Apa Saja yang harus diperhatikan pada saat membaca puisi

Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat membaca puisi?

Pembahasan

Puisi merupakan karya sastra berupa karangan yang berisi ungkapan pikiran atau perasaan melalui keindahan kata-kata. Dalam membacakan puisi, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan agar pembacaan berjalan lancar. Hal tersebut, di antaranya adalah intonasi, pelafalan dan kejelasan artikulasi, tempo pengucapan suku kata, mimik muka, irama bunyi bahasa, serta gestur/gerak tubuh.

Jawaban

hal-hal yang harus diperhatikan saat membaca puisi adalah intonasi, pelafalan dan kejelasan artikulasi, tempo pengucapan suku kata, mimik muka, irama bunyi bahasa, serta gestur/gerak tubuh.

See also Haloalkana yang digunakan sebagai antiseptik pada luka adalah

paket-wisatabromo.com- Membacakan puisi : inilah 4 hal yang harus diperhatikan merupakan materi pelajaran bagi peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2.

Berdasarkan Kurikulum 2013, materi membacakan puisi : inilah 4 hal yang harus diperhatikan ini tergolong ke dalam aspek pengetahuan.

Aspek pengetahuan adalah aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menambah wawasan peserta didik di suatu bidang.

Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.

Dari sisi pengetahuan bahasa, materi membacakan puisi : inilah 4 hal yang harus diperhatikan ini tergolong ke dalam aspek berbahasa yang reseptif.

Aspek berbahasa reseptif adalah kemampuan untuk memahami bahasa lisan tulis yang didengar atau dibaca.

Kemampuan ini bersifat sebagai input atau masukan. Contohnya yaitu saat anak mendengarkan dan mengikuti instruksi seperti “Ayo kita pahami hal yang harus diperhatikan dalam membacakan puisi.”

Peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2 diharapkan dapat menguasai materi ini.

Pada umumnya, penguasaan terhadap suatu materi itu ditandai dengan perolehan nilai minimal mencapai KKM.

Untuk membantu peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2 ini, pada kesempatan yang baik ini akan dibahas mengenai membacakan puisi : inilah 4 hal yang harus diperhatikan. Semoga bisa dimanfaatkan untuk bahan belajar, ya.

Secara leksikal, apresiasi (appreciation) mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang memberikan penilaian.

Karena kata “membacakan” mengandung makna benefaktif, yaitu melakukan sesuatu pekerjaan untuk orang lain.

Penyampaian bentuk yang mencerminkan isi harus dilakukan dengan total agar apresiasi pembaca terhadap makna dalam puisi dapat tersampaikan dengan baik kepada pendengar.

Makna yang telah didapatkan dari hasil apresiasi diungkapkan kembali melalui kegiatan membaca puisi.

Dapat pula dikatakan sebagai suatu kegiatan transformasi dari apresiasi pembaca dengan karakter pembacaannya, termasuk ekspresi terhadap penonton.

Oleh sebab itu, membacakan puisi harus memperhatikan empat hal sebagai berikut.

1. Lafal

Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa saat mengucapkan bunyi bahasa.

Adapun yang dimaksud dengan bunyi bahasa, antara lain, [a], [c], f], [h], [u], dan sebagainya.

Pelafalan seseorang dalam bahasa sering kali berbeda dengan orang lainnya.

Berdasarkan pelafalannya itu, kita dapat mengetahui asal daerah seseorang karena memang beberapa kelompok masyarakat memiliki berbagai macam pelafalan yang berbeda.

Misalnya, orang Aceh dalam melafalkan bunyi [e], berbeda dengan yang diucapakan oleh orang Sunda.

Meskipun demikian, dalam pelafalan suatu bunyi bahasa haruslah jelas.

Bunyi-bunyi itu tidak boleh tertukar dengan bunyi-bunyi bahasa lain.

Misalnya, bunyi [p] dengan [b], [k], dengan [h], atau [o] dengan [u]. Untuk melatih ketepatan dalam melafalkan bunyi bahasa, kita harus melakukan olah vokal.

Misalnya dengan latihan mengucapkan bunyi-bunyi vokal atau konsonan secara cepat dan bervariasi.

2. Tekanan

Tekanan (nada) adalah keras-lunaknya pengucapan suatu kata. yang berfungsi untuk memberi tekanan khusus pada kata-kata tertentu.

Tinggi rendahnya tekanan dapat membedakan bagian kalimat yang satu dengan bagian lainnya yang tidak penting.

Contoh:

a. Pada bulan Juni banyak terjadi hujan (bukan sedikit dan bukan        jarang).

b. Pada bulan Juni banyak terjadi hujan ( bukan longsor ataupun        peristiwa).

Perhatikanlah bait puisi tersebut.

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakan rintik rindunya

Kepada pohon berbunga

Untuk menentukan kata yang perlu mendapat penekanan dalam bait puisi tersebut, terlebih dahulu perlu memahami maksud baitnya secara keseluruhan.

Misalnya, kata yang perlu mendapat tekanan keras adalah tak ada, bulan juni, rintik, dan pohon.

Dengan demikian, kita perlu menggaris bawahi kata-kata itu sehingga kita dapat membedakannya ketika puisi itu dibacakan.

Contoh:

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

3. Intonasi

Intonasi adalah naik-turunnya lagu kalimat. Perbedaan itonasi dapat menghasilkan jenis kalimat yang berbeda, yakni kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat seru.

Penggunaan intonasi dalam puisi sangat penting agar pembacaannya tidak monoton sehingga pendengar pun lebih tertarik.

Intonasi juga berguna dalam memperjelas dan membedakan maksud atau pesan dari tiap larik.

Untuk itu, sebelum membacakan, perlu menandai, misalnya dengan garis yang menanjak atau menurun.

Dengan cara demikian, kita akan mudah dalam membedakan intonasi dari setiap larik ketika puisi itu dibacakan.

4. Jeda

Pengertian Jeda adalah hentian arus ujaran dalam pembacaan puisi yang ditentukan oleh peralihan larik.

Jeda berpengaruh pada jelas-tidaknya maksud suatu kata atau larik.

Dalam penggunannya, jeda dikelompokkan ke dalam tiga jenis: jeda pendek, jeda sedang, dan jeda panjang.

Jeda pendek digunakan antarkata dalam suatu larik. Jeda sedang digunakan pada bagian-bagian larik yang bertanda koma atau antarfrase, sedangkan jeda panjang digunakan pada pergantian larik.

Contoh:

Tak ada/ yang lebih arif// Dari hujan/ bulan juni// Dibiarkannya/ yang tak terucapkan// Diserap/ akar pohon/ bunga itu//

Cara mengucapkan puisi harus mematuhi aturan-aturannya, seperti di mana kata yang harus ditekankan atau dipercepatkan.

Begitu pula, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, di mana harus dilambatkan, atau dilunakkan.

Kemudian, di mana harus diucapkan biasa dan sebagainya supaya menarik dibacakan maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri:

——- Diucapkan biasa saja
/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris // Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya dengan baris berikutnya ///

Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabissan puisi ^ Suara perlahan sekali seperti berbisik ^^

Suara perlahan sahaja ^^^ Suara keras sekali seperti berteriak V Tekanan kata pendek sekali VV Tekanan kata agak pendek VVV Tekan kata agak panjang VVVV Tekan kata agak panjang sekali

____/ Tekanan suara meninggi ____ Tekanan suara agak merendah/ Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri.

Dari sinilah kita dapat menilai: siapa orang yang mahir dan pandai berdeklamasi.

Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik. Dalam meletakkan tanda-tanda, jangan asal meletakkan saja.

Namun, harus memakai perasaan, dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada koma, ada titik, tanda-tanda, titik koma dan lain-lain.

Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi tersebut berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu.

Dengan sendirinya kalau kita sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama kita berdeklamasi.

Dalam sebuah puisi, ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai berikut :

a. Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap        penting.

b. Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya        suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan            sebagainya.

    Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus        asa dan sebagainya.

c. Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau      kata.

Puisi Biarin berikut salah satu puisi Yudhistira yang tergolong puisi yang mempermainkan kata-kata yang berfungsi untuk mengeraskan pernyataan atau ungkapan perasaan sebebas-bebasnya.

Ulangan kata atau kalimat berupa ironi, yaitu sindiran untuk mengejek si kamu yang tidak dapat memahami si aku.

Si kamu adalah orang yang berkuasa (pemimpin, pengusaha, atau konglomerat), sedangkan si aku (rakyat kecil, buruh, atau pengangguran).

Orang-orang yang berkuasa tidak peduli dengan kehidupan rakyat miskin.

Sekalipun orang-orang yang berkuasa itu dikatakan tidak mempunyai arti, tidak berkepribadian, tidak mempunyai pengertian.

Mereka bajingan, brengsek, bahkan dikatakan perampok oleh rakyat. Yang penting mereka hidup.

Rakyat akan lelah atau sia-sia saja mengkritik mereka karena mereka sudah kebal dengan kritikan yang memuat mereka tidak berguna itu.

Lihatlah kelompok kata kamu bilang … dan aku bilang serta kata biarin ditulis berulang-ulang.

Kata atau kelompok kata itu membantu pembaca untuk memahami makna yang terkandung dalam puisi.

Sebelum ini sudah dijelaskan bagaimana membaca puisi. Yang terpenting sebelum membacakan puisi, si pembaca harus dapat memahami kandungan atau makna puisi yang akan dibacakan tersebut.

Setelah itu, barulah ditentukan intonasinya, yaitu menentukan kata-kata yang harus mendapat nada rendah, tinggi, tempo, serta gerakan anggota tubuh, dan mimik atau ekspresi.

Jadi, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:

1. Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi (gerak air muka, ketepatan ekspresi, atau mimik)

2. Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.

3. Kejelasan artikulasi

4. Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.

5. Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.

6. Irama puisi artinya panjang pendek, keras lembut, tinggi                  rendahnya suara.

Baca :

7. Intonasi atau lagu suara

Contoh: BIARIN

kamu bilang/ hidup ini brengsek. //Aku bilang biarin// kamu bilang/ hidup ini nggak punya arti.// Aku bilang biarin// kamu bilang/ aku nggak punya kepribadian. //Aku bilang biarin/ kamu bilang/ aku nggak punya pengertian. //Aku bilang biarin//

habisnya, /terus terang saja, /aku nggak percaya sama kamu// tak usah marah. //Aku tahu kamu orangnya sederhana// cuman,/ karena kamu merasa asing saja/ makanya kamu selalu bilang seperti itu//

kamu bilang/ aku bajingan.// Aku bilang biarin// kamu bilang/ aku perampok.// Aku bilang biarin// soalnya, /kalau aku nggak bajingan/ mau jadi apa coba,/ lonte?// aku laki-laki.// Kalau kamu nggak suka kepadaku/ sebab itu/ aku rampok hati kamu.// Tokh/ nggak ada yang nggak perampok di dunia ini//

iya nggak? //Kalau nggak percaya/ tanya saja sama polisi// habisnya,/ kalau nggak kubilang begitu/ mau apa coba// bunuh diri?// Itu lebih brengsek daripada/ membiarkan hidup ini berjalan// seperti kamu sadari sekarang ini//

kamu bilang/ itu melelahkan.// Aku bilang biarin// kamu bilang// itu menyakitkan//

Demikianlah pembahasan mengenai membacakan puisi : 4 hal yang harus diperhatikan. Semoga bermanfaat.