Apa yang anda ketahui tentang pencak silat banten

Liputan6.com, Jakarta Sebagai salah satu wilayah Tatar Sunda, Banten memiliki kekayaan materi silat yang belum banyak diketahui masyarakat. Untuk lebih mengenalkan pencak silat Banten, Lembaga Pewarisan Pencak Silat Indonesia (Garis Paksi) menyelenggarakan seminar pencak silat pada Minggu, (2/10/2016).

Seminar yang diselenggarakan di Gedung Lembaga Budaya Sunda Universitas Pasundan, Bandung, Jawa Barat, ini menghadirkan praktisi silat dari Pencak Silat Haji Salam (PSHS) Banten. PSHS memiliki keunikan dalam mengantisipasi serangan lawan.

"Aliran Haji Salam termasuk dalam aliran silat tangan kosong yang mengandalkan kecepatan dan reflek tubuh. Dari gerak tangan, langkah kaki, sampai dengan bahu mengandalkan akurasi dan timing tepat dalam gerakan-gerakannya. Tidak ada unsur magis atau amalan yang harus dilakoni oleh para muridnya untuk menguasai jurus-jurus tertentu," kata praktisi silat Banten, Faisal Bantani, mengungkapkan kelebihan dari jurus silat Haji Salam ini.

Dalam seminar ini, hadir pula Sumianto, praktisi PSHS yang mengajarkan jurus-jurus dasar pencak silat khas Banten. "Saya selama beberapa tahun pernah tinggal di Riau. Tapi setelah saya kembali ke Banten dan melihat PSHS hanya eksis di Banten saja, maka saya berniat untuk mengembangkan di luar Banten. Bahkan, saya ingin mengajarkan PSHS di Bandung," tutur Sumianto.

Ia menuturkan, gerakan bela diri PSHS terdiri dari 12 jurus inti, 23 jurus sambut, dan 17 jurus sambut-isi atau sambut ewoh yang secara efektif dapat digunakan untuk melumpuhkan lawan.

"Gerakan pencak silat di mana-mana bentuknya banyak yang sama, tapi namanya saja yang berbeda di setiap daerah. Uniknya karena Haji Salam banyak belajar berbagai aliran silat, semua aliran silat ada di PSHS. Mengambil inti-inti dari berbagai aliran kemudian diramu oleh Haji Salam ke dalam jurus dan aplikasinya," lanjut.

Simak kelanjutan artikel ini di Forum Liputan6 yang diunggah oleh akun @GarisPaksi dengan mengeklik tautan berikut ini.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya yang sedang populer: Ini Alasan Bule di Inggris Gemar Makan Tempe. Yuk, berbagi di Forum Liputan6.

Apa yang anda ketahui tentang pencak silat banten

Apa yang anda ketahui tentang pencak silat banten

Gambar logo Perguruan Pencak Silat Haji Salam (Dok. Pribadi)

KANDANG MEDIA – Indonesia identik dengan budaya yang unik dan melimpah, mulai dari makanan, adat, kebiasaan, dan kesenian. Salah satu seni yang sangat akrab dengan masyarakat khususnya Banten adalah kesenian beladiri pencak silat.
Sebagai salah satu kebudayaan di Banten, silat memiliki banyak aliran yang berbeda disetiap daerah tempatnya berkembang.

Perguruan pencak silat yang cukup terkenal di Banten adalah Perguruan Pencak Silat Haji Salam. Berdiri pada tahun 1997, perguruan ini berlokasi di Ciruas dan Nurudin menjabat sebagai Ketua Perguruan generasi kedua saat ini.
Pencak Silat Haji Salam merupakan salah satu perguruan yang masih bertahan untuk melestarikan kesenian tanah Banten ini. Seperti aliran silat Banten pada umumnya, perguruan ini mengalami penurunan diberbagai faktor, salah satunya ialah kurangnya minat para remaja untuk mempelajari pencak silat. Mereka cenderung bangga dengan seni beladiri mancanegara daripada kesenian negaranya sendiri.

Perguruan yang beranggotakan anak sekolah ini sama sekali tidak memungut biaya para muridnya untuk ikut bergabung. “Saya sama sekali tidak meminta atau memungut biaya kepada orang-orang yang mau belajar silat. Kalaupun ada kebutuhan mereka biasanya iuran atas kesepakatan dan musyawarah mereka juga,” ujar Nurudin.

Menurutnya, lemahnya campur tangan pemerintah turut menjadi faktor penyebab kurangnya peminat pencak silat ini. Pemerintah kurang memperhatikan Perguruan pencak silat di Banten. Ia mengaku perrguruan miliknya memiliki fasilitas yang cukup menunjang dari tempay lainnya. “Perguruan lain itu tidak seperti perguruan ini, bahkan untuk tempat latihan saja kurang menunjang, bahkan bisa dibilang tidak layak,” tuturnya.

Namun saat ini Pemerintah sudah mulai memperhatikan dan merangkul beberapa Perguruan untuk dilegalkan dengan cara pembentukan organisasi atau mengajak Perguruan yang ada untuk bergabung dengan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Dimulai dengan diadakannya berbagai kompetisi dan sertifikasi untuk pengajar dan Perguruan silat juga memberikan bantuan berupa peralatan untuk berlatih, pemerintah mulai berupaya untuk kembali membangkitkan semangat para pesilat agar lebih dikenal dan kembali memiliki banyak peminat terutama para remaja.

“Saya agak kecewa terhadap pemerintah yang cenderung memberi wadah dan organisasi yang terstruktur pada beladiri luar seperti karate dan semacamnya, seharusnya seni milik negara sendiri bisa lebih diperhatikan agar tidak hilang,” jelasnya. Perguruan ini telah memenangkan banyak kejuaraan Pencak silat hingga ketingkat nasional tentu dengan usaha yang tidak mudah. Melakukan latihan rutin setiap malam Rabu dan malam Sabtu untuk tingkat SD, SMP dan SMA. Malam minggu untuk tingkat atas yang lebih mendalami dan berpotensi untuk menjadi tenaga pengajar.

Nurudin berharap agar pemerintah lebih memperhatikan Perguruan pencak silat yang ada di Banten agar tetap terjaga dan tidak hilang. Ia juga meminta pemerintah untuk lebih mensosialisasikan kepada masyarakat luas agar menumbuhkan minat remaja untuk bergabung, belajar sekaligus melestarikan budayanya sendiri. (ET/RZ/TAM-KANDANGMEDIA)

Mengenai asal-usul nama bandrong diambil dari nama sejenis ikan terbang yang sangat gesit dan dapat melompat tinggi dan jauh, menyerang kerang dengan moncongnya yang sangat panjang dan bergerigi sangat tajam. Ikan ini sangat berbahaya karena sekali menyerang dapat membinasakan musuhnya. Ki Patih Jaga Laut atau patih sangat menyukai dan sering memperhatikan gerak-gerik dari ikan bandrong, karena ikan tersebut mempunyai gerakan yang tangkas dan gesit juga memiliki jangkauan lompatan dengan jarak jauh. Akhirnya ia menggunakan nama ikan itu untuk nama ilmu ketangkasan bela diri yang dimilikinya yaitu pencak silat bandrong karena tangkas dan gesit serta berbahaya seperti ikan bandrong.

Silat bandrong lahir sekitar tahun 1500 Masehi, yaitu sebelum berdirinya Kesultanan Banten. Tokoh yang diketahui pertama menyebarkan aliran ini adalah seorang  kiai bernama Ki Agus Jo, dikenal dengan nama Ki Beji. Ia terkenal sebagai kiai sekaligus pendekar dan merupakan guru besar bandrong yang menetap di salah satu lereng Gunung Santri. Di antara para muridnya yang terkenal adalah Ki Sarap dan Ki Ragil yang berasal dari Kampung Gudang Batu, Waringin Kurung (Wawancara dengan Ali Rahim dan Ahmad Faroji Jauhari, 9-10 April 2012).

Pendidikan ketangkasan dan kedigjayaan itu dipusatkan di Pulo Kali dan dibina langsung oleh kedua kakak beradik Ki Sarap dan Ki Ragil. Di sanalah mereka berdua menghabiskan masa tuanya.  Setelah meninggal, mereka berdua dimakamkan di pemakaman umum di daerah Kahal wilayah Kecamatan Pulo Ampel. Hingga sekarang tempat itu dikenal dengan sebutan ”Makam Ki Kahal”. Banyak masyarakat yang datang berziarah terutama para pesilat bandrong

Setiap aliran pencak silat mempunyai ciri masing-masing pada setiap gerakannya. Semua gerakan keseharian yang dilakukan oleh para pesilat bandrong merupakan gerakan bandrong. Tetapi gerakan yang menjadi ciri khas bandrong pada umumnya adalah:

·       Gerakan tangan dan kaki cenderung cepat, dan gerakannya luas.

·       Menggunakan teknik bawah dengan cepat untuk menjatuhkan lawan dengan cara mengambil kaki lawan dan mengangkatnya ke atas dengan posisi kepala lawan di bawah kemudian dilemparkannya dengan jarak yang sangat jauh (Wiryono, 2005: 30).

Sekitar tahun 1920-1940 Masehi, ketika silat bandrong berada di bawah kepemimpinan guru besar Ki Marip, seorang pendekar bandrong berasal dari Pulo Kali (1880-1940 M), datang seorang tokoh persilatan Betawi dari Cempaka Putih Jakarta ke pesisir Pulo Kali Bojonegara, yang bernama Hilmi, terkenal dengan sebutan Bang Imi. Tujuan kedatangannya ke Banten adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang persilatan Banten. Bang Imi adalah pesilat yang menguasai silat kwitang Betawi. Dalam perkenalannya, Ki Marip dan Bang Imi bertukar jurus dalam sebuah pertarungan silat. Hanya dalam beberapa langkah Bang Imi dapat dijatuhkan oleh Ki Marip. Dari peristiwa inilah akhirnya Ki Marip dan Bang Imi menjalin persahabatan. Buah dari persahabatan tersebut ternyata dapat  mempengaruhi aliran bandrong dengan variasi dan pendalaman jurusnya karena ada unsur silat kwitang Betawi yang menambah wacana seni yang berbeda. Masuknya unsur-unsur dari aliran silat lain seperti Cimande, Beksi, Kung Fu, Merpati Putih, dan lain-lainnya juga menambah kekayaan jurus dan gerak dari aliran bandrong. 


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2014