Apakah yang dimaksud dengan kebijakan kuota dalam perdagangan internasional untuk impor

Apakah yang dimaksud dengan kebijakan kuota dalam perdagangan internasional untuk impor

Apakah yang dimaksud dengan kebijakan kuota dalam perdagangan internasional untuk impor
Lihat Foto

shutterstock.com

Ilustrasi perdagangan

KOMPAS.com – Selain hambatan dalam bentuk tarif, ada pula hambatan perdagangan internasional dalam bentuk non-tarif. Salah satu bentuk hambatan non-tarif adalah kebijakan kuota.

Dalam buku Perdagangan Internasional (2018) karya Wahono Diphayana, kuota adalah pembatasan terhadap jumlah fisik barang yang masuk (kuota impor) dan keluar (kuota ekspor).

Kebijakan kuota dianggap menghambat karena dianggap tidak adil dan tidak transparan, serta dalam praktiknya seringkali menimbulkan tindakan diskriminasi.

Meskipun begitu, adanya kebijakan kuota bisa juga dimanfaatkan untuk memperbaiki neraca pembayaran yang defisit, serta untuk meningkatkan harga produk.

Baca juga: Teori Permintaan Timbal Balik

Pada dasarnya, proteksi terhadap perdagangan (kebijakan kuota) akan menguntungkan bagi produsen. Namun, disisi lain merugikan bagi konsumen. Ketidakseimbangan antara dua hal tersebut justru akan merugikan perekonomian secara keseluruhan.

Ada jenis kuota, yaitu kuota impor dan kuota ekspor. Penjelasannya sebagai berikut:

Kuota impor dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

  1. Absolute atau Unilateral Quota, merupakan kuota yang besar kecilnya ditetapkan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan negara lain.
  2. Negotiated atau Bilateral Quota, merupakan kuota yang besar kecilnya ditetapkan berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih.
  3. Tariff Quota, merupakan gabungan antara tarif dengan kuota. Contohnya, untuk jumlah tertentu impor barang diizinkan dengan tarif tertentu. Tambahan jumlah barang impor bisa diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.
  4. Mixing Quota, bahan mentah yang diimpor dalam jumlah tertentu dibatasi penggunaannya dalam produksi barang akhir.

Baca juga: Teori Keunggulan Komparatif

Dilansir dari buku Kerja Sama Perdagangan Internasional (2007) karya Bank Indonesia, kuota ekspor atau disebut voluntary export restrain (VER) merupakan pembatasan yang dikenakan pemerintah negara eksportir terhadap kuantitas barang yang diekspor dalam jangka waktu tertentu.

VER muncul sebagai bentuk reaksi terhadap negara importir yang berupaya melindungi diri dari serbuan barang impor dari negara eksportir tertentu.

Misalnya, penerapan VER oleh pemerintahan Jepang pada tahun 1980 terhadap ekspor mobil Jepang ke pasar Amerika Serikat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Apakah yang dimaksud dengan kebijakan kuota dalam perdagangan internasional untuk impor
Apakah yang dimaksud dengan kebijakan kuota dalam perdagangan internasional untuk impor

Apa itu: Kuota impor (import quota) adalah kebijakan impor dengan membatasi kuantitas impor produk selama jangka waktu tertentu. Pemerintah memberlakukannya untuk melindungi industri dalam negeri yang rentan terhadap tekanan produk impor. Atau, itu merupakan pembalasan atas kebijakan serupa oleh negara mitra.

Kuota impor adalah salah satu kebijakan hambatan perdagangan non-tarif selain subsidi dan embargo.

Tujuan kuota impor

Pemerintah berusaha untuk melindungi industri dalam negeri dengan membatasi kuantitas impor. Produsen di negara mitra mungkin menerapkan praktik perdagangan yang tidak adil.

Produsen asing mungkin dengan sengaja mencoba memaksa produsen dalam negeri kalah bersaing. Mereka menjual harga di bawah harga pasar domestik.

Memang, produk impor yang lebih murah mungkin karena biaya produksi yang lebih rendah. Tapi, produsen asing mungkin juga sengaja melakukan dumping. Mereka menjual ke pasar luar negeri dengan harga lebih rendah daripada yang dijual di pasar domestik mereka.

Dumping merugikan pasar domestik. Tingginya impor meningkatkan tekanan terhadap produsen domestik dan membuat mereka kurang kompetitif.

Sebagai akibatnya, produk impor mulai menggeser posisi produk domestik. Konsumen domestik mulai beralih dari produk domestik untuk mendapatkan harga yang lebih murah.

Produk impor kemudian menangkap penjualan yang lebih besar dan menyisakan sedikit pangsa bagi produsen domestik. Dalam jangka panjang, kondisi kemungkinan besar mematikan produsen domestik.

Untuk mencegahnya, pemerintah dapat menerapkan hambatan perdagangan. Salah satu opsinya adalah dengan menerapkan kuota impor.

Kuota membatasi kuantitas impor yang diizinkan masuk ke teritori domestik. Karena kuantitas impor lebih sedikit, tekanan kompetitif mereda. Tapi, itu memunculkan permasalahan lain, yakni kekurangan pasokan (shortage)..

Selain melindungi industri dalam negeri, tujuan lain dari kuota impor adalah untuk menghemat cadangan devisa dan mengurangi tekanan pada neraca pembayaran. Tingginya impor menekan neraca perdagangan. Itu dapat menghasilkan defisit jika ekspor tidak tumbuh pada tingkat yang setara. Defisit berarti mata uang yang masuk lebih kecil (hasil dari ekspor) daripada yang keluar (untuk membayar impor). Itu pada akhirnya menguras cadangan mata uang asing demi membayar impor.

Perbedaan antara kuota impor vs tarif impor

Kuota berbeda dari tarif impor. Di bawah kuota, pemerintah membatasi kuantitas produk. Sedangkan, tarif impor adalah pungutan atas harga produk impor.

Kuota impor hanya mempengaruhi kuantitas dan tidak menaikkan harga produk impor. Sebaliknya, tarif impor menaikkan harga produk impor.

Kuota menghasilkan kekurangan (shortage) di pasar domestik, sedangkan tarif tidak.

Pemerintah memberlakukan keduanya untuk memproteksi perekonomian domestik. Bagi pemerintah, tarif menjadi sumber pemasukan bagi anggaran fiskal. Tapi, kuota tidak.

Bagi produsen asing, tarif adalah biaya. Barang mereka menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif di pasar domestik. Sebaliknya, kuota berarti volume penjualan mereka lebih rendah.

Bagaimana cara kerja kuota impor

Sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, di bawah kuota impor, pemerintah membatasi kuantitas impor. Pemerintah biasanya menunjuk beberapa importir untuk mengapalkan barang dar luar negeri. Pemerintah kemudian memberikan batas berapa banyak yang dapat mereka impor.

Katakanlah, sebelum kebijakan kuota berlaku, importir mengapalkan sebanyak 100 ton. Karena permintaan tinggi, mereka kemudian menaikkan kuantitas impor menjadi 200 ton.

Tingginya impor meningkatkan pasokan di pasar domestik. Merasa posisi mereka terancam oleh produk impor, produsen domestik menekan pemerintah untuk memberlakukan kuota impor.

Katakanlah, pemerintah setuju. Pemerintah kemudian menerbitkan kebijakan kuota dan membatasi impor hanya sebanyak 90 ton.

Memang, dengan kuota baru, pemerintah melindungi produsen domestik. Tapi, itu juga memunculkan masalah lain. Pasokan dalam negeri berkurang. Dalam kasus di atas, kekurangan mencapai 110 ton (200 ton – 90 ton).

Catatan: Dalam mikroekonomi, istilah lain dari kekurangan (shortage) adalah ekses permintaan, sebuah kondisi dimana permintaan melebihi pasokan.

Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, turunnya pasokan mendorong harga barang di pasar domestik naik. Itu tentu saja merugikan konsumen.

Mari kita gambarkan situasi tersebut ke dalam sebuah grafik.

Apakah yang dimaksud dengan kebijakan kuota dalam perdagangan internasional untuk impor
Kuota impor

Sebelum kuota berlaku, pasokan di pasar domestik berada pada Q1. Dan, setelah kebijakan kuota berlaku, pasokan berkurang menjadi Q2 karena kuantitas impor yang lebih sedikit. Sebagai hasilnya, kurva penawaran bergeser ke kiri.

Mengasumsikan permintaan konstan, pasokan yang lebih sedikit akan mendorong harga naik dari P1 ke P2. Sebagai hasilnya, konsumen domestik harus membayar harga yang lebih tinggi.

Konsumen juga memiliki pilihan yang lebih sedikit. Barang impor mungkin menawarkan beberapa fitur yang tidak ada di produk domestik.

Untuk mengatasi kenaikan harga, pemerintah seharusnya mendorong produsen domestik untuk meningkatkan produksi. Katakanlah, produksi domestik meningkat sebanyak penurunan kuantitas impor (Q1 minus Q2). Harga pasar seharusnya akan kembali turun ke tingkat sebelumnya, mengasumsikan permintaan tidak berubah.

Jenis kuota impor

Kuota impor dapat mengambil beberapa variasi. Pemerintah mungkin menerapkan kuota tetap. Dalam hal ini, pemerintah membatasi jumlah maksimum yang boleh diimpor. Dalam contoh di atas, pemerintah membatasi impor hanya sebanyak 90 ton.

Selanjutnya, pemerintah juga dapat menerapkan kuota berbasis tarif tambahan (tariff-rate quota). Pemerintah masih mengijinkan impor melebihi kuota, tapi harus membayar bea impor yang tinggi untuk setiap tambahan kuantitas.

Misalnya, kuota impor adalah sebanyak 90 ton dan importir membayar bea sebesar 6%. Mereka dapat mengimpor lebih dari 90 ton, tapi harus membayar bea masuk sebesar 15%.

Singkat cerita, tariff-rate quota adalah kombinasi dari kuota impor dan tarif impor.

Jenis lain dari kuota impor adalah:

  • Voluntary export restraints
  • Kuota tersembunyi

Voluntary export restraints

Pengekangan ekspor sukarela atau voluntary export restraints (VERs) adalah kuota sukarela yang diadopsi oleh negara pengekspor. Itu kontras dengan kuota konvensional, di mana negara pengimpor adalah yang memberlakukan kuota.

VERs saling menguntungkan antar negara yang terlibat. Dan, mengapa negara pengekspor bersedia melakukannya? Bukankah itu merugikan produsen mereka?

Kuota impor merupakan langkah proteksionis. Itu cenderung memunculkan pembalasan dari negara pengekspor. Memperburuknya hubungan dagang dapat mengarah ke perang dagang.

Katakanlah, Amerika Serikat memberlakukan kuota impor terhadap produk China. Karena merugikan produsen domestik, pemerintah China dapat mengambil kebijakan serupa dan membatasi impor produk dari Amerika Serikat. Dan, situasi itu memunculkan sengketa perdagangan yang berkepanjangan.

Untuk mengatasi kondisi yang semakin buruk, Amerika Serikat dapat menegosiasikan VER ke China. Kedua negara membuat perjanjian bilateral dan China setuju mengenakan kuota untuk ekspornya ke Amerika Serikat.

Mengapa China setuju? China mungkin berpikir, itu adalah langkah terbaik. Jika China tidak menerapkan VER, Amerika Serikat dapat mengambil kebijakan yang lebih keras dengan tidak hanya membalas melalui kuota, tetapi juga melalui hambatan dagang lainnya seperti tarif impor.

VER merupakan taktik yang efektif untuk mengurangi sengketa perdagangan. Itu mengurangi ketegangan geopolitik. Dan karena perdagangan internasional terus berubah, negara-negara yang terlibat biasanya akan memperbarui VER agar tetap berguna.

Kuota tersembunyi

Pemerintah dapat membatasi pasokan barang impor tanpa secara eksplisit memberlakukan kuota impor. Sebagai contoh, pemerintah dapat menerapkan persyaratan atau kontrol kualitas yang lebih ketat terhadap produk impor tertentu.

Meskipun relatif sederhana, namun, kebijakan semacam itu cukup efektif, terutama jika kebijakan menargetkan barang-barang berkualitas rendah.

Bentuk kuota tersembunyi lainnya adalah meningkatkan kampanye propaganda untuk mendorong konsumen dalam negeri mengurangi konsumsi barang impor. Misalnya, pemerintah dapat menyebarkan propaganda tentang bagaimana impor dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

Salah satu contoh adalah kampanye Uni Eropa tentang minyak nabati yang ramah lingkungan. Kampanye semacam ini terbukti efektif untuk mengurangi permintaan minyak sawit dari negara-negara seperti Indonesia, yang dianggap tidak ramah lingkungan dalam produksinya.

Keuntungan kuota impor

Kuota bisa lebih efektif dalam membatasi perdagangan daripada tarif.

Pemerintah dapat menentukan berapa jumlah impor yang masuk ke pasar domestik.

Sebaliknya, tarif mungkin tidak efekti dalam membatasi kuantitas impor. Negara pengekspor mungkin mensubsidi produk ekspor mereka. Tujuannya adalah membuat produk tetap kompetitif meski negara tujuan menerapkan tarif impor.

Kuota impor juga tidak tergantung pada elastisitas permintaan atau perubahan nilai tukar.

Depresiasi, misalnya, membuat produk impor turun. Jika produk adalah elastis dalam permintaan, penurunan harga akan meningkatkan permintaan impor yang lebih tinggi.

Tapi, karena kuantitas dibatasi, maka depresiasi tidak akan memberikan efek.

Kerugian kuota impor

Kuota impor mengandung beberapa kelemahan.

Pemerintah tidak memperoleh pendapatan.

Fokus utama kebijakan adalah kuantitas produk. Itu kontras dengan tarif, yang mana merupakan bentuk pajak atas barang. Kenaikan tarif meningkatkan pendapatan pemerintah. Tapi, itu tidak berlaku untuk kuota

Konsumen domestik menanggung harga yang lebih tinggi.

Jika produsen dalam negeri tidak meningkatkan produksi untuk mengimbangi penurunan impor, itu mengurangi pasokan di pasar domestik. Sebagai hasilnya, harga akan naik.

Kuota mungkin menguntungkan bagi beberapa importir tapi tidak bagi yang lain.

Penjatahan mungkin tidak merata di antara para importir. Pemerintah mungkin lebih memihak importir milik negara daripada importir swasta dengan memberikan mereka kuota yang lebih tinggi.