"Sore itu hujan turun sedemikian derasnya. Kumpulan milyaran tetesan air yang membuat udara terasa begitu dingin. Hembusan angin kencang menampar-nampar dua lubang hidung. Tapi ada yang berbeda. Cuping ini hidung membaui aroma lain selain hujan. Terasa padat, beraroma tak enak. Saya memutar bola mata, berhenti beberapa detik pada tulisan 'Kawasan Tanpa Rokok', merasa sedikit lega lalu kembali memandang berkeliling. Itu dia! Seorang lelaki paruh baya dengan gumpalan asap keluar dari bibirnya. Sebatang rokok terselip di antara telunjuk dan jari tengahnya."Saya nggak yakin laki-laki itu sudah membaca stiker peringatatan Kawasan Tanpa Rokok sebelum dia mulai menyalakan rokoknya. Tapi andai dia membaca, saya juga yakin dia akan tetap menyalakan rokok itu. Kenapa? Show
Saya menghampiri laki-laki itu dan menegur secara halus bahwa saya terganggu dengan asap rokoknya dan di sana tertera Kawasan Tanpa Rokok. Saya nggak sempat melihat reaksi selanjutnya darinya selain kilatan mata tak suka. Di luar dugaan, lelaki tersebut melempar puntung rokok di depan saya. Saat membalikkan badan, tubuhnya tengah ditahan petugas keamanan. Sepertinya dia marah. Terlihat kilatan itu di matanya. Saya sedikit penasaran kenapa petugas keamanan sampai menahan tubuhnya. Apakah dia berniat maju dan memukul? Atau sekedar menggertak? Berhubung saat itu saya bersama anak-anak, memilih pergi adalah pilihan terbaik. Saya nggak mau anak-anak melihat adegan kasar di depan matanya. Di perjalanan pulang, saya sampaikan kepada mereka bahwa tindakan laki-laki tadi, bukan contoh yang baik. Bagi saya, merokok adalah hak setiap individu. Memperoleh udara segar, juga demikian. Andai di sana nggak tertempel stiker Kawasan Tanpa Rokok, saya juga nggak akan menegurnya. Tapi ini jelas terpampang. Artinya, pemerintah pun melarang siapapun merokok di area tersebut. Salah kah saya? Tentu, saya juga nggak akan meminta seseorang mematikan rokoknya kalau kami berada di rumahnya. Sesederhana itu. Di mana ada larangan, di sanalah harus kita harus patuh. Begitu, kan? Manusia Sebagai Makhluk SosialSemasa sekolah dulu, kita pasti pernah belajar ya, bahwa manusia juga mempunyai peran sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial merupakan makhluk yang berhubungan secara timbal balik dengan manusia lain.Dalam sosiologi, makhluk sosial adalah sebuah konsep ideologis saat masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah "organisme hidup." Source: id.wikipedia.org Source: Pexels Hubungan timbal balik apa yang diharapkan terjadi antar sesama manusia? Saling merugikan atau saling membantu? Nyatanya, konsep manusia sebagai makhuk sosial acapkali bergeser. Kebutuhan pribadi dirasa menjadi prioritas dengan atau tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Dalam hal ini, saat berada di fasilitas umum. Urusan tetap keukeuh merokok di Kawasan Tanpa Rokok hanya satu contoh nyata dari sekian banyak kegagalan seseorang menjadi makhluk sosial kala berada di fasilitas umum. Sebagai perempuan yang sangat akrab dengan sarana dan prasana umum, seringkali hati ini merasa miris dengan bagaimana manusia di sekitar saya bersikap. Dilansir dari organisasi.org, fasilitas umum adalah fasilitas yang diadakan untuk kepentingan umum Contoh fasilitas umum adalah:
Peristiwa yang saya alami setelah menegur lelaki yang merokok di Kawasan Tanpa Rokok tersebut hanya bagian kecil saja. Fasilitas umum dibuat untuk kepentingan umum, kepentingan bersama. Jadi selayaknya penggunannya tetap mempertimbangkan orang di sekitar kita. Setuju? #HarusSetujuDong Cara Bijak Menggunakan Fasilitas UmumAdakah di antara teman-teman yang sering menggunakan fasilitas umum? Pastinya banyak dong, ya. Mengendarai kendaraan pribadi pun kita pasti menggunakan jalan/ fly over, under pass, atau jembatan sebagai fasilitas umum. Bagaimana dong, cara bijak menggunakannya? Yuk ah, kita bahas beberapa di antaranya di sini: Jalan
Angkutan Umum Ada yang belum pernah naik angkutan umum? Wuih, rugi! Meskipun transportasi online sangat memudahkan keseharian saya untuk berpindah tempat, naik angkutan umum tetap saya lakukan dengan beberapa pertimbangan. Misalnya:
Nah, naik angkutan umum pun perlu bersikap bijak juga, lho. Seperti ini, ya:
Angkutan Umum Ada yang belum pernah naik angkutan umum? Wuih, rugi! Meskipun transportasi online sangat memudahkan keseharian saya untuk berpindah tempat, naik angkutan umum tetap saya lakukan dengan beberapa pertimbangan. Misalnya:
Nah, naik angkutan umum pun perlu bersikap bijak juga, lho. Seperti ini, ya:
Saluran Air Hati sejuk dan mata nyaman ya, kalau melihat air yang mengalir jernih tanpa sampah. Menjaga tangan kita supaya nggak gatal membuang sampah ke saluran air adalah salah satu sikap bijak yang bisa dipilih. Wah, lagi-lagi sampah ya, yang banyak merusak fasilitas umum kita. Kalau membahas kebiasaan membuang sampah di aliran air, duh, saya sedih karena masyarakat di sekitar saya tinggal pun begitu. Terutama mereka yang tinggal di tepi sungai. Jembatan Berfoto di tepi jembatan, sepertinya terlihat keren. Tapi ada baiknya kita tetap memerhatikan keselamatan dengan menjaga jarak antara kita dengan sungai yang mengalir di bawahnya. Pertimbangkan juga kepadatan kendaraan yang mungkin terjadi kalau kita memarkir kendaraan di dekat jembatan. Ruang yang kita gunakan untuk memarkir kendaraan, seharusnya bisa digunakan pengguna kendaraan lain yang mau melintas, bukan? Source: Lovely BogorHalte Saya sering berandai-andai deh semua transportasi umum darat seperti bus, angkutan kota, metromini, hanya diperbolehkan menaikturunkan penumpang di halte. Seperti di luar negeri begitu, lho. Dampak positifnya pasti banyak, ya:
Tapi sayangnya, jumlah halte khususnya di kota tempat saya tinggal masih terbatas. Source: TribunnewsKondisinya pun banyak yang nggak terawat. Mulai dari bangunan yang rusak, kotor, berbau, dan penuh dengan coretan. Yuk, rawat halte untuk kepentingan kita bersama dengan cara:
Alat Penerangan Umum Alat penerangan umum sangat penting untuk membantu menerangi jalan atau taman saat hari mulai gelap. Tetap rawat dengan baik dengan cara mudah saja, jauhkan keusilan tangan kita dari mencoret-coret atau membongkar bagian dalamnya. Ingat ya, kondisi jalan atau taman yang gelap berpotensi memunculkan tindak kejahatan. Jalur Busway Dulu, semasa masih bekerja di kantor. Saya sering mendapati berita mengerikan di jalanan depan kantor. Penyeberang jalan tertabrak bus TransJakarta. Meninggal dunia. Iya, gedung tempat kantor saya berada dulu memang berada di salah satu jalan utama di Jakarta. Di tengah-tengah jalan, terdapat jalur bus TransJakarta yang menuju Ragunan dan sebaliknya menuju Kuningan. Volume bus yang lewat cukup tinggi. Saat berada di luar untuk membeli makan siang, jantung saya seringkali berdegup lebih cepat saat berhenti di tengah jalan untuk membiarkan bus-bus tersebut lewat. Tahu kenapa? Busnya gede buanget! Ngeri kesenggol. Source: WikipediaNah, tapi ternyata ada perilaku manusia yang nggak patut ditiru di sana. Duh, yuk ah bijak dalam menggunakan salah satu fasilitas umum ini.
Trotar Sebagai penikmat berjalan kaki maaf kalau bosan karena jalan kaki itu nikmat sekali tentunya saya paling suka kalau kegiatan ini didukung oleh fasilitas trotoar yang memadai. Bersih, tanpa aroma tak sedap, dan tentunya bisa berjalan bersama-sama dengan sesama penikmat berjalan kaki atau pengendara sepeda saja. Kalau melihat gambar trotoar di bawah ini, asyik ya? Source: Lovely Bogor
Kalau fasilitas umum di sekitar kita terjaga dan terawat, tentunya kita akan semakin nyaman menggunakannya. Bukankah begitu, teman-teman? Bagi saya yang terbiasa menggunakan fasilitas umum bersama anak-anak, ini bisa menjadi sarana edukasi juga bagi mereka. Mulai dari ketentuan yang tertulis, manfaatnya apabila bersikap bijak, dan dampak buruk jika kita menyia-nyiakannya. Anak-anak pun bisa belajar bersikap bijak dengan fasilitas umum di sekitar mereka semenjak dini. Semoga terbawa hingga mereka dewasa nanti, ya. Fasilitas umum apa yang biasa teman-teman gunakan? Punya cara bijak apa nih untuk menjaganya tetap terawat? Yuk, boleh share di sini. The Happier Me, Melina Sekarsari |