyataannya, pemberian antibiotik harus mempertimbangkan banyak hal seperti kondisi klinis pasien, bakteri yang dicurigai, adanya penyakit kronis pada pasien tersebut, kemampuan ekonomi, efek samping obat dan efektivitas obat terhadap infeksi tersebut. Pemberian obat ini didasari hasil pemeriksaan oleh dokter yang telah menghitung perkiraan kebutuhan antibiotik untuk mengobati pasien sesuai dengan diagnosis. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun menyarankan obat antibiotik dihabiskan agar efektif melawan infeksi bakteri dalam tubuh pasien.

Baca Juga:  Tips Sehat Selama Perjalanan Mudik

Apa yang Terjadi Jika Obat Antibiotik Tidak Dihabiskan?

Teori yang melatari pendapat bahwa obat antibiotik harus dihabiskan adalah adanya potensi bakteri yang kuat masih tersisa di dalam tubuh walau kondisi sudah membaik. Antibiotik bekerja melawan infeksi bakteri dari hari ke hari hingga tuntas sesuai dengan resep dokter. Bila pemberian obat itu dihentikan sebelum waktunya, dikhawatirkan cuma bakteri lemah yang terbunuh. Sedangkan bakteri kuat masih hidup.

Bakteri kuat ini bisa bertahan dan berkembang biak hingga menyebabkan infeksi makin parah. Bakteri itu pun jadi lebih mampu mempertahankan diri terhadap obat antibiotik yang sama. Artinya, pasien bisa jadi mesti berganti antibiotik atau meminum obat berdosis lebih tinggi untuk dapat sembuh.

Berapa Hari Antibiotik Digunakan?

Sudah ada banyak riset mengenai berapa lama seharusnya konsumsi antibiotik agar mempan melawan infeksi. Dokter meresepkan antibiotik, termasuk berapa hari konsumsinya, berdasarkan diagnosis lewat pemeriksaan. Sedangkan kondisi pasien berbeda-beda. Maka tidak ada rumus pasti berapa hari antibiotik digunakan.

Lama konsumsi obat antibiotik bergantung pada jenis infeksi, dan kondisi klinis pasien. Yang pasti, semakin pendek konsumsi antibiotik makin baik buat kesehatan karena menurunkan kemungkinan efek samping. Ada kemungkinan pasien membaik walau antibiotik belum habis. Tapi ada juga pasien perlu datang lagi ke dokter untuk mendapat tambahan antibiotik lantaran belum juga sembuh.

Jika Obat Antibiotik Habis Sebelum Sembuh, Apa yang Harus Dilakukan?

Ketika antibiotik sudah habis padahal masih sakit, jangan sembarangan beli obat sendiri. Konsumsi antibiotik tetap harus didasari resep dokter. Jadi kita mesti kembali mendatangi dokter dan menjalani pemeriksaan lanjutan guna mengetahui lebih pasti kondisi infeksi yang terjadi.

Bisa jadi dokter akan memberikan antibiotik berbeda atau menambah dosis. Ikuti anjuran dokter dalam meminum antibiotik agar tepat sasaran dan berhasil membunuh tuntas bakteri penyebab sakit.

Baca Juga:  Cara Memberikan Nafas Buatan Dalam Kondisi Darurat

Tips Menjaga Kesehatan dan Manfaat Rutin Medical Check Up

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kita bisa mencegah infeksi bakteri dengan disiplin menjaga pola hidup sehat. Pastikan rutin bergerak aktif atau berolahraga setiap hari. Jauhi atau batasi konsumsi makanan tidak sehat seperti gorengan dan fast food. Infeksi bakteri juga kerap datang dari lingkungan yang tidak bersih. Jadi kita wajib membersihkan rumah dan sekitarnya secara teratur, termasuk rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Medical check up rutin juga bermanfaat mendeteksi penyakit sebelum menjadi buruk. Semakin bertambahnya usia, maka kebutuhan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh akan bertambah. Berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui kebutuhan medical check up sesuai dengan kondisi masing-masing.

Kapan Harus ke Dokter?

Obat antibiotik harus selalu diminum dengan resep dokter. Meski obat ini banyak tersedia di toko obat atau online, sebaiknya tidak membeli dan mengonsumsinya tanpa resep dokter. Konsumsi antibiotik yang tak sesuai anjuran dokter justru dapat membahayakan kesehatan, termasuk membuat tubuh lebih mudah terserang infeksi bakteri karena adanya resistensi antibiotik.

Kesimpulan

Pemberian antibiotik harus mempertimbangkan banyak faktor.  Hal ini menyebabkan pemberian resep antibiotik harus dengan resep dokter sesuai pertimbangan medis.  Durasi dari pemberian antibiotik juga dilihat dari jenis infeksi dan kesehatan pasiennya.  Oleh karena itu, konsumsi antibiotik harus mengikuti anjuran dokter untuk meminimalisir efek samping obat dan menurunkan kemungkinan timbulnya resistensi antibiotik.

Ditinjau oleh:

dr. Mauludi Rachmantya Tranggana, Sp.PD

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Primaya Hospital Bhakti Wara

Referensi:

Is it time to stop counselling patients to “finish the course of antibiotics”? https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5661683/. Diakses 17 September 2021

The antibiotic course has had its day. https://www.bmj.com/content/358/bmj.j3418. Diakses 17 September 2021

Combating Antibiotic Resistance. https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/combating-antibiotic-resistance. Diakses 17 September 2021

No evidence that stopping antibiotics early encourages antibiotic resistance, say experts. https://pharmaceutical-journal.com/article/news/no-evidence-that-stopping-antibiotics-early-encourages-antibiotic-resistance-say-experts. Diakses 17 September 2021

A Few Days on Antibiotics Are Often as Good as Weeks, Research Shows. https://www.scientificamerican.com/article/a-few-days-on-antibiotics-are-often-as-good-as-weeks-research-shows/. Diakses 17 September 2021

Bagikan ke :
Berapa lama antibiotik bertahan dalam tubuh
Berapa lama antibiotik bertahan dalam tubuh
Berapa lama antibiotik bertahan dalam tubuh