Bagaimana cara menyanyi dengan teknik headvoice

Bagaimana cara menyanyi dengan teknik headvoice

Range vokal setiap orang berbeda-beda. Standar normal umumnya orang memiliki dua oktav. Semakin panjang rang vokal seseorang, semakin memungkinkan dia untuk membawakan berbagai jenis lagu dengan baik. Dengan catatan, dia memiliki kemampuan/teknik vokal yang baik pula tentunya.

Seseorang yang bertipikal vokal bass, bariton, alto, dan mezo sopran, biasanya memiliki rang vokal yang pendek. Lain halnya seseorang yang bertipikal vokal tenor atau sopran, biasanya ia memiliki range vokal panjang. Namun, terkadang ada juga, meski ia bertipikal bass, tapi memiliki range vokal panjang. Sebaliknya, orang yang bertipikal tenor tapi range-nya pendek.

Pemahaman terhadap tipikal vokal sangat penting. Terutama untuk menentukan nada dasar ketika hendak bernyanyi. Bagi Anda yang bertipikal vokal rendah, jangan khawatir kehilangan kesempatan bernyanyi. Tak masalah. Anda bisa menyesuaikan nada dasar di mana Anda mulai bernyanyi yang sesuai dengan jenis suara Anda. Misalnya dengan menurunkan nada dasar dari penyanyi aslinya. Ilmu vokal bukanlah ilmu eksak.

Pada dasarnya range vokal seseorang bisa ditingkatkan. Ada beberapa jenis latihan yang dapat membantu meningkatkan range vokal. Salah satu di antaranya adalah dengan teknik ”vokal kepala” atau ”suara langit-langit”.

Output vokal seseorang secara natural terbagi dua, yakni vokal kepala dan vokal dada. Vokal kepala adalah vokal yang dihasilkan dari langit-langit atas rongga mulut. Sementara vokal dada adalah vokal yang dihasilkan dari rongga dada.

Untuk menemukan vokal kepala. Mulailah dengan latihan berikut:

Tentukan nada terendah yang mampu Anda bawakan dengan baik, nyanyikan solmisasi (do re mi fa sol la si do) dari suara terendah tersebut hingga nada tertinggi yang Anda kuasai. Pada saat vokal Anda tidak mampu mengeluarkan nada tertinggi dengan baik atau sampai Anda membutuhkan untuk mengubah nada Anda ke dalam vokal kepala.

Mulailah lakukan dengan menggunakan vokal kepala. Caranya ”lemparkan” suara di dalam rongga mulut Anda ke atas langit-langit. Rasakan suara Anda menjadi lebih ringan dan jaga agar tetap bright (jelas). Pada tahap awal, jika Anda menggunakan vokal kepala dengan baik akan terasa dahi atau kepala Anda bergetar. Untuk tahap awal biasanya akan terasa sedikit pusing.

Selain itu ada juga teknik lain, yaitu dengan menggunakan teknik falseto dan kop stem.

Selain Solfegio, salah satu bentuk latihan yang sangat membantu untuk meningkatkan range vokal adalah melalui latihan Hamming. Latihan ini menekankan pada pembiasaan untuk menggunakan teknik vokal kepala.

Caranya, tentukan salah satu lagu favoritmu, pilih lagu yang berjarak nada tinggi atau yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, nyanyikan……… tapi tidak menggunakan lirik sebagaimana biasanya….. melainkan ganti liriknya menggunakan huruf / bunyi “N” atau “M”. Jadi, seperti sedang bersenandung. Bernyanyi …….. nnnnnnnnn…. Atau….. mmmmm.

Nah, pada saat nada tinggi, coba pake vokal kepala (head voice), hal ini bisa membantu meningkatkan jangkauan nada.

Bagaimana cara menyanyi dengan teknik headvoice
Artwork by Tomas Soejakto (IG: @tomassoe)

Kita tahu bahwa dalam bernyanyi itu ada nada-nada rendah dan ada nada-nada tinggi. Jika kita melihat tuts piano atau keyboard, terlihat bahwa nada-nada rendah ada di bagian kiri dimainkan tangan kiri, sedangkan yang tinggi di bagian kanan. Hal tadi itu adalah pembagian sederhana range nada menjadi low (rendah) dan high (tinggi).

Untuk suara kita, pembagian itu disebut register vokal. Paling umum, register vokal kita dibagi dua yaitu chest voice dan head voice. Chest voice adalah suara kita di wilayah tengah ke bawah, biasanya kita gunakan saat berbicara sehari-hari. Sedangkan head voice itu di wilayah atas, tinggi dan tipis, bayangkan suara tokoh kartun Disney Mickey Mouse. Head voice sering juga disebut sebagai falsetto.

Chest voice resonansinya lebih terasa di rongga mulut, sedangkan head voice di rongga hidung.

Chest voice

Coba kamu letakkan telapak tangan kamu di dada, lalu nyanyikan nada sedang dan rendah. Bisakah kamu merasakan getaran resonansi di dada? Tentu bisa, itulah mengapa register vokal ini disebut chest voice. Chest voice itu suaranya lebih tebal dan penuh. Jika kamu ingin memiliki warna suara yang lebih tebal, ada baiknya kamu melatih chest voice ini dengan latihan-latihan vokalisi yang menargetkan chest voice di nada tengah dan rendah. Dulu, sebelum tahun 70an, penyanyi pria lebih sering bernyanyi dengan chest voice-nya. Memang suara yang tebal dan rendah atau nge-bass terdengar lebih maskulin. Juga dalam genra musik klasik, penyanyi pria, tenor, baritone, selalu menggunakan chest voice. Tetapi saat ini di mana musik begitu beragam, banyak penyanyi pria yang kemudian menjadi populer karena bernyanyi sangat baik dengan head voice mereka. Di antaranya Prince, Jeff Buckley, Maxwell, dan grup The Bee gees.

Penyanyi wanita dengan suara mezzo-soprano dan alto lebih sering menggunakan chest voice, berbeda dengan penyanyi wanita klasik soprano yang hampir selalu menyanyi dengan head voice. Penyanyi masa kini seperti Beyonce memiliki nada rendah yang tebal dan kuat, itu menkamukan chest voice yang bagus. Seperti ketika ia menyanyikan bagian awal lagu Listen di range nada yang terbilang rendah untuk suara wanita.

Head voice

Sekarang, coba letakkan lagi telapak tanganmu di dada, lalu buatlah suara seperti Mickey Mouse, maka getarannya tidak lagi bisa kamu rasakan. Hal ini dikarenakan resonansinya pindah tidak lagi di dada melainkan lebih banyak di area kepala maka disebut head voice. Penyanyi yang hampir selalu menggunakan head voice ketika bernyanyi adalah penyanyi klasik soprano, walau kadang ketika menyanyikan nada yang relatif rendah, mereka akan menggunakan chest voice juga. Kebanyakan komposer klasik pada masa itu menulis lagu yang tinggi-tinggi untuk penyanyi soprano karena biasanya soprano adalah bintang dari sebuah opera. Dalam dunia musik pop head voice juga sangat sering terdengar. Penyanyi pop Indonesia, Raisa, sering menggunakan head voice ketika menyanyikan nada tinggi. Namun pendengar tidak terlalu bisa membedakan kapan Raisa naik ke head voice karena ia mampu menyambungkan chest voice dan head voice-nya dengan sangat baik sehingga transisinya tersamarkan.

Rocker juga seringkali menggunakan head voice mereka. Misalnya grup musik Steel Heart dalam lagu She’s Gone. Vokalis mereka Miljenko Matijevic dalam menyanyikan lagu tersebut menggunakan range vokalnya secara luar biasanya melewati chest voice hingga head voice. Tentu cara menyanyikan head voice-nya tidak sama dengan penyanyi soprano klasik, karena ada perbedaan style.

Kesulitan mengakses head voice

Beberapa penyanyi mengalami kesulitan mengakses head voice mereka. Biasanya ini terjadi pada penyanyi yang memiliki suara husky atau serak-serak basah. Hal ini bisa disebabkan oleh teknik vokal yang belum menguasai, atau bisa juga karena ada masalah pada pita suara mereka. Jika pita suara mereka baik-baik saja, maka seharusnya dengan latihan yang cukup, mereka pasti bisa menyanyikan head voice. Juara Indonesian Idol 7, Regina Ivanova juga pada awalnya kesulitan, tetapi selama latihan di karantina, mendapat banyak masukan juga dari salah satu juri pada saat itu Agnez Mo, hingga akhirnya Regina bisa mengakses head voice dengan mudah.

Namun, jika sudah dilatih tetap tidak bisa mengakses head voice, menurut saya hal itu bukanlah sesuatu yang bisa menghambat proses kreasi seorang vokalis khususnya jika karir vokalis tersebut ada di genre kontemporer seperti pop, rock, dan jazz, dikarenakan genre-genre tersebut sangat terbuka pada keberagaman teknik dan warna suara.

Perbedaan head voice dengan falsetto

Seringkali terjadi perdebatan mengenai apa yang membedakan suara head voice dengan falsetto. Ada beberapa perbedaan pendapat, tetapi bagi saya mudah saja. Head voice menghasilkan suara yang lebih rapat dan bulat, sedangkan falsetto terdengar lebih tipis dan terdengar nafasnya. Tetapi perlu diingat, falsetto bukan register vokal, melainkan kualitas atau warna suara, yang dibunyikan dalam register head voice. Head voice yang penuh bisa kita dengar di penyanyi klasik soprano, seperti misalnya saat soprano Indonesia Ibu Aning Katamsi menyanyikan lagu klasik. Falsetto sering digunakan penyanyi ketika menyanyikan lirik yang lirih karena efek suaranya yang lebih halus.

Bridge dan passaggio

Di antara dua register vokal yang disebutkan di atas, terdapat area transisi. Area transisi itu dikenal sebagai bridge atau passaggio. Bernyanyi di dalam area ini cenderung lebih sulit, karena serba nanggung. Jika menyanyi di area bridge dengan menggunakan full chest voice, maka hasilnya jadi teriak yang over power, terdengar memaksa. Sedangkan jika menggunakan falsetto suaranya terdengar tipis dan kurang tenaga. Solusinya adalah teknik mix voice.

Mix voice

Mix voice adalah suara gabungan chest voice dengan head voice. Ketika chest voice resonansinya di rongga mulut dan head voice di rongga hidung, maka mix voice ada di antara mulut dan hidung. Kemampuan menggabungkan dua register ini memungkinkan penyanyi untuk menyanyikan nada-nada tinggi dengan suara yang tetap tebal, karena suaranya tidak perlu pecah ke falsetto saat melewati bridge. Penyanyi yang dapat mengakses mix voice tidak terlalu khawatir lagi dengan register vokal, karena suara mereka sudah satu karena blending yang baik antar register.

Contoh penyanyi yang sangat menguasai mix voice sehingga suaranya terdengar satu dari rendah ke tinggi adalah Andrea Bocelli. Ketika mendengar ia bernyanyi, semua terasa begitu mudah dan tidak ada perubahan yang signifikan ketika ia melewati bridge, atau jembatan antara chest voice yang rendah ke head voice yang tinggi. Penyanyi Indonesia yang mengawali karir mereka di ajang pencarian bakat Indonesian Idol, Mike Mohede dam Judika, adalah ahlinya dalam menyatukan register vokal mereka sehingga nada tinggi terdengar mudah sekali mereka nyanyikan.

Perbedaan mix voice dalam teknik klasik dengan non-klasik

Penyanyi klasik yang sering bernyanyi di area mix voice adalah penyanyi pria tenor. Karena biasanya lagu-lagu opera memiliki nada klimaks yang berada di atas area chest voice dan sedikit di bawah head voice, sehingga tanpa teknik yang baik sulit sekali menyanyikan nada tersebut dengan stabil. Contohnya di lagu Nessun Dorma dari opera Turandot karya komposer Giacomo Puccini, di bagian akhir saat liriknya “Vincerooo” mencapai nada B4. Contoh lain dari komposer yang sama adalah di lagu Che Gelida Manina dari opera La Boheme di mana nada tertingginya mencapai C5 saat menyanyikan lirik “La speranza”. Saran saya kamu mencari contoh-contoh yang saya sebutkan tadi di internet supaya lebih jelas terdengar. Penyanyi klasik dilatih untuk menyanyikan mix voice dengan tetap bulat dan lantang. Tidak terdengar cempreng, tipis, maupun terdengar resonansi hidungnya. Penyanyi legendaris Luciano Pavarotti menyebutkan hal ini sebagai covered sound.

Sedangkan penyanyi non-klasik seperti penyanyi pop, R&B, soul, dan rock, ketika menyanyi di register mix voice ini tidak terlalu mementingkan suara yang bulat seperti klasik, malah cenderung cempreng, tapi cempreng bagus ya. Cempreng ini kita sebut dengan sebutan edgy. Misalnya penyanyi rock Axl Rose yang banyak menyanyikan nada tinggi dengan suara cempreng dan terdengar resonansi hidungnya. Contoh penyanyi rock lain Steven Tyler dengan nada-nada tinggi di lagu Crazy oleh Aerosmith, juga yang sudah disebutkan di atas, Steel Heart dengan lagu She’s Gone. Penyanyi soul Stevie Wonder juga sering menyanyikan mix voice dengan suara yang edgy. Sekali lagi saya ingatkan, mix voice di sini adalah menyanyikan nada-nada tinggi di penghujung chest voice tanpa harus pecah ke falsetto, tetap tebal dan bertenaga. Hal ini juga sering disebut sebagai belting.

Vocal fry

Dari chest voice lalu turun lagi ke bawah ada yang disebut vocal fry, suaranya seperti suara “malas” orang baru bangun tidur. Biasanya teknik ini digunakan sebagai efek ketika mengawali nada lagu. Vocal fry juga sering digunakan sebagai latihan vokal untuk pemanasan dan pendinginan, karena terasa ringan dan saat dilakukan pita suara kita rapat dan rileks.

Whistle register

Sedangkan whistle register adalah register suara di atas head voice. Whistle register, whistle voice, atau dikenal juga sebagai flagiolet, adalah suara yang tipis dan tinggi mirip suara siulan, sesuai dengan namanya. Menyanyi dengan whistle register mungkin pertama dipopulerkan oleh penyanyi Amerika Minnie Riperton dengan lagunya Lovin’ You pada tahun 1974. Penyanyi yang sering menggunakan whistle dalam nyanyiannya adalah Mariah Carey. Whistle register diproduksi dengan cara yang berbeda dari suara head voice biasa. Dan dengan teknik yang benar, whistle voice tidak terasa sulit dilakukan, malah cenderung terasa ringan. Tidak semua orang memiliki kelenturan pita suara untuk melakukan whistle register. Untuk pria khususnya, lebih sulit dilakukan karena secara alami pita suara pria biasanya lebih tebal dan panjang, sementara whistle diproduksi dengan getaran piata suara yang sempit dan tipis. Kamu mungkin ingin mencoba melatih whistle voice, tapi harap berhati-hati, jika kita mencoba memaksakan diri menyempitkan leher demi mendapatkan whistle, bisa-bisa kita cedera. Segala sesuatu yang dipaksakan dengan suara kita berpotensi cedera. Latih secara perlahan. Banyak metode melatih whistle register di YouTube, salah satunya dari vocal coach terkenal Brett Manning.

Vocal Unity

Vocal unity atau kesatuan register vokal, adalah keadaan di mana suara kita tidak lagi harus dipisah-pisahkan oleh register, karena antara register tersebut sudah menjadi satu. Hal ini menjadikan kita untuk dapat menyanyikan lagu-lagu sulit dengan sangat mudah, karena kita tidak lagi harus “pindah” register suara, melainkan menyanyi dengan satu suara saja, dari nada tinggi hingga nada rendah.

YouTube VokalPlus: Register vokal 1-4