Apa yang dilakukan iri miami dan israel terhadap batu yang mereka temukan

Apa yang dilakukan iri miami dan israel terhadap batu yang mereka temukan

Di daerah Yapen Timur, tepatnya di daerah Wawuti Revui, terdapat sebuah gunung bernama Kamboi Rama yang di mana masyarakat berkumpul dan berpesta di gunung itu. Di gunung itu juga tinggal seorang Raja Tanah atau Dewa bernama Iriwonawai. Dewa itu memiliki sebuah tifa atau gendang yang diberi nama Sokirei atau Soworoi.

Jika gendang itu berbunyi, orang-orang akan berdatangan dan berkumpul karena pada kesempatan itulah mereka dapat melihat gendang itu. Akan tetapi, yang dapat melihat gendang hanya orang-orang tua berkekuatan gaib.

Dewa Iriwonawai mempunyai sebuah dusun yang banyak ditumbuhi tanaman sagu, yaitu dusun Aroempi. Sagu merupakan makanan pokok penduduk daerah Wawuti Revui. Akan tetapi, sagu ini lama-kelamaan berkurang sehingga membuat Sang Dewa marah, kemudian tanaman sagu itu dipindah ke tempat lain.

Penduduk dusun Kamboi Rama ketakutan, mereka pindah ke daerah pantai dan mendirikan daerah baru yang diberi nama Randuayaivi. Sedangkan, di Gunung Kamboi Rama hanya tinggal Dewa Iriwonawai dan sepasang suami-istri bernama Irimiami dan Isoray.

Pada suatu pagi, Isoray duduk di atas batu untuk berjemur diri. Beberapa saat kemudian, batu yang didudukinya itu mengeluarkan gumpalan awan panas sehingga dia tidak tahan duduk di atas batu itu. Kemudian, Irimiami menduduki batu itu.

Ternyata, apa yang dirasakan Irimiami sama juga dengan yang dirasakan Isoray. Setelah itu, Irimiami mengambil daging rusa dan diletakkannya di atas batu itu.

Tidak lama kemudian, daging rusa itu diangkat dan dimakan oleh mereka berdua. Ternyata daging rusa itu terasa lebih enak rasanya setelah dimasak di atas batu panas itu. Sejak itu, Irimiami dan Isoray selalu meletakkan makanan di atas batu itu.

Pada suatu hari, Irimiami dan Isoray menggosok buluh bambu di batu itu. Tidak lama kemudian buluh bambu putus dan gosokan buluh bambu mengeluarkan percikan api. Irimiami dan Isoray heran, kemudian mereka mulai mengadakan percobaan di atas batu itu.

Keesokan harinya, mereka mengumpulkan rumput dan daun kering dan diletakkan di atas batu itu. Tak lama kemudian, rumput dan daun itu mengeluarkan gumpalan awan seperti apa yang pernah mereka lihat sebelumnya. Irimiami dan Isoray pun menamakan batu itu sebagai batu keramat. Mereka mulai memuja batu itu.

Pada siang hari, ketika matahari memancarkan sinarnya, Irimiami dan Isoray mencoba meletakkan rumput, daun kering dan ranting bambu di atas batu keramat. Mereka menunggu apa yang akan terjadi dan ternyata keluarlah awan merah yang sangat panas.

Mereka ketakutan dan memohon kepada Dewa Iriwonawai agar memadamkan awan merah itu. Permohonan mereka terkabul dan akhirnya awan merah itu padam.

Hari berikutnya mereka mengumpulkan rumput kering, dedaunan, dan kayu lebih banyak lagi untuk mereka letakkan di atas batu keramat. Asap tebal mengepul di Puncak Gunung Kamboi Rama selama 6 hari. Gendang pun berbunyi, masyarakat berkumpul ingin menyaksikan Gendang Soworoi.

Irimiami dan Isoray sangat ketakutan sehingga tidak ada henti-hentinya mereka memohon kepada dewa agar kepulan asap tebal itu menghilang. Dewa Iriwonawai mengabulkan permintaan Irimiami dan Isoray. Setelah awan menipis, penduduk kampung Randuayaivi ingin melihat lebih dekat.

Ternyata perbuatan itu tidak dilakukan Dewa Iriwonawai, tetapi dilakukan Irimiami dan Isoray. Irimiami dan Isoray menyambut baik kedatangan penduduk kampung Randuayaivi. Mereka pun menceritakan peristiwa itu dan asal mula ditemukan batu keramat.

Penduduk kampung merasa tercengang mendengar cerita mereka, apalagi setelah mereka mencicipi makanan yang dipanaskan di atas batu keramat.

Oleh karena itu, Irimiami dan Isoray ingin supaya diadakan pesta adat. Keesokan harinya, pesta adat dimulai. Penduduk kampung Randuayaivi berkumpul membawa perbekalan, seperti sagu, keladi, daging, dan makanan lainnya.

Mereka berkumpul mengelilingi batu keramat sambil meletakkan rumput di atas batu itu. Tidak lama kemudian, keadaan sekitar Gunung Kamboi Rama menjadi sangat cerah dengan sinar api yang keluar dari batu keramat.

Pesta adat berlangsung selama 3 hari 3 malam. Dalam pesta itu, Irimiami dan Isoray memperlihatkan peristiwa-peristiwa yang pernah mereka alami. Kemudian, Irimiami dan Isoray memerintahkan masyarakat yang hadir di pesta itu untuk mengelilingi batu keramat sambil menari dan memuja batu itu.

Inilah Legenda Masyarakat Irian Jaya atau Papua yang sampai sekarang mengeramatkan batu api penemuan Irimiami dan Isoray. Mereka juga percaya bahwa Irimiami dan Isoray adalah orang pertama yang menemukan api sehingga setahun sekali dilakukannya upacara pemujaan terhadap batu keramat itu.

Semoga cerita rakyat di atas bisa membantu kamu terkait hikmah pelajaran yang bisa kamu petik, dan dapat menambah wawasan pengetahuan yang memenuhi asupanmu. Jika ada pertanyaan, silahkan ditulis pada kolom komentar dibawah ini.

Jawaban:

Menurut cerita rakyat Papua, terdapat sebuah batu keramat di Gunung Kamboi Rama, Kepulauan Yapen Propinsi Papua. Di atas Gunung Kamboi Rama tersebut terdapat dua buah desa kecil bernama Desa Kamboi Rama dan Desa Aroempi. Desa Kamboi Rama dihuni oleh manusia sementara Desa Aroempi dipenuhi tanaman sagu milik tuan tanah bergelar Iriwonawani. Dari Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kaum laki-laki Desa Kamboi Rama berburu binatang sementara kaum wanitanya mencari sagu di Desa Aroempi. Sebelum mencari sagu di Desa Aroempi, penduduk desa biasa melakukan pemujaan kepada Dewa Iriwonawani.

Dewa Iriwonawani Marah

Seiring waktu, sagu di Desa Aroempi menjadi berkurang karena terus menerus diambil oleh penduduk Desa Kamboi Rama. Dewa Iriwonawani menjadi marah. Sang Dewa lantas memindahkan tananam sagunya ke daerah lain. Rakyat Desa Kamboi Rama menjadi ketakutan. Atas perintah kepala suku, mereka segera pindah ke daerah pantai. Mereka mendirikan desa baru di daerah pantai dengan nama Desa Randuayaivi. Semua penduduk desa pindah kecuali sepasang suami istri bernama Irimiami dan Isoray.

Pada suatu hari, sepulang dari ladang, Irimiami beristirahat dengan bersandar pada sebatang pohon sementara Isoray beristirahat dengan duduk di atas sebuah batu besar. Beberapa lama kemudian, Isoray yang duduk di atas batu merasa pantatnya panas kemudian berteriak kepanasan.

“Aduh kenapa batu ini panas sekali.” teriak Isoray. “Suamiku, batu ini panas sekali.” Isoray menunjuk pada batu yang ia duduki.

Irimiami merasa penasaran kemudian memegang batu tersebut menggunakan tangannya. Ia segera menarik tangannya karena merasa panas. Irimiami kemudian mengambil daging rusa. Ia meletakkannya di atas batu tersebut. Tidak lama kemudian daging rusa tersebut menjadi matang. Melihat kejadian itu, mereka berdua ketakutan, lalu berdoa pada Dewa Iriwonawani agar tidak terjadi kebakaran hutan karena api terlihat keluar dari batu panas tersebut. Beruntung, Dewa Iriwonawani mengabulkan doa mereka.

Keesokan harinya, mereka berdua kembali mendatangi batu tersebut. Mereka melakukan percobaan dengan meletakkan dedaunan kering di atasnya. Tidak lama kemudian rumput beserta dedaunan tersebut mengering karena panas kemudian terbakar. Mereka berdua panik dan berdoa kepada Dewa Iriwonawani agar memadamkan api tersebut. Namun kali ini Dewa Iriwonawani tidak mengabulkan doa mereka. Api pun lama-kelamaan makin membesar. Api tersebut terlihat dari Desa Randuayaivi yang terletak di pinggir pantai.

“Ada kebakaran...ada kebakaran...” teriak penduduk Desa Randuayaivi.

Para penduduk segera bergegas naik keatas, ke Desa Kamboi Rama untuk memadamkan api. Akhirnya dengan bantuan penduduk, api berhasil dimatikan. Setelah situasi tenang, Irimiami menceritakan tentang batu panas tersebut. Para penduduk kemudian mencoba meletakkan daging di atas batu tersebut. Tidak lama kemudian daging tersebut matang.

Legenda Batu Keramat Di Kepulauan Yapen

“Benar kan ceritaku.” ujar Irimiami. Irimiami mengusulkan agar setahun sekali diadakan pesta adat di batu tersebut. Ketua adat Desa Randuayaivi menyetujuinya. Batu tersebut kini dianggap sebagai Batu Keramat oleh rakyat setempat.

Keesokan harinya, masyarakat membawa berbagai macam makanan ke batu tersebut untuk dimasak beramai-ramai. Mereka mengadakan pesta di sekitar batu keramat tersebut. Selama pesta berlangsung, Irimiami & Isoray menceritakan semua peristiwa yang terjadi mengenai batu keramat tersebut.

Hingga kini, masyarakat Kepulauan Yapen masih melestarikan budaya tersebut. Mereka sering berkumpul di Batu Keramat untuk melestarikan budaya yang dimulai oleh leluhur mereka, Irimiami & Isoray, sambil saling menjalin persaudaraan. inilah asal mula legenda batu keramat.