Bagaimana pendapat anda mengenai berbagai teori yang menjelaskan proses terjadinya tata surya

tirto.id - Tata surya tempat manusia hidup terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan 8 planet, meteorid, komet, serta asteroid yang mengelilinginya.

Delapan planet itu ialah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Semula Pluto juga dikategorikan sebagai planet yang mengelilingi matahari kita. Namun, sejak 2006, Pluto tidak lagi dikategorikan sebagai planet.

Mengutip penjelasan di laman Kemdikbud, setiap planet mengitari Matahari dalam sebuah lintasan elips disebut orbit planet. Orbit segenap planet hampir pada bidang yang sama. Johannes Kepler (1571–1630) meneliti gerak planet-planet dalam mengelilingi Matahari, kemudian merumuskannya dalam Hukum Kepler.

Lokasi tata surya kita berada di tepi galaksi Bima Sakti dengan usia diperkirakan sudah mencapai 4,6 miliar tahun. Adapun Bima Sakti yang memiliki miliaran bintang serupa matahari, hanya salah satu dari sejumlah galaksi yang sudah dikenali, selain Magelan, Andromeda dan lainnya.

Salah satu topik dalam studi tentang tata surya adalah teori mengenai asal-usul pembentukannya. Dalam perkembangan sains modern, telah muncul sejumlah teori tentang pembentukan tata surya.

Hingga kini teori-teori itu masih dianggap sebagai hipotesa. Berikut ini penjelasannya, mengutip ulasan yang dilansir laman Universitas Brawijaya.

1. Teori Kabut/Nebula

Teori Nebula pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf, Immanuel Kant. Dalam bukunya yang yang berjudul “The Universal Natural History and Theories of The Heavens" pada tahun 1755, Kant menyampaikan bahwa kabut serta gas yang terdapat di angkasa berputar secara lambat hingga akhirnya membentuk cakram yang datar dan memiliki inti massa.

Bagian tengah dari inti massa tersebut memiliki suhu yang tinggi dan berpijar, hingga membentuk matahari. Serta inti massa bagian pinggir mengalami pendinginan dan secara perlahan berubah menjadi palnet yang mengorbit pada matahari.

Pendapat berbeda disampaikan oleh astronom Prancis, Pierre Simon De Laplace. Dalam bukunya yang berjudul “Exposition of a World System" yang diterbitkan pada tahun 1796, ia menyampaikan bahwa tata surya berasal dari kabut gas yang berputar dengan cepat serta memiliki suhu tinggi.

Dengan kecepatan yang tinggi akhirnya membuat materi bola gas terlempar ke sekelilingnya. Bola-bola padat tersebut akhirnya berubah menjadi planet. Sedangkan bola yang panas menjadi pusat peredaran planet, alias matahari.

2. Teori Awan Debu

Tidak jauh berbeda dengan teori Nebula, teori Awan Debu yang dicetuskan oleh Carl Friedrich von Weizsacker mengansumsikan bahwa tata surya terbentuk dari kumpulan gas dan debu, sehingga akhirnya berputar menyerupai cakram dan bentuknya berubah menjadi planet.

Pemampatan menjadi proses yang penting dalam teori Awan Debu. Karena dengan pemampatan, partikel debu tertarik ke bagian pusat awan hingga membentuk bola dan manjadi cakram.

Partikel yang berada di tengah cakram saling menekan sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar, yang menjadi matahari. Bagian luar yang berputar sangat cepat akhirnya terpecah dan menjadi palnet.

Dalam perkembangan teori Awan Debu, sosok Gerard Peter Kuiper juga menjadi tokoh penting karena ia menyempurnakan gagasan dari Carl Friedrich von Weizsacker.

3. Teori Planetesimal

Dicetuskan Forest R Moulton dan Thomas C Chamberlin pada tahun 1905, teori ini menyampaikan bahwa matahari telah ada sejak awal. Lantas, ada sebuah bintang yang berukuran besar seperti matahari mengelilingi matahari. Karena gravitasi yang dimiliki oleh bintang tersebut, partikel yang dimiliki matahari akhirnya ikut terseret keluar.

Partikel yang terseret jauh akhirnya mengambang di angkasa yang lama kelamaan menjadi planet lain. Sementara partikel yang tidak terseret akan kembali tertarik ke matahari.

4. Teori Pasang Surut

Teori ini dikemukakan oleh James Jenas pada tahun 1917. Ia beranggapan bahwa bumi serta tata surya terbentuk karena adanya bintang lain yang mendekat ke matahari. Hingga akhirnya bintang serta matahari hampir bertabrakan yang menyebabkan tertariknya materi dari bintang lain dan matahari. Materi-materi itu akhirnya terkondensasi menjadi planet.

Namun pada tahun 1929, astronom Harold Jeffreys dan Henry Norris Russell membantah teori ini karena menganggap tidak mungkin terjadi tabrakan antara bintang lain dan matahari.

5. Teori Kondensasi

Teori ini dikemukakan astronom Belanda, G.P Kuiper pada tahun 1950. Teori ini menyampaikan bahwa tata surya terbentuk karena adanya bola kabut raksasa yang berputar hingga menjadi cakram raksasa.

6. Teori Bintang Kembar

Pada tahun 1956, Fred Hoyle menyampaikan bahwa tata surya tercipta karena adanya dua bintang besar yang berdekatan hingga akhirnya salah satu bintang tersebut meledak dan meninggalkan serpihan kecil. Karena gravitasi yang dimiliki oleh bintang, akhirnya serpihan hasil ledakan mulai mengelilingi bintang tersebut.

Baca juga:

  • NASA Umumkan Penemuan Planet Lain di Luar Tata Surya
  • Astronom Temukan Air di Planet Luar Tata Surya & Berpotensi Dihuni

Baca juga artikel terkait TATA SURYA atau tulisan menarik lainnya Endah Murniaseh
(tirto.id - end/add)


Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Endah Murniaseh

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

tirto.id - Terdapat banyak teori tentang proses pembentukan bumi. Proses pembentukan bumi menurut teori Big Bang adalah bagian dari pembentukan alam semesta karena terjadi ledakan dahsyat. Selain Big Bang, masih terdapat teori-teori lainnya, yaitu Planetesimal, Pasang Surut, Awan Debu hingga Nebula.

Bumi sebagai tempat hidup manusia berada di tata surya yang terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan delapan planet, meteorid, komet, serta asteroid yang mengelilingi matahari.

Adapun delapan delapan planet tersebut ialah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Semula Pluto juga dikategorikan sebagai planet yang mengelilingi matahari kita. Namun, Pluto tidak lagi dikategorikan sebagai planet sejak 2006

Dalam studi Geografi, bumi dideskripsikan sebagai salah satu dari banyaknya planet yang ada dalam tata surya, tepatnya berada di Galaksi Bima Sakti.

Lokasi tata surya kita berada di tepi galaksi Bima Sakti dengan usia diperkirakan sudah mencapai 4,6 miliar tahun. Adapun Bima Sakti yang memiliki miliaran bintang serupa matahari, hanya salah satu dari sejumlah galaksi yang sudah dikenali, selain Magelan, Andromeda dan lainnya.

Dalam Modul 3 Geografi: Planet Bumi Sebagai Ruang Kehidupan (2017:1-2), Ema Wahyuni dan kawan-kawan menerangkan, bumi menyerupai bola besar yang hampir dua pertiganya terdiri dari air dan sisanya daratan.

Komposisi keduanya memungkinkan kehidupan bisa berlangsung di bumi. Selain itu, ada juga unsur seperti atmosfer bumi, jarak tepat dengan matahari, dan berbagai sumber daya yang menambah kemungkinan makhluk bisa bertahan hidup.

Menurut Kustopo dalam buku Modul 3 Geografi: Bumi Tempat Kita Hidup (2018:4), pembentukan bumi ternyata tidak terlepas dari proses munculnya tata surya atau jagat raya. Dengan kata lain, bumi tidak bisa dilepas dari susunan tata surya beserta aspek-aspek di sekitarnya, seperti planet lain, galaksi lain, dan matahari.

Baca juga: NASA Umumkan Ada Asteroid yang Dekati Bumi Selain 2019 OU1

Teori-teori Proses Pembentukan Bumi

Beberapa ahli menjabarkan tentang proses pembentukan bumi pertama kali dengan pendapat atau teorinya masing-masing. Lantas, apa saja teori tersebut dan pengertiannya?

1. Teori Big Bang (Ledakan Besar)

Pada 1956, Fred Hoyle menerangkan bahwa seluruh benda yang kini ada di tata surya terbentuk dari peristiwa tabrakan dua bintang kembar yang akhirnya meledak. Teori ini juga sering disebut “teori bintang kembar".

Ledakan tersebut menyebabkan seluruh unsur bintang pecah menjadi debu-debu angkasa. Satu unsur terkuat saat itu adalah matahari dengan gaya gravitasinya. Debu yang berserakan mulai bersatu menjadi planet dan asteroid. Salah satu planet yang terbentuk adalah bumi.

2. Teori Planetisimal

Pendapat ini dikemukakan oleh Forest Ray Moulton dan Thomas Crowder Chamberlin. Mereka menyatakan tata surya ada karena benda padat berukuran kecil (planetisial) yang secara konsisten mengelilingi inti bersuhu tinggu.

Planet kecil tersebut akhirnya ada yang menyatu dan menjadi planet-planet yang ukurannya lebih besar, salah satunya bumi. Sedangkan, inti dengan suhu tinggi tadi menjadi matahari.

3. Teori Pasang Surut

Hipotesa ini diungkapkan dua orang astronom, yakni James Hoowod dan Harold Jeffreys. Matahari disebutkan sebagai satu-satunya unsur yang ada dalam tata surya. Seluruh planet yang kini ada, salah satunya bumi, tercipta karena adanya serpihan matahari yang lepas.

Gravitasi bintang lain dan matahari (juga bintang) saling tarik menarik hingga menghempaskan serpihan. Bentuk awalnya menyerupai susunan cerutu panjang yang secara konsisten mengelilingi matahari hingga akhirnya mendingin dan menjadi planet.

4. Teori Awan Debu

Alam semesta dahulu terdiri dari kumpulan awan besar yang unsurnya terbentuk dari debu dan gas. Carl Friedrich von Weizsacker dan Gerard Peter Kuiper sebagai pelopor teori ini mengungkapkan, ada ketidakteraturan gaya tarik menarik di awan tersebut.

Gaya tersebut lama-kelamaan kosisten bergerak cepat dan teratur hingga membentuk matahari sebagai inti piringan. Di bagian luar inti, terdapat beberapa planet yang juga terbentuk dari proses pergerakan awan besar.

5. Teori Nebula

Filsuf Jerman, Imanuel Kant, mengungkapkan proses pembentukan tata surya diawali dari nebula (gas bersuhu tinggi dan berputar secara lambat). Pergerakan tersebut menyebabkan munculnya inti energy yang disebut sebagai inti massa di tempat berbeda.

Inti paling besar terdapat di tengah tata surya menjadi matahari dan inti-inti kecil di sekitarnya mulai membentuk jadi planet. Bumi adalah salah satu yang tercipta dari inti kecil tersebut dengan komposisi sesuai. Sedangkan, matahari bersuhu paling tinggi dibanding inti lainnya.

6. Teori Kondensasi

Teori ini dikemukakan astronom Belanda, G.P Kuiper pada tahun 1950. Teori ini menyampaikan bahwa tata surya terbentuk karena adanya bola kabut raksasa yang berputar hingga menjadi cakram raksasa.

Baca juga: Perbedaan Benda Langit: dari Asteroid, Meteorit, Hingga Komet

Baca juga artikel terkait TATA SURYA atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/dip)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates