Apa tujuan pasukan bergajah menyerang ka'bah

Apa tujuan pasukan bergajah menyerang kabah

Ilustrasi: gambar Ka'bah di masa kini yang menjadi pusat peribadatan umat Islam. Ilustrasi: gambar Ka'bah di masa kini yang menjadi pusat peribadatan umat Islam.

Ada sebuah peristiwa besar pada tahun kelahiran Nabi Muhammad, yaitu penyerangan Ka’bah oleh penguasa Yaman, Abrahah. Ketika itu, Abrahah mengerahkan pasukan bergajahnya ke Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Oleh karenanya, tahun itu dinamakan tahun gajah (‘aam fiil). Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada tahun 570 atau 571 Masehi, sesuai dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad yang banyak diyakini.


Abrahah semula adalah seorang perwira di bawah komando Aryath dari Habasyah atau Abessinia (sekarang Ethiopia). Singkat cerita, Aryath berhasil menjadi penguasa Yaman setelah mengalahkan Raja Dinasti Himyar, Dzu Nuwas. Karena Aryath sewenang-wenang dan tidak adil dalam memerintah, maka terjadilah pemberontakan di bawah Abrahah. Aryath terbunuh—setelah dua tahun pemerintahannya- dan Abrahah menjadi penguasa Yaman.


Beberapa tahun setelah menjadi penguasa Yaman, Abrahah berkeinginan untuk menghancurkan Ka’bah. Abrahah menggerakkan pasukannya, termasuk pasukan bergajah, menuju ke Makkah. Merujuk History of The Arab (Philip K Hitti, 2010), hal itu membuat penduduk Hijaz terkesan karena mereka belum pernah melihat gajah sebelumnya.


Setidaknya ada dua motif atau alasan mengapa Abrahah menyerang Ka’bah dan hendak menghancurkannya. Pertama, faktor agama. Pada saat itu, Ka’bah menjadi kiblat keagamaan bagi masyarakat pagan Arab. Mereka datang ke Ka’bah setiap tahun sekali untuk melaksanakan ritual haji.


Abrahah ‘tidak dapat terima’ menerima kenyataan itu. Terlebih Raja Habasyah, Najasyi—yang menjadi kaki tangan Romawi Timur–menjadikannya sebagai  ‘pembela ajaran Kristen’. Dia kemudian berusaha mengalihkan kiblat masyarakat Arab dari Makkah ke Yaman. Dalam kata lain, dia berusaha mengkristenkan masyarakat Arab yang pagan dan menjadikan Yaman sebagai pusat agama Kristen. Jika berhasil, maka ini akan menjadi jembatan bagi Abrahah untuk menguasai seluruh Jazirah Arab.


Di samping itu, Abrahah juga ingin memperbaiki hubungannya dengan Penguasa Habasyah, Raja Najasyi—bukan Najasyi yang melindungi umat Islam dan dishalati Nabi ketika wafat. Sebagaimana disebutkan di atas, Abrahah memimpin pemberontakan yang menyebabkan Aryath, panglima perang Najasyi, terbunuh. Caranya, dia berupaya mengkristenkan Hijaz, bahkan seluruh Jazirah Arab. 


Oleh karenanya, dia membangun sebuah bangunan tandingan untuk menyaingi Ka’bah. Bangunan tersebut diberi nama Al-Qalis atau Al-Qulays atau Al-Qullays (berasal dari bahasa Yunani Ekles) dan terletak di bekas ruruntuhan Kota Ma’rib kuno. Itu menjadi bangunan terbesar dan termegah pada masanya. Bahan bangunan Al-Qalis berasal dari batu-batu marmer dan granit peninggalan Istana Ratu Balqis.


Abrahah melakukan kampanye besar-besaran—bahkan memaksa–agar masyarakat Arab berziarah ke Al-Qalis, tidak lagi ke Ka’bah. Namun usaha Abrahah sia-sia, masyarakat Arab begitu menghormati Ka’bah. Mereka tetap keukeuh mempertahankan agama moyang mereka dan enggan berpindah menjadi seorang Kristen.


Kedua, faktor ekonomi. Para pedagang menjajakan dagangannya di sekitar Ka’bah sepanjang musim haji. Mereka sadar bahwa pada saat itu banyak masyarakat Arab, bahkan dari luar Makkah, yang datang ke Ka’bah untuk menjalankan ritual haji. Hal itu dimanfaatkan mereka untuk menjajagan dagangannya.


Alasan lain Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah adalah masalah ekonomi. Abrahah ingin mengalihkan masyarakat Arab dan para pedagang yang menjajakan dagangannya pada musim haji ke Yaman. Dia sadar betul bahwa ibadah haji menjadi sumber pendapatan terbesar bagi mereka yang tinggal di Makkah dan daerah-daerah yang dilewati para peziarah. Dengan menghancurkan Ka’bah dan membuat bangunan tandingan, dia ingin agar para pedagang akan berpindah ke Yaman.


Ada juga yang menyebut kalau motif Abrahah menyerang Ka’bah adalah karena marah atas kelakuan seseorang dari Bani Malik bin Kinanah. Dikisahkan bahwa orang tersebut sengaja datang ke Al-Qalis dan buang air besar di sana. Melalui tindakan itu, seseorang dari Bani Malik bin Kinanah tersebut ingin menujukkan bahwa dirinya—dan masyarakat Arab–tidak sudi meninggalkan agama moyangnya dan menjadi Kristen.


Hal itu tentu saja membuat Abrahah marah. Dia kemudian berjanji akan menghancurkan Ka’bah dan memaksa masyarakat Arab untuk datang ke Al-Qalis. Namun menurut M Quraish Shihab dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (2018), tujuan balas dendam atas pelecehan yang dilakukan seseorang dari Bani Malik bin Kinanah tersbut bukan lah menjadi tujuan utama mengapa Abrahah berhasrat untuk menghancurkan Ka’bah.


Dalam Surat Al-Fiil ayat dua disebutkan, ada kaid atau upaya tersembunyi di balik serangan Abrahah terhadap Ka’bah. Jika alasannya adalah balas dendam, bukankah Abrahah sudah mengumumkannya secara terang-terangan akan mengancurkan Ka’bah. Maka dari itu, tujuan membalas dendam bukanlah tujuan utama.


Lantas, apa yang dimaksud dengan kaid atau upaya tersembunyi Abrahah? Menurut Qurash Shihab, yang tersembunyi adalah kedengkian Abrahah terhadap masyarakat Makkah yang mendapatkan keuntungan materi dan kemuliaan akibat banyaknya orang yang mengunjungi Ka’bah. Wallahu a‘lam.


Penulis: Muchlishon Rochmat

Editor: Alhafiz Kurniawan

Kumpulan Khutbah Menyambut Hari Kemerdekaan

Mungkin tidak asing lagi mendengar peristiwa kelahiran Nabi Muhammad saw. dengan penyerangan ka’bah oleh penguasa Yaman, Abrahah. Ketika Abrahah ingin menghancurkan ka’bah, ia mengerahkan pasukannya dengan pasukan gajah sehingga dinamakan tahun gajah (‘aam fiil). Peristiwa tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 570 atau 571 Masehi.

Abrahah semula adalah seorang perwira di bawah komando Aryath dari Habasyah atau Abessinia (sekarang Ethiopia). Singkat cerita, Aryath pernah menjadi penguasa Yaman setelah mengalahkan raja dinasti Himyar, Dzu Nuwas. Namun, dalam masa kekuasaannya Aryath berperilaku sewenang-wenang dan tidak adil sehingga terjadilah pemberontakan dalam pemerintahan Aryath.

Aryath terbunuh setelah dua tahun pemerintahannya dan Abrahahlah yang menjadi penguasa Yaman. Setelah beberapa tahun menjadi penguasa Yaman, Abrahah berkeinginan menghancurkan ka’bah. Penyerbuan Mekah ini menggunakan gajah sebagai alat kendaraan sehingga tahun itu dijuluki tahun gajah. Ada dua faktor yang membuat raja abrahah ingin menghancurkan ka’bah, yakni:

Pertama, faktor agama karena ka’bah menjadi kiblat agama bagi masyarakat Arab, karena mereka  datang ke ka’bah setiap setahun sekali untuk melaksanakan ibadah haji namun Abrahah tidak menyenanginya. Terlebih raja Habasyah, Najasyi yang menjadi kaki tangan Romawi Timur yang menjadikannya sebagai “pembela agama kristen”. Ia berusaha ingin mengalihkan kiblat masyarakat Arab atau umat islam dari Makkah ke Yaman, karena raja ingin mengkristenkan masyarakat Arab dan menjadikan Yaman sebagai pusat agama Kristen.

Oleh karenanya, ia membangun sebuah bangunan tandingan untuk menyaingi ka’bah. Lalu bangunan tersebut diberi nama al-qalis atau al-qullays. Bangunan tersebut menjadi bangunan terbesar dan termegah pada masanya. Bahan bangunan yang digunakan berasal dari batu-batu marmer dan granit peninggalan istana Ratu Balqis. Abrahah melakukan kampanye besar-besaran dan memaksa masyarakat Arab agar berziarah ke al-qalis bukan lagi ke ka’bah.

Baca Juga:  Mengenal Sekilas Maulid Diba'i

Namun, usaha Abrahah pun sia-sia karena masyarkat Arab sangat menghormati ka’bah. Mereka tetap mempertahankan agama nenek moyang yaitu islam karena mereka enggan menjadi orang Kristen. Berangkat dari persoalan inilah, surat al-fil bercerita tentang kegagalan dalam penghancuran ka’bah sebagai berikut:

  1. Tidakkah kamu mengetahui wahai Muhammad apa yang telah diperbuat Tuhanmu dalam pasukan gajah
  2. Bukankkah Tuhan telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia.
  3. Dan mengirim burung yang berbondong-bondong
  4. yang melempari mereka dengan batu-batu dari tanah liat yang dibakar
  5. sehingga mereka dijadikannya seperti daun-daun yang terkena ulat

Kedua, faktor ekonomi. Para pedagang menjajankan dagangannya di sekitar ka’bah saat musim haji. Mereka sadar di saat musim haji seperti itulah ramai pembeli. Ini menjadi alasan Abrahah ingin mneghancurkan Ka’bah.

Sumber pendapatan terbesar bagi mereka yang tinggal di makkah dan daerah-daerah yang dilewati peziarah adalah ketika ritual bulan haji. Dikisahkan bahwa seorang dengan sengaja datang ke al-qalis dan buang air di sana, seseorang dari bani Malik bin Kinah tersebut ingin menunjukan bahwa dirinya dan masyarakat Arab tidak sudi meninggalkan agama nenek moyang mereka. Dengan kejadiaan seperti itu, Abrahah sangat marah dan dia pun berjanji akan menghancurkan ka’bah dan memaksa masyarakat arab agar berziarah ke al-qalis. Namun, menurut Qurais Shihab dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan al-Quran dan Hadis-Hadis Shahih (2018) tujuan balas dendam atas pelecehan bani Malik bin Kinah tersebut bukanlah menjadi tujuan utama Abrahah yang ingin menghancurkan ka’bah, karena menurut Quraish Shihab kedengkiaan Abrahah terhadap masyarakat Makkah yang mendapatkan keuntungan materi dan kemuliaan akibat banyaknya orang yang mengunjungi ka’bah

Sumber:

https://islam.nu.or.id/post/read/113128

Tafsir Surat Al-Fil: Kisah Abrahah Menyerang Mekah dan Ka’bah

Oleh: Nasti Sulastri

Baca Juga:  Pentingnya Amal Kebaikan

Foto: Haidan on Unsplash