Apa yang terjadi jika pankreas tidak berfungsi

Apa yang terjadi jika pankreas tidak berfungsi

Apa yang terjadi jika pankreas tidak berfungsi
Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi

KOMPAS.com - Pankreas merupakan salah satu organ penting yang berfungsi menghasilkan enzim dan juga hormon untuk membantu sistem pencernaan. Pankreas juga bisa terkena masalah kesehatan, seperti pankreatitis akut atau peradangan pada pankreas hingga kanker.

Sayangnya banyak orang tak merasakan apa-apa ketika pankreas bermasalah. Andrew Hendifar, MD dari Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles mengatakan, tingkat harapan hidup pasien kanker pankreas pun sangat rendah karena umumnya ditemukan pada tahap lanjut.

Ted Epperly dari Family Medicine Residency menyebutkan, masalah kesehatan pankreas lainnya yang bukan kanker pun jarang terdeteksi dini.

Menurut Andrew dan Ted, sebenarnya ada beberapa tanda ketika pankreas mulai mengalami gangguan. Namun, gejala yang muncul sering kali diabaikan karena dianggap masalah biasa. Berikut 5 tanda pankreas bermasalah, seperti dikutip dari Prevention.com.

1. Tinja berwarna terang dan lebih cair
Jika tinja atau kotoran berwarna terang dan lebih cair, itu tanda buruknya penyerapan gizi. Hal ini tentu berkaitan dengan pankreas.

Pankreas menghasilkan enzim yang membantu seseorang mencerna lemak. Pankreas juga membantu tubuh menyerap vitamin yang larut dalam lemak seperti A, E, dan K.

Ketika pankreas yang memroduksi enzim itu terganggu, kotoran pun akan terlihat pucat dan lebih cair. Bahkan terkadang kotoran akan sedikit berminyak. "Itu adalah lemak dari makanan yang gagal dipecah," kata Andrew

2. Nyeri perut

Nyeri perut adalah salah satu gejala paling umum dari kanker pankreas dan pankreatitis aku. Rasa sakit bisa menjalar hingga ke punggung bagian bawah dan juga menetap selama berminggu-minggu. Itu merupakan gejala kanker pankreas.

Sementara itu, jika rasa sakit datang tiba-tiba dan hanya terpusat di bagian tengah perut, bisa jadi tanda pankreatitis akut.

Kelenjar pankreatik dapat ditumbuhi oleh beragam jaringan, dari yang tidak berbahaya hingga bersifat kanker. Kanker pankreas umumnya berawal dari pertumbuhan jaringan tumor pada saluran tempat keluarnya enzim pencernaan.

Sayangnya, kanker pankreas jarang didiagnosis pada stadium awal karena penderita tidak menunjukkan gejala. Setelah didiagnosis, dokter akan memberikan pengobatan sesuai kondisi pasien berupa operasi, kemoterapi, atau radiasi.

4. Insufisiensi eksokrin pankreas

Insufisiensi eksokrin pankreas (exocrine pancreatic insufficiency/EPI) adalah kondisi ketika kelenjar pankreatik tidak menghasilkan enzim yang cukup. Akibatnya, tubuh tidak dapat mencerna makanan dengan sempurna.

EPI terjadi sebagai dampak dari pankreatitis atau penyakit cystic fibrosis. Pengobatan untuk penyakit ini terdiri dari terapi hormon pengganti, pemberian vitamin dan suplemen zat gizi, serta penerapan pola makan untuk fibrosis kistik.

Bisakah manusia hidup tanpa pankreas?

Pada beberapa kasus, kelenjar ini mungkin harus diangkat sebagian atau seluruhnya. Hal tersebut biasanya dilakukan pada pasien yang memiliki kanker pankreas, pankreatitis kronis, atau kerusakan organ serius akibat cedera.

Uniknya, manusia dapat hidup tanpa pankreas, baik setelah operasi pengangkatan sebagian maupun total. Meski begitu, Anda tentu perlu melakukan penyesuaian dalam hidup apabila sudah tidak lagi memiliki organ ini.

Orang yang tidak memiliki pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara alami. Selain itu, kemampuan tubuhnya untuk menyerap zat gizi juga berkurang karena hilangnya enzim-enzim penting bagi proses pencernaan.

Menurut satu studi, pasien non-kanker (seperti pankreatitis yang mengintai kehidupan malam) bahkan mempunyai peluang hidup 7 tahun ke depan sebesar 76 persen setelah operasi. Sementara itu, peluang bagi pasien kanker pankreas sebesar 31 persen.

Pankreas merupakan organ pencernaan pelengkap yang berfungsi menghasilkan berbagai hormon dan enzim pencernaan. Jagalah kesehatan organ Anda ini dengan mengonsumsi makanan bergizi dan menjalani gaya hidup sehat.

Dokter mungkin menyarankan untuk makan beberapa porsi kecil setiap hari untuk menghindari lonjakan gula darah. Menghindari konsumsi alkohol juga dapat membantu menjaga kesehatan jangka panjang.

Berapa lama manusia bisa bertahan tanpa pankreas?

Melakukan perawatan medis yang sesuai dan mengikuti pola hidup sehat akan meningkatkan harapan hidup Anda setelah operasi pengangkatan pankreas.

Sebuah penelitian menemukan bahwa tingkat kelangsungan hidup selama tujuh tahun sebesar 76 persen, jika sesorang pada kondisi non-kanker seperti pankreatitis melakukan operasi.

Namun, untuk orang dengan kanker pankreas, tingkat kelangsungan hidup tujuh tahun adalah 31 persen.

Oleh Liputan6 pada 08 Jun 2002, 06:59 WIB

Diperbarui 08 Jun 2002, 06:59 WIB

Apa yang terjadi jika pankreas tidak berfungsi

Perbesar

Liputan6.com, Jakarta: Kerusakan sebuah organ akan berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kerusakan pankreas, misalnya, akan mengganggu produksi insulin yang dapat menyebabkan diabetes. Pankreas adalah suatu kelenjar di perut yang berfungsi membantu pencernaan, untuk mengolah karbohidrat dan protein. Ia mengeluarkan enzim-enzim seperti lipase, amilase, dan insulin, bersamaan dengan enzim yang dikeluarkan empedu, menuju usus duabelas jari. Selanjutnya, enzim tersebut berguna untuk mengolah makanan.

Kepada SCTV, ahli penyakit dalam Rumah Sakit Mitra Internasional Jakarta dokter Widaryati Sudarto, karena berbagai hal, seperti infeksi kuman, konsumsi alkohol yang berlebihan serta batu dalam kantong atau saluran empedu, akan berakibat radang pankreas atau pankreatitis. Infeksi kuman bisa merupakan kuman yang ada di saluran usus dua belas jari, yang karena efek membalik atau refluks, membalik ke kelenjar pankreas. Hal ini biasa terjadi pada saat terapi pengeluaran batu empedu. Sementara batu di saluran empedu bisa jatuh ke pankreas, karena saluran kedua kelenjar tersebut jadi satu. "Meningkatnya produksi enzim lipase dan amilase yang seriing terjadi pada penderita demam berdarah maupun tipus juga menandakan radang pankreas," kata Widaryati.

Radang pankreas bisa kronik dan akut. Gejala demam, sakit pada perut bagian tengah hingga penderita jalannya membungkuk, sering timbul pada radang pankreas akut. Gejala ini sering menyebabkan diagnosa dokter tidak tepat, sebab tumpang-tindih dengan gejala penyakit lain yang hampir sama, seperti radang empedu atau maag. Widaryati menambahkan, pada radang pankreas kronik atau menahun sering tidak menimbulkan gejala. Hal ini justru membahayakan, karena seorang penderita tidak mewaspadainya. Radang pankreas akut bisa menimbulkan kerusakan pankreas. Kerusakan ini bisa menyebabkan tiga hal yang mengancam jiwa, yakni menurunnya produksi insulin, sehingga penderita bisa terkena diabetes melitus, terjadinya keganasan jaringan, dan kerusakan jaringan di sekitarnya. Selain pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui peningkatan produksi enzim lipase dan amilase, dokter juga memerlukan pemeriksaan melalui ultrasonography (USG) dan endoskopi untuk memastikan adanya radang maupun kerusakan pankreas. Bila terjadi pembesaran serta bentuk yang tak teratur atau terjadi perkapuran, bisa dicurigai telah terjadi radang pankreas. Kecurigaan ini perlu dipastikan melalui pemeriksaan endoskopi untuk mengambil jaringan pankreas tersebut. Endoskopi juga berguna untuk memastikan terjadinya keganasan pada jaringan pankreas. Bila sudah dipastikan bahwa seseorang terkena radang pankreas, pasien harus dirawat inap di rumah sakit dan dipuasakan total. Ini untuk meringakan tugas kelenjar pankreas. Semua makanan dilewatkan infus. Selain itu, perlu juga diberikan antibiotika dan obat-obatan lain untuk mengobati peradangan. Hal ini dilakukan sampai amilase dan lipase mendekati normal. Jika ditemukan batu atau kerusakan pada kelenjar pankreas diperlukan operasi. Operasi ini tentu saja tak akan bisa memperbaiki fungsi pankreas yang sudah rusak.

Itulah sebabnya, apa pun keluhan yang dirasakan, seseorang harus terus mewaspadainya. Namun, kewaspadaan ini harus sesuai dengan uang yang dimiliki pasien untuk memperoleh pemeriksaan dan perawatan yang tepat. Sayangnya, di Indonesia, di tengah kesulitan ekonomi masyarakatnya, hal ini menjadi sesuatu yang muluk semata bagi sebagian masyarakatnya.(RSB/Mira Permatasari dan Bambang Triono)