Bagaimana manusia menerima catatan amalnya di Padang Mahsyar

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نَحْنُ آخِرُ الأُمَمِ وَأَوَّلُ مَنْ يُحَاسَبُ، يُقَالُ: أَيْنَ الأُمَّةُ الأُمِّيَّةُ وَنَبِيُّهَا؟ فَنَحْنُ الآخِرُوْنَ الأَوَّلُوْنَ

“Kita adalah umat yang terakhir (di dunia), tapi yang pertama dihisab (di akhirat).” Seorang sahabat bertanya, “Dimanakah umat-umat yang lainnya dan Nabi mereka?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kita adalah yang terakhir dan yang pertama.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya, no. 4280, dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahiihah, no. 2374)

Malaikat Pencatat Amal

Kaum muslimin rahimakumullah, Allah Ta’ala telah menugaskan para Malaikat yang mulia untuk mengawasi dan mencatat perbuatan dan ucapan manusia. Mereka mencatatnya dalam lembaran catatan amal yang akan dibaca oleh manusia pada hari Kiamat kelak. Para Malaikat yang mulia ini benar-benar sangat amanah dan teliti dalam mencatat. Mereka mencatat semua ucapan dan perbuatan manusia, secara detail dan terperinci, baik yang zhohir maupun batin. Allah Ta’ala berfirman:

وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوْهُ فِي الزُّبُرِ (52) وَكُلُّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ مُسْتَطَرٌ (53)

“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (yang ada di tangan Malaikat). Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (QS. Qomar: 52-53)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لاَ يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَلاَ كَبِيْرَةً إِلاَّ أَحْصَاهَا وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًا وَلاَ يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49)

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)

Lalu, apakah hikmah dicatatnya amal perbuatan manusia, padahal Allah Maha Mengetahui segala sesuatu? Salah satu hikmahnya, Wallohu Ta’ala a’lam, pencatat ini dilakukan untuk menampakkan keadilan Allah ‘Azza wa Jalla. Karena di hari Kiamat kelak, manusia akan disuruh membaca catatan amalnya dan menghisab dirinya, sehingga tidak ada alasan lagi bagi orang yang bermaksiat untuk mengingkari dosa-dosanya, karena semua telah tertulis.

Baca Juga: Pelajaran dari Hadits Bitoqoh

Ketika Catatan Amal Dibagikan

Kaum muslimin rahimakumullah, tatkala lembaran catatan amal dibagikan, setiap umat berlutut di atas lutut mereka dan menanti panggilan untuk menghadap Rabb semesta alam. Allah Ta’ala berfirman:

وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (28)

“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jaatsiyaat: 28).

Semua berlutut menunggu dipanggil untuk menghadap Rabb semesta alam. Ketika seorang hamba tahu bahwa dirinyalah yang dicari dengan panggilan itu, maka seruan itu akan langsung menggetarkan hatinya. Tubuhnya gemetar dan ketakutan yang besar langsung menyelimutinya. Berubahlah rona wajahnya dan menjadi hampalah pikirannya. Kemudian kitab catatan amalnya dibentangkan dan dibuka di hadapannya. Lalu dikatakan kepadanya:

اِقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًا (14)

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS. Al-Isro’: 13-14)

Pada saat itulah semua manusia akan teringat apa yang dulu telah ia lakukan. Semua telah tercatat dengan lengkap dan tiada kekeliruan sedikit pun.

Sebagian ulama mengatakan, “Sungguh, Allah telah berlaku adil, karena menjadikan dirimu sebagai penghisab atas dirimu sendiri.”

Sungguh tepat perkataan ini. Adakah kebijaksanaan yang lebih adil selain itu? Dikatakan kepadanya: “Silakan periksa, inilah amal perbuatanmu dan silakan engkau hisab sendiri!” Bukankah ini kebijaksanaan yang paling adil?! Bahkan inilah kebijaksanaan yang paling adil. Pada hari Kiamat kelak, kitab catatan amal akan dibentangkan dan dibuka di hadapan masing-masing hamba tanpa tertutup sedikitpun. Ia akan membacanya dan akan jelas baginyabahwa pada hari ini dan di tempat ini, ia telah melakukan ini dan ini. Semua telah tercatat tanpa penambahan dan pengurangan sedikit pun. Jika ia mengingkari dengan lesannya, maka lesannya akan dikunci dan bangkitlah para saksi yang akan memberikan kesaksian atasnya. Allah Ta’ala berfirman:

اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (65)

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasiin: 65)

Baca Juga: Yaumul Hisab

Cara Menerima Kitab

Setelah dihisab, setiap hamba akan diberikan bukunya masing-masing yang berisi catatan lengkap seluruh amal perbuatan yang telah ia lakukan dalam kehidupan dunia. Cara penyerahan buku itu berbeda-beda. Ada yang kitab amalnya diterima dengan tangan kanannya. Mereka itulah orang yang bahagia. Ada pula yang menerima kitab dengan tangan kirinya.

Seorang mukmin akan diberikan bukunya dari arah depan dan ia terima dengan tangan kanannya. Ia dihisab dengan mudah dan kembali kepada kaumnya yang sama-sama beriman di Surga dengan gembira. Allah Ta’ala berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا (9)

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS. Al-Insyiqaaq: 7-9)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa setelah dihisab, ia kembali kepada sesama kaum beriman di Surga dengan hati yang gembira. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa rombongan pertama yang masuk Surga, wajah mereka seperti bulan purnama. Ini menunjukkan kegembiraan hati mereka. Karena apabila hati gembira, maka wajah akan ceria.” (Tafsiir Juz ‘Amma, hal. 114)

Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, mereka akan menerima kitabnya dengan tangan kirinya. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُوْلُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوْتَ كِتَابِيَهْ (25) وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ (26) يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ (27) مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ (28) هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ (29)

“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang pula kekuasaanku daripadaku.” (QS. Al-Haqqoh: 25-29)

Kitab catatan amal mereka diberikan dari arah belakang punggung mereka. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوْرًا (11)

“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku.” (QS. Al-Insyiqaaq: 10)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa mereka menerima kitab dengan tangan kiri kemudian tangannya memelintir ke belakang sebagai isyarat bahwa mereka telah dulu di dunia telah mencampakkan aturan-aturan al-Qur’an ke belakang punggung mereka. Mereka telah berpaling dari al-Qur’an, tidak mempedulikannya, tidak mengacuhkannya, dan merasa tidak ada masalah bila menyelisinya. Lalu Allah Ta’ala berfirman: “…maka dia akan berteriak: “Celakalah aku…” yakni ia berteriak menyesali dirinya. Akan tetapi penyesalan tidaklah berguna lagi pada hari itu, karena habis sudah waktu untuk beramal. Waktu untuk beramal adalah di dunia, sedangkan di akherat tidak ada lagi amal, yang ada hanyalah pembalasan. (Tafsiir Juz ‘Amma, hal. 114)

Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar Allah berkenan memaafkan kesalahan-kesalahan kita dan memberikan ampunan-Nya kepada kita. Aamiin.

Baca Juga: Yaumul Mizan

Penulis: dr. Muhaimin Ashuri
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar, MA
Artikel muslim.or.id

🔍 Tafsir Surat Al Kahfi, Malaikat Penjaga Pintu Neraka, Sholat Tarawih Di Rumah Bagi Wanita

Bagaimana manusia menerima catatan amalnya di Padang Mahsyar

Termasuk perkara yang terjadi pada hari kiamat dan wajib diimani adalah disebarnya buku catatan amal, disebar yakni dibagi dan dibuka untuk pemiliknya agar dia menerima dan membacanya. Buku-buku ini adalah catatan amal perbuatan yang ditulis oleh para malaikat yang bertugas mencatat perbuatan manusia.

Menurut Ibnu Taimiyah dalam kitab Syarah al-Aqidah al-Waasithiyyah catatan amal yang dikerjakan oleh malaikat di akhirat dibagikan dikenal dengan istilah Tunsyaru Ad Dawawin. Tunsyaru bermakna dibagikan dan dibuka untuk pembacanya. Ad Dawawin adalah lembaran yang dituliskan amalan-amalan di sana.

Dalam menerima buku catatan amal manusia terbagi menjadi dua golongan, ada yang menerima buku catatannya dengan tangan kanannya, mereka adalah orang-orang Mukmin, ini adalah isyarat bahwa tangan kanan adalah untuk sesuatu yang mulia. Oleh karena itu orang yang beriman menerima bukunya dengannya sementara orang kafir menerima buku catatannya dengan tangan kirinya atau dari balik punggungnya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam QS. al-Insyiqaq : 7-12, QS. al-Isra’ : 71-72

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ . فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا . وَيَنْقَلِبُ إِلَىٰ أَهْلِهِ مَسْرُورًا . وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ . فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا . وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا


"Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya. Maka Dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. dan Dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka Dia akan berteriak:”Celakalah aku”. dan Dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (QS. al-Insyiqaq (84) : 7-12)

يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا . وَمَنْ كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا


"(ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. dan Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (QS. al-Isra’ : 71-72) Rasulullah bersabda dalam riwayat Ibnu ‘Umar,

“Aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mendekati seorang mukmin, lalu meletakkan padanya sinar dan menutupinya (dari pandangan orang lain), lalu (Allah) berseru : ‘Tahukah engkau dosa ini? Tahukah engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab,’Ya, wahai Rabb-ku,’ hingga bila selesai meyampaikan semua dosa-dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa, Allah berfirman,’Aku telah rahasiakan (menutupi) dosa itu di dunia, dan Aku sekarang mengampunimu,’ lalu ia diberi kitab kebaikannya. Sedangkan orang kafir dan munafik, maka Allah berfirman : ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka’. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim”. (HR. Bukhari)

Pelaksanaan hisab dilakukan dalam satu waktu, dan Allah Swt sendiri yang akan melakukannya, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Saw dalam sabdanya :

Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali akan diajak bicara Rabb-nya tanpa ada penterjemah antara dia dengan Rabb-nya. Lalu ia melihat ke sebelah kanan, hanya melihat amalan yang pernah dilakukannya; dan ia melihat kekiri, hanya melihat amalan yang pernah dilakukannya. Lalu melihat ke depan, kemudian hanya melihat neraka ada di hadapannya.

Kemudian diberikan kitab yang telah ditulis malaikat agar dibaca dan diketahui oleh setiap orang. Firman Allah Swt,

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا


"dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:”Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun." (QS. al-Kahfi 49) Allah Swt menulis semua amalan hambaNya, yang baik maupun yang buruk, sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula seluruh anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan. Sebagaimana firmanNya dalam Al-Qur'an,

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ


"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. al-Zalzalah 7-8) Salah satu kesempurnaan keadilan Allah Swt adalah ketika diserahkan hasil hisab dalam catatan amal tersebut kepada manusia secara pribadi-pribadi. Maka manusia yang berakal seharusnya melihat apa yang akan dicatat dalam kitabnya yang akan dia dapati pada hari kiamat dalam keadaan telah tertulis. Firman Allah Swt.

وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ ۖ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا . اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا


"dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS. al-Isra’  : 13-14)

Al Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa orang yang menerima kitabnya dengan tangan kanannya tahu bahwa dirinya termasuk penghuni surga. Apabila orang itu pemimpin dalam kebaikan, selalu mengajak pada kebaikan serta banyak pengikutnya dalam kebaikan, maka ia akan diberikan kepadanya buku yang putih. Dibagian awal tertulis keburukan-keburukannya dan dibagian akhir tertulis kabaikannya, sehingga ketika membacanya ia merasa takut dan mukanya menjadi pucat pasi. Lalu ia mendpatkan tulisan “keburukan-keburukanmu telah Aku ampuni” maka iapun menjadi sangat gembira.

Sebaliknya apabila orang itu pemimpin dalam kejahatan, maka ia diberi buku yang hitam dengan tulisan hitam. Dibagian awal tertulis kebaikan-kebaikannya dan dibagian ahir tertulis keburukannya. Dia membacanya dan mengira bahwa dia akan selamat tapi di akhir kebaikannya dia mendapat “kebaikan-kebaikanmu telah ditolak”. Pada saat itu wajahnya berubah menjadi muram, sedih dan putus asa.



Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang ketika manusia menerima catatan amal perbuatannya di Mahsyar. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.