Apa tugas pagar pembatas dalam permainan kucing dan tikus

>>> Halaman 40

Cara Bermain Kucing Jongkok di Darat

1.       Tentukan area bermain, dengan membuat garis pembatas lokasi bermain.

2.      Buatlah garis melingkar seolah-olah lingkaran itu merupakan genangan air.

3.      Bagi temanmu menjadi beberapa kelompok!

4.      Setiap kelompok menentukan seorang yang menjadi kucing.

5.       Kucing harus berada di tengah kelompok.

6.      Siswa yang lain dikejar oleh sang kucing.

7.       Apabila dikejar sang kucing, siswa bisa jongkok.

8.      Apabila tidak sempat melakukan jongkok, siswa yang dikejar menjadi kucing.

9.      Ketika berlari harus memperhatikan garis lingkaran yang dinyatakan seolah-olah genangan air.

10.   Ketika tepat berada di atas lingkaran, siswa harus berlari seolah-olah berlari di atas air

Cara Bermain Kucing Jongkok di Air

1.       Bagi temanmu menjadi beberapa kelompok!

2.      Setiap kelompok menentukan seorang yang menjadi kucing.

3.      Kucing harus berada di tengah kelompok.

4.      Apabila dikejar sang kucing, siswa bisa jongkok.

5.       Apabila tidak sempat melakukan jongkok, siswa yang dikejar menjadi kucing.

6.      Ketika berlari, harus berhati-hati karena dasar kolam yang licin bisa membahayakan diri

>>> Halaman 41

Ayo Mencoba

Lakukanlah kegiatan berikut dengan benar!

1.       Gerak dasar menekuk lutut setengah jongkok.

2.      Gerak dasar menekuk lutut jongkok penuh.

3.      Bermain kucing jongkok.

Ayo Membaca

Udin dan teman-teman telah bermain kucing jongkok.

Bermain kucing jongkok merupakan bagian dari kegiatan olahraga.

Walaupun berbeda suku bangsa, Udin dan teman-teman berolahraga dengan rukun.

Hidup rukun mencerminkan sikap persatuan dalam keberagaman.

>>> Halaman 42

Ayo Berdiskusi

Diskusikan dengan temanmu kegiatan-kegiatan berikut!

1.       Diskusikan contoh kegiatan olahraga lain yang mencerminkan sikap persatuan dalam keberagaman!

2.      Tuliskan hasil diskusimu pada tabel berikut!

Apa tugas pagar pembatas dalam permainan kucing dan tikus

Jawaban:

1. Bermain kucing jongkok
2. Bermain menirukan Gerakan Binatang Berjalan di Air
3. Bermain Menjaring Ikan
4. Bermain Kucing dan Tikus di Air
5. Bermain Pinguin dan Singa Laut
6. Bermain Pipa Sumur

Ayo Bercerita

Ceritakan salah satu olahraga yang pernah kamu lakukan bersama temanmu! Ceritakan dengan jujur di depan temanmu!

Bermain Kucing dan Tikus di Air

Saya dan teman-teman pernah bermain kucing dan tikus di air. Sebelum permainan saya dan teman-teman berbagi peran sebagai kucing dan tikus. Sedangkan anak yang lainnya berperan sebagai pagar. 

Anak-anak yang berperan sebagai pagar saling bergandengan tangan membentuk lingkaran. Pagar tersebut menghalangi kucing mengejar tikus, tetapi membiarkan tikus keluar masuk pagar. Permainan ini dilanjutkan dimana pemeran kucing dan tikus dimainkan oleh siswa yang berbeda dan saling bergiliran. Ternyata bermain kucing dan tikus di air sangat menyenangkan.

>>> Halaman 43

Kegiatan bersama Orang Tua

Orang tua membimbing anak tentang penggunaan kalimat tanya di rumah. Misalnya saja dengan menunjuk sebuah benda, lalu memberikan pertanyaan menggunakan kata: apa, kapan, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana.

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul KUNCI JAWABAN Tema 8 Kelas 2 Hal 35 36 37 38 40 41 42 43 Subtema 1 Keselamatan di Rumah & Perjalanan, https://pontianak.tribunnews.com/2021/04/19/kunci-jawaban-tema-8-kelas-2-hal-35-36-37-38-40-41-42-43-subtema-1-keselamatan-di-rumah-perjalanan?page=all. Penulis: Dhita Mutiasari

Editor: Dhita Mutiasari

Banyak berbagai teori dan pendapat tentang makna belajar, salah satunya menurut Robert M. Gagne (1970), beliau berpendapat bahwa belajar adalah sebuah kegiatan yang kompleks dan hasilnya berupa kapabilitas, yang mana timbulnya disebabkan oleh: (1) stimulasi yang belajar dari lingkungannya, dan  (2) proses kognitif yang disebabkan oleh pelajar.

Masa anak-anak adalah masa bermain, bukan diberi teori. Tetapi, para guru dan orang tua juga dapat mengaplikasikannya atau memadukan antara ke-2nya. Seperti contoh: jika telah mendengar adzan, orang tua dapat mengajak si anak untuk wudlu dan mempraktekan bagaimana cara berwudlu lalu berdo'a setelah wudlu. Secara tidak langsung orang tua  sudah mengajarkan kepada si anak tentang ajaran agama Islam yaitu berwudlu.

Lalu bagaimana cara meningkatkan IQ dan EQ si anak?

IQ lebih cenderung ke kognitif, sedangkan EQ lebih cenderung kepada sosio-emosional. Setiap anak mempunyai IQ dan EQ berbeda. Dan wajib bagi para guru dan orang tua mengetahui tentang IQ dan EQ masing-masing anak. Cara mengamplikasikannya dengan cara si anak diajak untuk bermain yang didalamnya mengandung unsur: kognitif, psikomotorik, sosio-emosional.

Adakah dari Anda semua waktu kecil pernah bermain kucing dan tikus?

Biasanya kucing dan tikus dikenal dengan permainan kejar-kejaran. Adapun cara bermainnya:  1 anak menjadi tikus, 1 anak menjadi kucing, dan anak-anak yang lain menjadi pagar.

1. Anak-anak yang menjadi pagar membuat lingkaran dengan bergandengan tangan, sementara anak yang menjadi tikus ada didalam lingkaran dan anak yang menjadi kucing berada di luar lingkaran. 

2. Tugas kucing adalah menangkap tikus. Sedangkan anak-anak yang menjadi pagar bertugas untuk melindungi tikus agar tidak tertangkap.

3. Jika kucing ingin masuk kedalam lingkaran, maka anak-anak yang menjadi pagar berusaha menghalang-halangi nya dengan cara menahan kucing dengan tangan. Jika si tikus ingin keluar maka anak-anak yang menjadi pagar mengangkat tangannya supaya tikus dapat keluar. Demikian seterusnya hingga akhirnya kucing dapat menangkap tikus.

Dari permainan ini dapat diketahui bahwa tujuan dari permainan ini adalah bergerak (psikomotorik), berpikir cepat (kognitif), bekerja sama dengan teman(sosio-emosional), dan melakukan aktifitas fisik.

Ini merupakan salah satu contoh permainan yang pada zaman dahulu sering dilakukan anak-anak yang tanpa disadari sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, dan masih banyak permainan yang lebih banyak yang dapat mengasah kognitif, psikomotorik, dan sosio-emosional.


Apa tugas pagar pembatas dalam permainan kucing dan tikus

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 2

Banyak berbagai teori dan pendapat tentang makna belajar, salah satunya menurut Robert M. Gagne (1970), beliau berpendapat bahwa belajar adalah sebuah kegiatan yang kompleks dan hasilnya berupa kapabilitas, yang mana timbulnya disebabkan oleh: (1) stimulasi yang belajar dari lingkungannya, dan  (2) proses kognitif yang disebabkan oleh pelajar.

Masa anak-anak adalah masa bermain, bukan diberi teori. Tetapi, para guru dan orang tua juga dapat mengaplikasikannya atau memadukan antara ke-2nya. Seperti contoh: jika telah mendengar adzan, orang tua dapat mengajak si anak untuk wudlu dan mempraktekan bagaimana cara berwudlu lalu berdo'a setelah wudlu. Secara tidak langsung orang tua  sudah mengajarkan kepada si anak tentang ajaran agama Islam yaitu berwudlu.

Lalu bagaimana cara meningkatkan IQ dan EQ si anak?

IQ lebih cenderung ke kognitif, sedangkan EQ lebih cenderung kepada sosio-emosional. Setiap anak mempunyai IQ dan EQ berbeda. Dan wajib bagi para guru dan orang tua mengetahui tentang IQ dan EQ masing-masing anak. Cara mengamplikasikannya dengan cara si anak diajak untuk bermain yang didalamnya mengandung unsur: kognitif, psikomotorik, sosio-emosional.

Adakah dari Anda semua waktu kecil pernah bermain kucing dan tikus?

Biasanya kucing dan tikus dikenal dengan permainan kejar-kejaran. Adapun cara bermainnya:  1 anak menjadi tikus, 1 anak menjadi kucing, dan anak-anak yang lain menjadi pagar.

1. Anak-anak yang menjadi pagar membuat lingkaran dengan bergandengan tangan, sementara anak yang menjadi tikus ada didalam lingkaran dan anak yang menjadi kucing berada di luar lingkaran. 

2. Tugas kucing adalah menangkap tikus. Sedangkan anak-anak yang menjadi pagar bertugas untuk melindungi tikus agar tidak tertangkap.

3. Jika kucing ingin masuk kedalam lingkaran, maka anak-anak yang menjadi pagar berusaha menghalang-halangi nya dengan cara menahan kucing dengan tangan. Jika si tikus ingin keluar maka anak-anak yang menjadi pagar mengangkat tangannya supaya tikus dapat keluar. Demikian seterusnya hingga akhirnya kucing dapat menangkap tikus.

Dari permainan ini dapat diketahui bahwa tujuan dari permainan ini adalah bergerak (psikomotorik), berpikir cepat (kognitif), bekerja sama dengan teman(sosio-emosional), dan melakukan aktifitas fisik.

Ini merupakan salah satu contoh permainan yang pada zaman dahulu sering dilakukan anak-anak yang tanpa disadari sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, dan masih banyak permainan yang lebih banyak yang dapat mengasah kognitif, psikomotorik, dan sosio-emosional.


Apa tugas pagar pembatas dalam permainan kucing dan tikus

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Banyak berbagai teori dan pendapat tentang makna belajar, salah satunya menurut Robert M. Gagne (1970), beliau berpendapat bahwa belajar adalah sebuah kegiatan yang kompleks dan hasilnya berupa kapabilitas, yang mana timbulnya disebabkan oleh: (1) stimulasi yang belajar dari lingkungannya, dan  (2) proses kognitif yang disebabkan oleh pelajar.

Masa anak-anak adalah masa bermain, bukan diberi teori. Tetapi, para guru dan orang tua juga dapat mengaplikasikannya atau memadukan antara ke-2nya. Seperti contoh: jika telah mendengar adzan, orang tua dapat mengajak si anak untuk wudlu dan mempraktekan bagaimana cara berwudlu lalu berdo'a setelah wudlu. Secara tidak langsung orang tua  sudah mengajarkan kepada si anak tentang ajaran agama Islam yaitu berwudlu.

Lalu bagaimana cara meningkatkan IQ dan EQ si anak?

IQ lebih cenderung ke kognitif, sedangkan EQ lebih cenderung kepada sosio-emosional. Setiap anak mempunyai IQ dan EQ berbeda. Dan wajib bagi para guru dan orang tua mengetahui tentang IQ dan EQ masing-masing anak. Cara mengamplikasikannya dengan cara si anak diajak untuk bermain yang didalamnya mengandung unsur: kognitif, psikomotorik, sosio-emosional.

Adakah dari Anda semua waktu kecil pernah bermain kucing dan tikus?

Biasanya kucing dan tikus dikenal dengan permainan kejar-kejaran. Adapun cara bermainnya:  1 anak menjadi tikus, 1 anak menjadi kucing, dan anak-anak yang lain menjadi pagar.

1. Anak-anak yang menjadi pagar membuat lingkaran dengan bergandengan tangan, sementara anak yang menjadi tikus ada didalam lingkaran dan anak yang menjadi kucing berada di luar lingkaran. 

2. Tugas kucing adalah menangkap tikus. Sedangkan anak-anak yang menjadi pagar bertugas untuk melindungi tikus agar tidak tertangkap.

3. Jika kucing ingin masuk kedalam lingkaran, maka anak-anak yang menjadi pagar berusaha menghalang-halangi nya dengan cara menahan kucing dengan tangan. Jika si tikus ingin keluar maka anak-anak yang menjadi pagar mengangkat tangannya supaya tikus dapat keluar. Demikian seterusnya hingga akhirnya kucing dapat menangkap tikus.

Dari permainan ini dapat diketahui bahwa tujuan dari permainan ini adalah bergerak (psikomotorik), berpikir cepat (kognitif), bekerja sama dengan teman(sosio-emosional), dan melakukan aktifitas fisik.

Ini merupakan salah satu contoh permainan yang pada zaman dahulu sering dilakukan anak-anak yang tanpa disadari sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, dan masih banyak permainan yang lebih banyak yang dapat mengasah kognitif, psikomotorik, dan sosio-emosional.


Apa tugas pagar pembatas dalam permainan kucing dan tikus

Lihat Humaniora Selengkapnya