Show Jumat, 03 Dec 2021 16:41 WIB
Ilustrasi. Pengertian ekonomi makro fokus pada kondisi perekonomian secara keseluruhan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) Jakarta, CNN Indonesia --Mempelajari ilmu ekonomi tak akan ada habisnya. Ilmu ekonomi terbagi menjadi dua cabang, yakni mikro dan makro. Ekonomi makro menjadi salah satu cabang ilmu ekonomi yang perlu dipelajari. Pahami lebih lanjut pengertian ekonomi makro, lengkap bersama ruang lingkup, permasalahan, dan tujuannya. Ekonomi makro merupakan bidang pembelajaran yang luas. Pasalnya, ilmu ini mempelajari ekonomi secara keseluruhan. Ilmu ini mempelajari perubahan ekonomi yang memengaruhi masyarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro juga digunakan untuk memengaruhi berbagai kebijakan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja, dan lainnya. Pengertian Ekonomi Makro
Dalam buku Ekonomi Makro karya Ali Ibrahim Hasyim, ekonomi makro dijelaskan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku perekonomian secara keseluruhan atau agregat. Ruang lingkup ekonomi makro meliputi kemakmuran dan resesi, output barang dan jasa perekonomian, serta laju pertumbuhan output, inflasi, dan pengangguran; juga neraca pembayaran dan nilai kurs. Ekonomi makro disebutkan memberi penekanan pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat memengaruhi beberapa kondisi, di antaranya: - perilaku konsumsi dan investasi- faktor penentu perubahan- upah dan harga- kebijakan fiskal dan moneter- stok uang beredar- anggaran belanja pemerintah- suku bunga - utang pemerintah. Dengan demikian, pengertian ekonomi makro fokus dalam membahas berbagai persoalan inti perekonomian secara aktual. Sangat jelas, ekonomi makro memiliki peran penting karena menyentuh semua aspek kehidupan dan kepentingan masyarakat. Ruang Lingkup Ekonomi MakroSetiap cabang ilmu ekonomi pasti memiliki ruang lingkup yang menjadi fokus pembahasan. Berikut ruang lingkup ekonomi makro. 1. Menentukan perekonomian negaraKemampuan negara dalam memproduksi barang dan jasa menjadi salah satu pembahasan ekonomi makro. Jika dirinci, berikut yang menjadi pembahasan: - pengeluaran pemerintah- pengeluaran perusahaan atau investasi- ekspor dan impor - pengeluaran konsumsi rumah tangga 2. Kebijakan pemerintahPerekonomian suatu negara mau tidak mau akan berpengaruh terhadap persoalan inflasi dan pengangguran. Untuk menanggulanginya, pemerintah akan mengeluarkan sejumlah kebijakan, baik fiskal maupun moneter. 3. Pengeluaran agregat atau menyeluruhMasalah ekonomi akan muncul jika pengeluaran tidak mencapai tingkat ideal. Misalnya saja, kesempatan kerja yang baik mampu mengawasi laju inflasi. Simak selengkapnya mengenai pengertian ekonomi makro, ruang lingkup, tujuan, dan permasalahan di halaman berikutnya... Ekonomi Makro: Pengertian, Ruang Lingkup, dan Permasalahan BACA HALAMAN BERIKUTNYA
TOPIK TERKAIT Selengkapnya29 Oktober 2021 Jakarta, FORTUNE – Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi sebuah negara adalah ekonomi makro. Bila terjadi masalah pada indikator ini, maka pembangunan sebuah negara pun akan terhambat. Sebagai contoh, jika ekonomi global bermasalah, maka perekonomian sejumlah negara ikut terganggu. Perusahaan-perusahaan berpotensi terguncang, pengangguran rawan bermunculan, dan pada akhirnya bermasalah ke perkara kemiskinan. Berbagai keterkaitan ini dapat dipahami bila kita mendalami lebih jauh tentang makro ekonomi demi beroleh perspektif lebih menyeluruh. Sektor makro sama pentingnya dengan ekonomi mikro dan bermanfaat bagi para ekonom serta pemangku kepentingan dalam menentukan strategi dan kebijakan. Untuk lebih jauh mengetahui sebab-sebab terjadinya pengangguran dan inflasi, atau hal-hal yang merangsang pertumbuhan ekonomi, maka Fortune Indonesia akan mengulas tentang ekonomi makro dari sejumlah sumber. Investopedia menuliskan bahwa ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari tentang perekonomian secara menyeluruh, tentang bagaimana ekonomi berperilaku dalam skala besar. Cabang keilmuan dari ekonomi ini mempelajari fenomena ekonomi yang luas, seperti inflasi, tingkat harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, produk domestik bruto (PDB), dan perubahan tingkat pengangguran. Ekonomi makro mencoba untuk mengukur seberapa baik kinerja suatu perekonomian, untuk memahami kekuatan apa yang mendorongnya, dan untuk memproyeksikan bagaimana kinerja dapat meningkat. Sektor makro berkaitan dengan kinerja, struktur, perilaku, dan pengambilan keputusan ekonomi secara keseluruhan. Secara umum, ruang lingkup riset ekonomi makro dapat dilihat dari perspektif jangka panjang maupun jangka pendek. Dua bidang penelitian ini adalah:
Sebagai sebuah cabang keilmuan, ekonomi makro dilahirkan dari sejumlah pemikir hebat dunia yang mendasari perkembangannya. Berikut ini adalah beberapa pandangan para ahli yang berbeda-beda di bidang ekonomi makro.
Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan.[1] Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Meskipun ekonomi makro merupakan bidang pembelajaran yang luas. Ada dua area penelitian yang menjadi ciri khas disiplin ini: kegiatan untuk mempelajari sebab dan akibat dari fluktuasi penerimaan negara jangka pendek (siklus bisnis), dan kegiatan untuk mempelajari faktor penentu dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan pendapatan nasional). Model makroekonomi yang ada dan prediksi-prediksi yang ada jamak digunakan oleh pemerintah dan korporasi besar untuk membantu pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan strategi bisnis. Makroekonomi meliputi berbagai konsep dan variabel, tetapi selalu ada tiga topik utama untuk penelitian makroekonomi.[2] Teori-teori mengenai makroekonomi biasanya terhubung dengan fenomena keluaran, pengangguran dan inflasi. Di luar teori makroekonomi, topik-topik tersebut juga sangatlah penting untuk semua agen ekonomi termasuk pekerja, konsumen dan produsen. Pengeluaran dan PendapatanKeluaran nasional ialah total nilai seluruh produksi negara pada masa yang sudah ditentukan. Semua yang diproduksi dan dijual menghasilkan pendapatan. Maka dari itu, keluaran dan pendapatan biasanya dianggap setara dan dua istilah tersebut sering digunakan berganti-gantian. Keluaran bisa diukur sebagai jumlah pendapatan, atau, bisa dilihat dari sisi produksi dan diukur sebagai jumlah nilai barang jadi dan jasa atau bisa juga dari penjumlahan seluruh nilai tambah di dalam negeri.[3] Keluaran ekonomi makro biasanya diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau salah satu akun nasional. Ekonom yang tertarik dengan kenaikan keluaran jangka panjang akan mempelajari pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi, akumulasi mesin dan modal lainnya, serta pendidikan yang lebih baik dan modal manusia semuanya akan berujung pada keluaran ekonomi lebih besar di selama berjalannya waktu. Tetapi, keluaran tidak selalu naik secara konsisten. Siklus bisnis bisa menyebabkan penurunan keluaran jangka pendek yang disebut resesi. Ekonom mencari kebijakan ekonomi makro yang bisa mencegah ekonomi anjlok ke jurang resesi dan akhirnya bisa memacu pertumbuhan jangka panjang dengan lebih cepat. PengangguranSebuah diagram menggunakan data dari AS menunjukkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang diekspresikan oleh Hukum Okun. Hubungan ini mendemostrasikan pengangguran siklikal. Pertumbuhan ekonomi berujung pada rasio pengangguran yang lebih rendah. Jumlah pengangguran di sebuah ekonomi diukur dengan angka pengangguran, yaitu persentase pekerja-pekerja tanpa pekerjaan yang ada di dalam angkatan kerja. Angkatan kerja hanya memasukan pekerja yang aktif mencari kerja. Orang-orang pensiunan, mengejar pendidikan atau yang tidak mendapat dukungan mencari kerja karena ketiadaan prospek kerja, tidaklah termasuk di dalam angkatan kerja. Pengangguran sendiri bisa dibagi menjadi beberapa tipe yang semuanya berkaitan dengan sebab-sebab yang berbeda pula. Pengangguran klasikal terjadi ketika gaji karyawan terlalu tinggi sehingga pengusaha tidak berani memperkerjakan karyawan lebih dari yang sudah ada. Gaji bisa menjadi terlalu tinggi karena peraturan upah minimum atau adanya aktivitas serikat pekerja. Sama halnya dengan pengangguran klasikal, pengangguran friksional terjadi apabila ada lowongan pekerjaan untuk pekerja tetapi waktu untuk mencarinya menyebabkan adanya periode di mana si pekerja tersebut menjadi pengangguran.[4] Pengangguran struktural meliputi beberapa jenis penyebab pengangguran termasuk ketidakcocokan antara kemampuan pekerja dan kemampuan yang dicari oleh pekerjaan yang ada.[5] Pengangguran besar-besaran bisa terjadi ketika sebuah ekonomi mengalami masa transisi industri dan kemampuan para pekerja menjadi tak terpakai. Pengangguran struktural itu juga cukup mirip dengan pengangguran friksional karena dua-duanya berkutat pada permasalahan ketidakcocokan kemampuan pekerja dengan lowongan pekerjaan, tetapi pengangguran struktural berbeda karena meliputi juga kebutuhan untuk menambah kemampuan diri, tidak hanya proses pencarian jangka pendek.[6] Walaupun ada beberapa jenis pengangguran yang selalu ada saja mau bagaimanapun kedaaan ekonomi pada saat itu, pengangguran siklikan terjadi ketika pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan. Hukum Okun menunjukan hubungan empiris antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi.[7] Versi asli dari Hukum Okun menyatakan bahwa 3% kenaikan keluaran ekonomi akan mengakibatkan 1% penurunan angka pengangguran.[8] Inflasi dan Deflasimoving-average periodik selama sepuluh tahun tentang perubahan tingkat harga dan pertumbuhan penawaran uang (menggunakan ukuran M2, penawaran dari kurs keras dan uang dipegang untuk sebagian besar jenis rekening bank) di Amerika dari tahun 1875 ke 2011. Dari sisi jangka panjang, kedua seri ini menunjukkan hubungan yang erat. Kenaikan harga umum disebuah ekonomi disebut dengan inflasi. Ketika harga menurun, maka terjadi deflasi. Ekonom mengukur perubahan harga ini menggunakan indeks harga. Inflasi bisa terjadi ketika suhu ekonomi menjadi terlalu panas dan tumbuh terlalu cepat. Mirip dengan ini, ekonomi yang merosot bisa mengakibatkan deflasi. Bank Sentral yang mengatur ketersediaan uang suatu negara, selalu mencoba menghindari adanya perubahan tingkat harga menggunakan kebijakan moneter. Dengan menaikan tingkat suku bunga atau menurunkan ketersediaan uang di dalam sebuah ekonomi akan menurunkan inflasi. Inflasi bisa mengakibatkan bertambahnya ketidakpastian dan konsekuensi negatif lainnya. Deflasi bisa menurunkan keluaran ekonomi. Bank sentral akan mengusahakan stabilnya harga untuk melindungi ekonomi dari akibat negatif atas fluktuasi harga. Perubahan di tingkat harga bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa pergerakan tingkat harga itu berhubungan langsung dengan penawaran uang. Fluktuasi jangka pendek bisa juga berhubungan dengan faktor moneter, tetapi perubahan pada permintaan agregat dan penawaran agregat bisa juga mempengaruhi tingkat harga. Contohnya, penurunan di permintaan karena adanya resesi bisa mengakibatkan indeks harga yang rendah dan deflasi. Syok penawaran negatif, seperti krisis minyak, akan menurunkan penawaran agregat dan menyebabkan inflasi. Model AD-AS telah menjadi model panduan standar untuk menjelaskan ekonomi makro.[9] Model ini menunjukkan indeks harga dan indeks keluaran aktual di titik temu pada permintaan agregat dan penawaran agregat. Kurva permintaan agregat yang melandai ke bawah menandakan bahwa banyak keluaran yang diminta pada tingkat harga yang lebih rendah.[10] Kurva melandai ke bawah ialah hasil yang terjadi karena tiga efek: Efek Pigou, yang menyatakan bahwa ketika harga asli jatuh, kemakmuran asli naik, sehingga mengakibatkan naiknya permintaan barang oleh konsumen; Efek Keynes, yang menyatakan bahwa ketika harga turun maka permintaan uang akan turun dan akan mengakibatkan turunnya suku bunga, pinjaman investasi dan konsumsi akan naik; dan efek ekspor bersih, yang menyatakan bahwa ketika harga naik, barang domestik menjadi lebih mahal apabila dilihat dari sisi komparatif dengan konsumen asing dan akibat dari itu, ekspor menurun. [10] IS-LMModel IS-LM memunculkan titik ekuilibrium tentang suku bunga dan pengeluaran diberikan oleh ekulibrium di dalam pasar barang dan uang. [11] Pasar barang diwakilkan oleh ekuilibrium antara investasi dan tabungan (IS), dan pasar uang diwakilkan oleh penawaran uang dan preferensi likuiditas. [12] Kurva IS termasuk oleh titik-titik di mana investasi, berdasarkan suku bunga, setara dengan tabungan, berdasarkan keluaran. [13] Kurva IS melandai ke bawah karena keluaran dan suku bunga memiliki hubungan berbanding terbalik di pasar barang: Apabila keluaran meningkat maka akan lebih banyak uang yang ditabung, yang artinya suku bunga haruslah diturunkan untuk mendorong investasi yang cukup sehingga sepantaran dengan tabungan.[13] Kurva LM melandai ke atas karena suku bunga dan keluaran memiliki relasi positif di pasar uang. Dengan meningkatknya keluaran, permintaan untuk uang akan naik, dan suku bunga akan turut naik.[14] Dalam contoh grafik IS/LM ini, kurva IS bergerak ke kanan, menyebabkan suku bunga meningkat (i) dan ekspansi dari ekonomi "asli" (GDP asli, atau Y). Model IS/LM sering kali digunakan untuk mendemonstrasikan efek dari kebijakan moneter dan fiskal. [11]Buku teks sering kali menggunakan model IS/LM, tetapi model ini tidak menunjukkan kompleksitas dari model-model ekonomi-makro modern.[11] Meskipun begitu, model-model modern ini masih tetap memiliki relasi yang mirip dengan IS/LM.[11] Pembedaan tradisional adalah antara dua pendekatan berbeda ke ekonomi: ekonomi Keynesian, memusatkan pada permintaan; dan ekonomi sisi-penyediaan (atau neo-klasik) yang memusatkan pada persediaan. Keduanya tidak bisa berjalan sendiri, namun ini hanya permasalahan penekanan.
|