Show
Setiap orang tua perlu mengenali gejala scabies pada anak. Hal ini karena scabies mudah sekali menular, bahkan ke orang tua atau orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, scabies perlu diobati hingga tuntas. Scabies atau kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei. Penyakit ini dapat dialami siapa saja, termasuk anak-anak. Scabies dapat dengan mudah menular jika terjadi kontak langsung dengan penderita atau menggunakan pakaian dan benda yang dipakai oleh penderita. Gejala Scabies pada AnakKetika tertular, kutu penyebab scabies akan masuk ke dalam lapisan kulit untuk hidup dan berkembang biak. Kotoran, air liur, dan telur yang mereka tinggalkan di kulit akan menimbulkan berbagai gejala, seperti:
Berbagai gejala di atas biasanya akan muncul setelah 4–6 minggu setelah kulit terpapar kutu penyebab scabies. Pada anak usia 2 tahun ke atas, gejala dapat muncul di area tangan, pinggang, paha, pusar, selangkangan, dan ketiak. Sedangkan pada anak di bawah usia 2 tahun, gejala lebih sering muncul di kepala, leher, telapak tangan, dan telapak kaki. Pengobatan Scabies pada AnakJika Si Kecil menunjukkan gejala scabies, segeralah bawa ia ke dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melihat kondisi kulit Si Kecil untuk menemukan tanda-tanda scabies. Bila perlu, dokter akan mengambil dan memeriksa sampel kulit dengan mikroskop untuk mencari kutu scabies. Jika Si Kecil sudah dipastikan menderita scabies, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejalanya, seperti:
Pengobatan scabies pada anak membutuhkan waktu kurang lebih 4–6 minggu hingga penyakit ini sembuh dan gejalanya hilang. Oleh karena itu, Bunda perlu bersabar saat merawat Si Kecil dengan scabies dan jangan menghentikan pengobatan tanpa anjuran dokter. Selain pengobatan dari dokter, Anda juga dapat melakukan langkah-langkah berikut ini untuk mengatasi scabies yang dialami Si Kecil:
Jika gejala scabies pada anak semakin memburuk atau Si Kecil kembali terkena scabies setelah selesai menjalani pengobatan, segeralah bawa ia kembali ke dokter untuk mendapatkan pengobatan ulang. Terakhir diperbarui: 19 Februari 2022 Definisi kudis (scabies)
Kudis, juga dikenal dengan skabies (scabies), adalah penyakit kulit menular akibat tungau Sarcoptes scabiei. Tungau tersebut dapat masuk ke dalam kulit untuk bertahan hidup, bertelur, dan bahkan bisa terus berada dalam kulit hingga dua bulan lamanya.
Infeksi akibat tungau Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan kulit terasa sangat gatal sebagai reaksi alergi. Rasa gatal biasanya akan lebih terasa parah pada malam hari. Ada dua jenis skabies, yaitu kudis biasa dan Norwegian scabies atau skabies berkrusta (kudis api). Orang yang terkena kudis umumnya hanya memiliki 15 – 20 tungau di kulitnya. Namun, orang dengan skabies berkrusta bisa memiliki hingga seribu tungau di kulit. Seberapa umumkah penyakit ini?Kudis adalah penyakit yang sangat umum terjadi dalam masyarakat. Kudis dapat menyerang semua orang dari berbagai usia, ras, tingkat sosial, dan situasi hidupnya. Bahkan, orang yang sangat menjaga kebersihannya pun bisa terkena kudis. Pasalnya, tungau skabies dapat menyebar dengan cepat melalui kontak fisik yang erat, misalnya dalam keluarga, play group atau penitipan anak, sekolah, panti jompo, hingga penjara. American Academy of Dermatology melaporkan ada jutaan orang yang terkena penyakit ini di seluruh dunia setiap tahunnya. Kudis bisa diatasi dengan mengurangi faktor risiko. Diskusikan dengan dokter spesialis kulit untuk informasi lebih lanjut. Tanda-tanda & gejala kudis
Gejala kudis umumnya muncul dalam 4 – 6 minggu setelah paparan awal dengan tungau. Jika sudah pernah terkena penyakit ini sebelumnya, gejala dapat muncul lebih cepat, yaitu sekitar 1 – 4 hari setelah paparan. Pada orang dewasa dan anak yang lebih tua, skabies paling sering ditemukan di:
Kudis pada bayi dan anak kecil mungkin muncul di:
Tanda dan gejala scabies secara umum adalah sebagai berikut. GatalRasa gatal pada kulit biasanya sangat kuat, dan cenderung semakin parah saat malam sehingga membuat susah tidur. Gatal di kulit akibat skabies berkusta rasanya pun jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan kudis biasa. RuamRuam kulit akibat kudis biasanya berupa benjolan keras yang sering kali membentuk garis seperti terowongan. Benjolan ini bisa terlihat seperti bekas gigitan serangga yang kecil berwarna merah atau bahkan seperti jerawat. Sebagian orang bahkan mengalami ruam di tangan dengan bercak bersisik seperti gejala eksim. LukaLuka kerap muncul di pagi hari karena tanpa sadar penderita menggaruk kulitnya dengan keras saat sedang tidur. Jika dibiarkan, luka dapat berkembang menjadi infeksi berupa sepsis. Sepsis adalah infeksi yang masuk ke aliran darah dan merupakan kondisi nedis yang mengancam nyawa. Kerak tebal pada kulitKerak biasanya muncul ketika Anda memiliki kudis berkrusta atau Norwegian scabies karena jumlah tungau yang hidup di kulit bisa mencapai ribuan. Kerak ini tersebar luas di kulit, berwarna keabu-abuan, dan mudah hancur saat disentuh. Kadang, kerak muncul di satu atau beberapa area tubuh yang terkena, seperti kulit kepala, punggung, atau kaki. Anda perlu berhati-hati terhadap scabies berkrusta karena kerak pada kulit pengidapnya bisa dengan mudah jatuh. Kerak ini sangat menular sebab juga mengandung tungau di dalamnya. Oleh sebab itu, jangan menyentuh atau mengorek rontokan kerak pada orang yang memiliki Norwegian scabies jika tidak ingin tertular. Kapan harus pergi ke dokter?Gejala seperti gatal dan benjolan kecil di atas kulit yang terkena kudis hampir mirip dengan kondisi kulit lainnya, seperti dermatitis atau eksim. Hubungi dokter jika Anda memiliki tanda dan gejala kudis seperti yang telah disebutkan. Selain itu, mungkin ada beberapa gejala atau tanda lainnya yang tidak tercantum di atas. Jika Anda merasa cemas tentang gejala tersebut, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Penyebab kudis (scabies)
Kudis pada kulit manusia disebabkan oleh tungau betina bernama Sarcoptes scabiei yang berukuran sangat kecil dan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Tungau betina masuk kemudian menggali bawah kulit dan membuat saluran untuk bertelur. Setelah telur menetas, larva tungau bergerak ke permukaan kulit untuk tumbuh. Tungau, telur, dan kotoran mereka membuat Anda merasa gatal sebagai reaksi alergi tubuh terhadap keberadaan tungau. Tungau dapat menyebar ke area kulit lainnya atau bahkan ke orang lain. Penularan bisa terjadi melalui beberapa cara, baik dengan kontak fisik langsung maupun penggunaan barang bersama. Penularan lewat kontak fisik bisa terjadi bila Anda melakukan sentuhan dengan pasien skabies secara erat, berulang kali, dan berlangsung dalam waktu yang lama. Karena alasan tersebut, penularan jenis penyakit kulit ini juga rentan terjadi saat orang yang sehat melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Hal ini bisa terjadi karena kulit Anda dan pasangan akan bersentuhan dalam waktu yang lama. Perlunya memperhatikan lingkungan sekitarSelain itu, faktor lingkungan memainkan peranan yang penting. Kontak fisik tentu lebih sering terjadi dalam satu lingkup lingkungan yang tertutup seperti rumah atau asrama. Berbagi penggunaan barang pribadi yang sama dengan orang yang terinfeksi, seperti handuk, sprei, dan pakaian juga bisa membuat tungau menyebar. Beberapa hewan juga diketahui memiliki tungau ini pada tubuhnya. Namun, perlu diingat bahwa penyakit kudis tidak menular dari hewan yang terinfeksi. Anda hanya akan tertular jika melakukan kontak dengan manusia lainnya yang terinfeksi. Sekalipun menular, Anda tak perlu terlalu khawatir. Biasanya, Anda tidak akan tertular penyakit kulit ini hanya dengan berjabat tangan atau berpelukan. Sebab, tungau butuh waktu lebih lama untuk merangkak dari satu orang ke orang lainnya. Faktor risiko kudis (scabies)
Risiko kudis atau skabies akan meningkat pada:
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah juga meningkatkan risiko terkena scabies. Kondisi ini khususnya berlaku untuk Norwegian scabies. Sistem kekebalan tubuh yang lemah membuat tungau berkembang biak dengan subur. Hal ini disebabkan oleh orang dengan imun rendah tidak mampu melawan tungau. Tanpa perlawanan dari tubuh, tungau akan berkembang biak dengan sangat cepat. Lansia, orang dengan HIV/AIDS, penerima transplantasi organ, pengidap kanker, dan orang yang sedang menjalani kemoterapi juga sangat berisiko terkena skabies. Diagnosis dan pengobatan
Dokter biasanya akan mendiagnosis kudis atau skabies dengan cara memeriksa kulit dari kepala hingga kaki. Dokter akan mencari tanda-tanda keberadaan tungau dari tampilan kulit Anda. Untuk memastikannya, biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel kulit atau biopsi kulit yang dicurigai menjadi tempat bersarangnya tungau. Dokter kemudian akan melihatnya di bawah mikroskop untuk menemukan tungau dan telurnya. Dari sinilah dokter akan bisa melihat apakah Anda memang terkena kudis atau tidak. Bagaimana pengobatan penyakit kudis (scabies)?Kudis atau skabies bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Berikut berbagai obat kudis yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk mengatasi kondisinya.
Selain krim, losion, dan ivermectin, dokter juga akan memberikan kombinasi perawatan lain seperti sebagai berikut.
Mengatasi bekas kudisSetelah luka sembuh, terkadang penyakit ini dapat meninggalkan bekas. Setelah tungau mati, bintik-bintik merah yang mengering ini akan berubah warna jadi lebih gelap dibanding kulit di sekitarnya seperti bekas jerawat.
Memang, kebanyakan bekas kudis dapat memudar seiring waktu. Namun, kemunculannya dirasa mengganggu penampilan oleh sebagian orang. Untuk itu, Anda bisa mencoba beberapa produk seperti gel penghilang bekas luka yang mengandung silikon, krim retinol, atau eksfoliasi. Produk-produk tersebut digunakan sebagai cara menghilangkan bekas kudis. Siapa saja yang memerlukan pengobatan kudis (scabies)?Tak hanya orang yang terinfeksi, pengobatan kudis juga mungkin diperlukan semua orang yang pernah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi atau tinggal bersama dengan penderita. Hal ini termasuk melakukan hubungan seks dengan orang terinfeksi kudis. Bahkan, orang yang tidak menandakan adanya tanda dan gejala kudis juga perlu diobati. Apalagi jika scabies menginfeksi banyak orang di panti jompo, penjara, dan fasilitas umum bersama lainnya. Hal ini dilakukan sebagai cara untuk mencegah wabah kudis beberapa waktu kemudian. Biasanya kudis bisa sembuh dan hilang jika Anda rutin menggunakan semua obat yang diresepkan dokter. Obat-obatan ini perlu dioleskan dari mulai leher hingga ke jari-jari kaki. Untuk bayi dan anak-anak, dokter mungkin akan meminta orangtua untuk mengoleskan salep ke kepala dan wajahnya. Biasanya obat-obatan ini perlu dioleskan sebelum Anda tidur. Dengan begitu, obat memiliki waktu hingga sekitar 8 jam untuk menyerap ke dalam kulit dan mengatasi kudis serta tungau yang bersarang. Dokter juga akan meminta Anda untuk mengulangi proses ini setiap hari selama satu minggu untuk hasil yang lebih optimal. Pastikan untuk melakukan pengobatan sesuai petunjuk dokter. Pengobatan rumahan
Selain obat-obatan dari dokter, ada perawatan lain yang bisa Anda lakukan di rumah untuk menunjang penyembuhan kondisi kudis yang Anda derita. Beberapa di antaranya adalah mengompres kulit dan mengoles losion penenang. Gejala umum yang biasanya menyerang orang-orang yang terkena kudis adalah gatal-gatal. Terkadang, rasa gatal ini dapat menyiksa dan bahkan mengganggu kegiatan Anda. Saat hal ini terjadi, Anda tentu tak tahan untuk segera menggaruknya. Padahal seperti yang telah disebutkan, menggaruk area yang terkena kudis dapat menimbulkan infeksi yang lebih parah. Untuk mengurangi gatal, sebaiknya kompres kulit menggunakan handuk yang sudah dicelupkan dalam air dingin atau air hangat. Anda juga bisa mengoleskan losion calamine pada area yang bermasalah. Losion calamine akan membantu meredakan gatal serta perih dan iritasi kulit ringan. Losion ini dijual bebas di apotek dan bisa dibeli tanpa resep dokter. Namun, bila Anda ragu untuk menggunakannya, lebih baik konsultasikan dahulu kepada dokter apakah boleh menggunakan losion ini atau tidak. Pencegahan kudis
Berikut berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan kudis. Menghindari kontak dengan orang atau benda yang terinfeksiKarena kudis sangat mudah menular dari kulit ke kulit, usahakan untuk menghindari kontak langsung dengan orang atau benda yang terinfeksi. Gunakan baju dan celana panjang jika di rumah ada anggota keluarga yang terinfeksi penyakit kulit ini. Selain itu, jangan bertukar pakaian atau tidur dalam satu kasur yang sama agar Anda tidak mudah tertular. Mencuci barang yang mungkin terinfeksi dengan air panas dan deterjenSeprai, pakaian, dan handuk yang ditaruh berdekatan atau dicampur dengan milik orang yang terinfeksi scabies selama tiga hari sebelum pengobatan sebaiknya dicuci bersih. Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, cucilah barang-barang ini dengan air panas atau bawa ke laundry untuk meminta di dry cleaning. Namun, jika barang tidak memungkinkan untuk dicuci dengan dry cleaning usahakan untuk menyimpannya dalam plastik tertutup selama seminggu. Tungau kudis yang menempel ini biasanya tidak bisa bertahan hidup lebih dari 2 – 3 hari di luar kulit manusia. Rutin membersihkan rumahKudis, terutama yang berkrusta, dapat dengan mudah menular lewat kerak tebal yang mungkin rontok dari kulit pengidapnya. Oleh karena itu, jika ada anggota keluarga yang terkena scabies usahakan untuk rutin membersihkan atau memvakum lantai rumah Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikan dengan dokter spesialis kulit untuk dapat lebih mengerti solusi terbaik untuk Anda. Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. SumberScabies – Symptoms and causes. (2020). Retrieved 23 July 2016, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/scabies/symptoms-causes/syc-20377378 Scabies: Diagnosis and treatment. (2020). Retrieved 2 April 2019, from https://www.aad.org/public/diseases/a-z/scabies-treatment#treatment CDC – Scabies – General Information – Frequently Asked Questions (FAQs). (2020). Retrieved 2 April 2019, from https://www.cdc.gov/parasites/scabies/gen_info/faqs.html Oyelami OA, e. (2020). Preliminary study of effectiveness of aloe vera in scabies treatment. – PubMed – NCBI . Retrieved 2 April 2019, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19274696 Pasay, C., Mounsey, K., Stevenson, G., Davis, R., Arlian, L., & Morgan, M. et al. (2010). Acaricidal Activity of Eugenol Based Compounds against Scabies Mites. Plos ONE, 5(8), e12079. doi: 10.1371/journal.pone.0012079 Abdel-Ghaffar F, e. (2020). Neem seed extract shampoo, Wash Away Louse, an effective plant agent against Sarcoptes scabiei mites infesting dogs in Egypt. – PubMed – NCBI . Retrieved 2 April 2019, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18769941 CDC – Scabies – Prevention & Control. (2020). Retrieved 2 April 2019, from https://www.cdc.gov/parasites/scabies/prevent.html Hygiene-related Diseases | Hygiene-related Diseases | Hygiene | Healthy Water | CDC. (2020). Retrieved 2 April 2019, from https://www.cdc.gov/healthywater/hygiene/disease/scabies.html |