Sabtu, 9 November 2013 | 08:15 WIB
Dengan bantuan teleskop antariksa Hubble, astronom menemukan sebuah benda langit aneh di wilayah sabuk asteroid, wilayah antara orbit Mars dan Jupiter.Ada beberapa hal yang membuat benda langit itu bisa dikatakan aneh. Sementara ditemukan di orbit asteroid, benda langit ini menyerupai komet karena memiliki ekor. Lebih aneh lagi, tak seperti komet biasanya, ekor benda langit ini berjumlah enam.Dinamai P/2013 P5, benda langit tersebut pertama kali terobservasi pada bulan Agustus 2013 lalu dengan teleksop pan-STARRS 1 di Hawaii.Observasi selanjutnya sebanyak dua kali pada 10 September 2013 dan 23 September 2013 berhasil menemukan keanehan pada obyek itu. Benda langit tersebut menyerupai komet yang punya ekor banyak.Dengan dua kali observasi itu, astronom menemukan keanehan lain. Benda langit itu ternyata berputar layaknya kok bulu tangkis dalam jangka waktu antara 10-23 September 2013."Kami benar-benar tercengang ketika melihatnya. Lebih mengagumkan, struktur ekor benda langit itu berubah secara dramatis dalam waktu hanya 13 hari seiring debu yang dihasilkan," kata David Jewitt, pimpinan riset penemuan benda langit ini yang berasal University of California."Sulit untuk percaya bahwa kita sedang melihat asteroid," imbuhnya seperti dikutip Discovery, pada Kamis (7/11/2013).Lalu, apa sejatinya benda langit itu? Komet, asteroid, atau jenis benda langit baru? Astronom menduga, benda langit itu adalah asteroid yang mengalami efek Yarkovsky-O’Keefe-Radzievskii-Paddack (YORP).Pada dasarnya, asteroid itu mengalami pemanasan yang tidak merata. Akibatnya, asteroid ini berputar.Bagian asteroid yang menghadap Matahari terus dipanasi. Namun, ketika asteroid berputar, panas diradiasikan ke bagian yang gelap. Panas yang dilepaskan lewat radiasi dibawa oleh foton inframerah yang juga dilepaskan. Dalam jangka panjang, radiasi membuat asteroid berputar makin cepat.Tentang jumlah ekor yang banyak, Jessica Agarwal dari the Max Planck Institute for Solar System Research di Lindau, Jerman, punya penjelasan."Berdasarkan observasi dan pemodelan, kami menyimpulkan bahwa P/2013 P5 mungkin kehilangan debu seiring rotasi yang sangat cepat. Matahari lalu menarik debu ini sehingga wujud ekor yang banyak bisa kita lihat," jelasnya.Asteroid ini berukuran 240 meter dan diduga telah kehilangan 100-1000 ton debu. Observasi lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah debu dilepaskan dari ekuator asteroid.Jewitt mengungkapkan, penemuan benda langit ini membuka kemungkinan penemuan benda langit lain yang sejenis. Jewitt memublikasikan hasil risetnya di Astrophysical Journal Letters yang terbit Kamis kemarin. Asteroid, disebut juga planet minor atau planetoid, adalah benda berukuran lebih kecil daripada planet, tetapi lebih besar daripada meteoroid, umumnya terdapat di bagian dalam Tata Surya (lebih dalam dari orbit planet Neptunus). Asteroid berbeda dengan komet dari penampakan visualnya. Komet menampakkan koma ("ekor") sementara asteroid tidak. Istilah ini secara historis ditujukan untuk semua objek astronomis yang mengelilingi matahari dan setelah diobservasi tidak memiliki karakteristik komet aktif.
Ada jutaan asteroid, yang menurut pemikiran banyak orang adalah sisa-sisa kehancuran planetisimal, material di dalam solar nebula matahari muda yang tidak pernah tumbuh besar untuk menjadi planet.[1] Mayoritas asteroid yang telah diketahui mengorbit pada sabuk asteroid di antara orbit Mars dan Jupiter atau berbagi orbit dengan Jupiter (Asteroid Troya Jupiter). Tetapi, terdapat keluarga orbit lainnya dengan populasi signifikan, termasuk asteroid dekat-Bumi. Asteroid individual diklasifikasikan berdasarkan karakteristik spektrum emisi mereka, dengan mayoritas terbagi menjadi tiga kelompok utama: tipe-C, tipe-M, dan tipe-S. Kelompok ini diberi nama dan umumnya diidentifikasi dari komposisi karbon, logam, dan silikat.
Hanya satu asteroid, 4 Vesta, yang memiliki permukaan relatif reflektif, secara normal dapat dilihat dengan mata telanjang dan ini hanya pada langit yang sangat gelap dan posisinya memungkinkan. Asteroid-asteroid kecil yang melintas dekat dengan bumi jarang dapat dilihat dengan mata telanjang dalam waktu yang singkat.[2] Hingga April 2016, Pusat Planet Minor memiliki data lebih dari 1,3 juta objek di dalam dan luar Tata Surya, 750.000 di antaranya telah memiliki informasi yang cukup untuk penamaan bernomor.[3] Asteroid yang pertama kali ditemukan adalah Ceres pada tahun 1801 oleh Giuseppe Piazzi dan pada awalnya dipertimbangkan sebagai planet baru.[note 1] Penemuan ini diikuti dengan penemuan benda-benda lainnya yang serupa, yang dengan peralatan saat itu, terlihat sebagai titik-titik cahaya, seperti bintang, menunjukkan cakram planet dalam bentuk kecil atau tidak ada sama sekali, meskipun secara mudah dapat dibedakan dari bintang karena gerakan mereka yang terlihat. Hal ini mendorong astronom Sir William Herschel untuk mengusulkan istilah "asteroid",[4] berasal dari bahasa Yunani, ἀστεροειδής asteroeidēs berarti 'seperti bintang, berbentuk bintang', dari bahasa Yunani Kuno, ἀστήρ astēr yang artinya 'bintang, planet'. Metode-metode historisMetode-metode penemuan asteroid telah berkembang secara dramatis dalam dua abad terakhir. Pada beberapa tahun terakhir abad ke-18, Baron Franz Xaver von Zach mengorganisasi suatu kelompok terdiri atas 24 orang astronom mencari planet yang hilang pada jarak sekitar 2,8 au dari matahari berdasarkan hukum Titius-Bode karena hukum itu juga digunakan oleh Sir William Herschel untuk menemukan planet Uranus tahun 1781. Tugas ini membutuhkan grafik langit yang ditulis tangan berisi semua bintang pada sabuk zodiak hingga batas penglihatan yang disepakati. Malam berikutnya, langit akan dipetakan lagi seperti grafik sebelumnya dan diharapkan setiap objek yang bergerak akan terlihat. Gerakan planet hilang yang dicari sekitar 30 detik busur per jam secara mudah terlihat oleh pengamat. Gambar asteroid (Ceres dan Vesta) pertama dari Mars – dilihat dari Curiosity (20 April 2014). Objek pertama, Ceres, tidak ditemukan oleh anggota kelompok itu, tetapi lebih karena ketidaksengajaan tahun 1801 oleh Giuseppe Piazzi, direktur observatorium Palermo di Sisilia. Ia menemukan objek baru mirip bintang di Taurus dan mengikuti perpindahan objek ini selama beberapa malam. Kemudian pada tahun yang sama, Carl Friedrich Gauss menggunakan hasil observasi tersebut untuk menghitung orbit objek yang belum dikenal itu, yang diketahui berada di antara planet Mars dan Jupiter. Piazzi mengambil namanya dari Seres, dewi pertanian Romawi. Tiga asteroid lain, yaitu (2 Pallas, 3 Juno, dan 4 Vesta) ditemukan beberapa tahun kemudian. Vesta ditemukan tahun 1807. Setelah delapan tahun mencari tanpa hasil, sebagian besar astronom berpendapat bahwa tidak ada lagi objek baru dan tidak melanjutkan pencarian. Namun, Karl Ludwig Hencke bertahan dan mulai mencari asteroid lagi tahun 1830. Lima belas tahun kemudian, ia menemukan 5 Astraea, asteroid baru pertama dalam kurun waktu 38 tahun. Ia juga menemukan 6 Hebe kurang dari dua tahun kemudian. Setelah itu, astronom-astronom lain bergabung dalam pencarian dan sedikitnya satu asteroid baru ditemukan setiap tahun (kecuali dalam masa perang tahun 1945). Pemburu-pemburu asteroid ternama pada awal era ini adalah J. R. Hind, Annibale de Gasparis, Robert Luther, H. M. S. Goldschmidt, Jean Chacornac, James Ferguson, Norman Robert Pogson, E. W. Tempel, J. C. Watson, C. H. F. Peters, A. Borrelly, J. Palisa, Henry bersaudara, dan Auguste Charlois. Tahun 1891, Max Wolf merintis penggunaan astrofotografi untuk mendeteksi asteroid, yang terlihat sebagai garis-garis pendek pada pelat fotografis pajanan lama. Metode ini secara dramatis meningkatkan tingkat deteksi dibandingkan dengan metode-metode visual sebelumnya. Wolf sendiri menemukan 248 asteroid, dimulai dengan 323 Brucia, sedangkan hingga saat itu asteroid yang telah ditemukan baru berjumlah 300 lebih sedikit. Setelah diketahui bahwa masih banyak lagi, kebanyakan astronom tidak memedulikannya, menyebutnya "kutu langit",[5] sebuh frasa yang secara beragam dikaitkan dengan Eduard Suess[6] dan Edmund Weiss.[7] Bahkan hingga seabad kemudian, hanya beberapa ribu asteroid telah diidentifikasi, dinomori, dan diberi nama. Sebuah asteroid yang baru ditemukan diberikan suatu penandaan sementara (contohnya 2002 AT4) terdiri atas tahun penemuan dan kode alfanumerik yang menunjukkan setengah bulanan dari penemuan dan urutan penemuan dalam setengah bulanan tersebut. Setelah orbit asteroid terkonfirmasi, asteroid tersebut diberikan angka dan kemudian dapat juga diberikan nama (contohnya 433 Eros). Konvensi penamaan formal menggunakan tanda kurung di sekitar angka (contohnya (433) Eros), tetapi tanpa tanda kurung sudah umum digunakan. Secara informal, hal yang umum juga menyebutkan nama tanpa angka, atau angka tidak lagi disebutkan setelah penyebutan pertama apabila nama asteroid disebutkan berulang-ulang. SimbolAsteroid yang pertama ditemukan ditandai dengan simbol ikon menyerupai yang digunakan untuk menandai planet secara tradisional. Hingga tahun 1855 ada dua lusin simbol asteroid yang sering muncul dalam beragam varian.[8]
Sabuk asteroid (titik-titik putih). 253 Mathilde, asteroid tipe C berukuran sekitar 50 kilometer (30 mil) melintang, dengan setengah dari ukuran itu adalah kawah-kawah. Foto diambil tahun 1997 oleh wahana NEAR Shoemaker. Dari kiri ke kanan: 4 Vesta, 1 Ceres, Bulan. Sudah sebanyak ratusan ribu asteroid di dalam tatasurya kita diketemukan dan kini penemuan baru itu rata-rata sebanyak 5000 buah per bulannya. Pada 27 Agustus 2006, dari total 339.376 planet kecil yang terdaftar, 136.563 di antaranya memiliki orbit yang cukup dikenal sehingga bisa diberi nomor resmi yang permanen. Di antara planet-planet tersebut, 13.350[13] memiliki nama resmi (trivia: kira-kira 650 di antara nama ini memerlukan tanda pengenal). Nomor terbawah tetapi berupa planet kecil tak bernama yaitu (3360) 1981 VA; planet kecil yang dinamai dengan nomor teratas (kecuali planet katai 136199 Eris serta 134340 Pluto), yaitu 129342 Ependes.[14] Kini diperkirakan bahwa asteroid yang berdiameter lebih dari 1 km dalam sistem tatasurya tatasurya berjumlah total antara 1.1 hingga 1.9 juta.[15] Astéroid terluas dalam sistem tatasurya sebelah dalam, yaitu 1 Ceres dengan diameter 900–1000 km. Dua asteroid sabuk sistem tatasurya sebelah dalam, yaitu 2 Pallas dan 4 Vesta; keduanya memiliki diameter ~ 500 km. Vesta merupakan asteroid sabuk paling utama yang kadang-kadang terlihat oleh mata telanjang (pada beberapa kejadian yang cukup jarang, asteroid yang dekat dengan bumi dapat terlihat tanpa bantuan teknis; lihat 99942 Apophis). Massa seluruh asteroid Sabuk Utama diperkirakan sekitar 3.0-3.6×1021 kg,[16][17] atau kurang lebih 4% dari massa bulan. Dari kesemuanya ini, 1 Ceres bermassa 0.95×1021 kg, 32% dari totalnya. Kemudian asteroid terpadat, 4 Vesta (9%), 2 Pallas (7%) dan 10 Hygiea (3%), menjadikan perkiraan ini menjadi 51%; tiga seterusnya, 511 Davida (1.2%), 704 Interamnia (1.0%) dan 3 Juno (0.9%), hanya menambah 3% dari massa totalnya. Jumlah asteroid berikutnya bertambah secara eksponensial walaupun massa masing-masing turun. Dikatakan bahwa asteroid Ida juga memiliki sebuah satelit yang bernama Dactyl. Sudah ada beberapa misi luar angkasa yang dikhususkan untuk asteroid. Antara lain: Hayabusa 1, Hayabusa 2, OSIRIS-REx, LUCY, Near Shoemaker, Dawn, dan yang akan segera diluncurkan DART. Selain Hayabusa1 dan Hayabusa2, misi-misi ini adalah buatan NASA.
Page 25 Astraea[7] atau dalam bahasa Yunani: Αστραία, ditulis sebagai Astræa dalam literatur awal, adalah asteroid dalam sabuk utama yang besar. Permukaannya sangat memantulkan cahaya (terang) dan komposisinya kemungkinan merupakan pencampuran antara besi-nikel dengan magnesium- dan besi-silikat.
Asal nama Nama alternatif Kategori planet minor Sumbu semimayor 384,945 Gm (2,573 SA)Eksentrisitas0,193Periode orbit 1507,676 hr (4,13 a)Kecepatan orbit rata-rata 18,39 km/dtkAnomali rata-rata 194,442°Inklinasi5,369°Bujur node menaik 141,690°Argumen perihelion 357,530°Elemen orbit tetap[1]Sumbu semimayor tetap 2,5761849 AUEksentrisitas tetap 0,1980486Inklinasi tetap 4,5118628°Pergerakan rata-rata tetap 87.046396 ° / tahunPeriode orbit tetap 4.13573 tahun(1510.574 hari) Presesi perihelion 52,210903 arcsec / tahunPresesi node menaik −57,357951 arcsec / tahunCiri-ciri fisikDimensi167×123×82 km[2][3]119 km (rata-rata)Massa2,9×1018 kg[4][5] (diasumsikan)[6] Massa jenis rata-rata ~3,3 g/cm³Gravitasi permukaan ~0,023 m/s²Kecepatan lepas ~0.062 km/sPeriode rotasi 0.700 03 hr (16.801 jam)[3]Albedo0,227 (geometrik)[2]Suhu~167 Kmaks: 263 K (-10 °C) Pola spektrum Magnitudo semu 8,74 hingga 12,89Magnitudo mutlak (H) 6,85Diameter sudut 0,15" hingga 0,041"
Astraea adalah asteroid kelima yang telah ditemukan manusia pada 8 Desember 1845, oleh Karl Ludwig Hencke dan dinamai mengikuti Asteria, seorang dewi keadilan. Astraea merupakan astroid pertama dari dua asteroid yang ia temukan. Yang kedua adalah 6 Hebe. Seorang astronom amatir dan pegawai kantor, Hencke sedang mencari 4 Vesta saat ia menemukan Astraea. Raja Prussia menghadiahkan dia uang tahunan senilai 1,200 Mark atas penemuannya tersebut.[8] Fotometri menunjukan rotasi prograde, di mana kutub utaranya menghadap ke arah asensio rekta 9 jam 52 menit, deklinasi 73° dengan tingkat ketidakpastian 5°.[3] Dari sini didapatkan kemiringan sumbunya sebesar 33°. Astraea secara fisik tidak terlalu memiliki ciri khas, namun terkenal karena selama 38 tahun (setelah penemuan Vesta pada tahun 1807), hanya ditemukan dan diperkirakan bahwa hanya ada empat asteroid.[9] Dari segi kecerahan maksimum, Astraea adalah asteroid sabuk utama tercerah urutan ketujuh-belas, lebih redup dari 192 Nausikaa dan bahkan, pada masa oposisi dekat perihelion, dari 324 Bamberga.[1] Astraea akan memiliki magnitudo +8.7 pada masa oposisi pada 15 Februari 2016. Setelah penemuan Astraea, ribuan asteroid lainnya ditemukan. Penemuan Astraea terbukti menjadi titik mula di mana kepercayaan bahwa hanya ada empat asteroid asli (yang dianggap planet pada saat itu) dipatahkan.[9] Penutupan benda luar angkasa oleh Astaea pada 6 Juni 2008 menghasilkan diameter efektif (siluet) 115±6 km.[10] Astraea telah dipelajari dengan radar astronomi.[11] Observatorium Arecibo mengamati Astraea pada bulan Maret 2012.[12][13]
|