Apa perbedaan rumah tipe gudang dan tipe bapang

Rumah Adat Betawi Selama ini kita mengenal suku Betawi sebagai penduduk asli kota Jakarta. Jika ditelusuri ke belakang, Betawi sendiri sebenarnya bukan 100 penduduk asli kota ini. Pada abad ke 15 dimana tempat ini masih bernama Batavia, tempat ini merupakan sebuah pertemuan budaya lokal dan internasional. Perlu diketahui bahwa pada jaman dulu kala, pelabuhan merupakan satu-satunya pintu masuk bagi penduduk asing dari luar Indonesia. Dan di abad 15 kala orang-orang Portugis menjelajah bangsa kita, Batavia menjadi salah satu pintu masuk bagi mereka. Di pelabuhan Batavia, tak hanya orang Portugis saja yang datang tapi juga beberapa suku asli Indonesia lain seperti Melayu, Bali, Bugis, Makassar, dan orang Jawa itu sendiri.

Percampuran budaya dari beberapa suku yang menduduki wilayah Batavia lalu dikenal dengan sebutan suku Betawi. Mereka dikenal sebagai pemeluk agama Islam yang taat. Tapi mereka tidak tergolong pemeluk agama yang fanatik karena masih bisa saling toleransi dan terbuka terhadap suku dengan agama lain. Ya, meski orang Betawi dikenal dengan orang yang ceplas ceplos dan apa adanya, tapi mereka masih menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan perbedaan. Suku Betawi tidak hanya menjaga adat istiadat, agama, dan juga kesenian saja, tetapi juga memiliki ciri tersendiri yang bisa dilihat melalui bangunan rumahnya. KeunikanRumah adat Betawi sendiri sebenarnya memiliki 4 jenis, yakni Rumah Gudang, Rumah Bapang atau yang biasa dikenal dengan sebutan Rumah Kebaya, Rumah Joglo, dan juga Rumah Panggung.

Namun lambat laun, kepopuleran rumah Kebaya tidak terbendung dan membuat pamor keunikan rumah adat Betawi yang lain menurun. Banyak orang Betawi yang membangun rumah Kebaya karena memiliki arsitektur yang unik dan lebih cocok dengan kondisi Batavia pada saat itu. Hal ini membuat rumah Gudang, rumah Panggung, dan rumah Joglo perlahan dilupakan oleh masyarakat. Dalam perkembangannya, rumah Kebaya pun tercatat sebagai rumah adat tradisional dari Betawi yang dikenal hingga saat ini.

4 Nama Rumah Adat Betawi dan Penjelasannya

Tapi tidak ada salahnya untuk melihat bentuk dan juga ciri khas dari 4 jenis nama rumah adat Betawi. Berikut penjelasan lengkap tentang macam-macam rumah adat suku Betawi beserta gambarnya:

Ini merupakan rumah adat Betawi yang paling populer dan tercatat secara resmi sebagai simbol bangunan suku Betawi. Ciri khas rumah Kebaya salah satunya adalah memiliki serambi berukuran luas yang berfungsi untuk menerima tamu atau sebagai teras untuk bersantai seluruh anggota keluarga. Teras ini juga dikelilingi dengan pagar kecil dengan motif yang khas. Ada pula tangga kecil yang terbuat dari 3 susun batu bata sebagai jalan masuk ke serambi rumah.

Berbeda dengan dimensi rumah adat Betawi Gudang atau Panggung, rumah Kebaya berbentuk bujursangkar sama sisi atau persegi. Bentuk atapnya pun memiliki beberapa pasang atap sehingga terlihat seperti lipatan kebaya, yang akhirnya menjadi asal usul rumah Kebaya.

Fungsi, manfaat dan kegunaan rumah adat betawi

Rumah adat suku Betawi ini juga memiliki beberapa ruangan khas, serta memiliki fungsi rumah adat kebaya dki jakarta ber aneka ragam, seperti:

Biasanya teras depan dilengkapi dengan sebuah meja kecil dan dua atau empat pasang kursi. Tak hanya itu saja, biasanya juga ada sebuah dipan kecil yang terbuat dari kayu ataupun bambu. Orang Betawi menyebutnya dengan Bale, yakni sebuah tempat tidur kecil.

Ini merupakan sebuah kamar yang dikhususkan untuk tamu yang berkunjung dan menginap di rumah. Namun jika tidak ada tamu yang datang, Paseban digunakan oleh pemilik rumah sebagai tempat sholat.

Ini merupakan sebuah ruang keluarga yang berada di bagian dalam rumah. Umumnya Pangkeng dibuat di depan dan terhubung dengan teras melalui pintu masuk. Orang Betawi menggunakan Pangkeng sebagai ruang keluarga.

Biasanya orang Betawi membangun 4 kamar tidur, bisa juga lebih atau kurang tergantung jumlah keluarga. Biasanya ruang tidur utama lebih besar dan digunakan oleh suami istri.

Srondoyan merupakan istilah lain dari dapur, yang biasanya menyatu dengan ruang makan dan dibuat di bagian belakang rumah.

Batavia yang kala itu juga dihuni oleh pendatang dari suku Jawa pun memiliki rumah Joglo sebagai salah satu rumah adat. Bangunan ini mirip dengan arsitektur rumah Jolgo Jawa Tengah dan Jogjakarta. Hanya saja, ada sedikit perbedaan diantara keduanya, yakni rumah Joglo Betawi tidak memiliki tiang penopang atap untuk membagi ruang bagian dalam. Pada rumah Betawi, pembagian kamar/ruangan dalam rumah tidak ditentukan dengan tiang penyangga atau yang dikenal dengan sebutan Soko Guru di rumah Joglo Jawa Tengah.

Material yang digunakan untuk membangun rumah Joglo pun memanfaatkan bahan dari alam seperti kayu jati, serabut untuk atap, dan juga anyaman dari bambu untuk membuat tembok bagian dalam.

Rumah adat Betawi selanjutnya adalah rumah gudang yang memiliki bentuk persegi panjang yang memanjang dari depan ke belakang. Rumah ini terinspirasi dari gudang-gudang milik orang Portugis yang berukuran besar. Namun atapnya menggunakan desain pelana kuda khas orang Betawi. Biasanya di bagian depan rumah terdapat atap kecil yang menutup serambi depan. Rumah gudang pun menggunakan bahan baku yang terbuat dari alam dengan kayu sebagai bahan dasar utama.

Sesuai dengan namanya, ini merupakan rumah dengan bentuk seperti panggung dimana lantai rumah tidak menempel pada tanah. Rumah Panggung asli Betawi biasanya dibangun oleh penduduk yang tinggal di pesisir pantai. Air laut yang kerap naik kala bulan purnama kerap membawa air bah ke perkampungan sehingga masyarakat setempat harus membuat rumah panggung untuk menghindari air bah dari laut.

Bentuknya sendiri sangat sederhana dengan dimensi persegi panjang. Material yang digunakan terbuat dari kayu dengan ponasi rumah yang terbuat dari kayu besar yang menancap dalam ke tanah. Anak tangga biasanya berada di depan dengan model menyamping. Sedangkan atap rumah terbuat dari genteng tanah liat. Meski berbentuk panggung, tapi rumah ini memiliki corak khas Betawi dengan ukiran dengan motif geometris seperti belah ketupat, titik, setengah lingkaran, atau segi empat. Selain mempecantik rumah, motif ini juga digunakan sebagai ventilasi rumah.

Keunikan Rumah Adat Betawi

Jika diperhatikan dengan seksama, gambar rumah adat Betawi memiliki desain yang cukup terbuka. Usut punya usut, ternyata ada filosofi tersendiri dibalik desain rumah Kebaya dan rumah tradisional Betawi lainnya. Desain rumah yang agak sedikit terbuka menandakan bahwa orang Betawi sangat terbuka kepada berbagai hal, termasuk budaya dari suku lain. Mereka juga sangat terbuka pada tamu atau orang baru di wilayahnya. Tidak heran jika hingga saat ini, Batavia yang kita kenal sebagai Jakarta menjadi tujuan bagi orang dari wilayah lain untuk mencari nafkah. Makna pagar pada rumah Kebaya memiliki arti bahwa meskipun terbuka, mereka tetap menjaga diri mereka dari pengaruh negatif dari luar.

Paling Sering Dicari: