Apa faktor yang mempengaruhi mengapa nilai tukar rupiah terbilang rendah dibandingkan negara negara lain?

Apa faktor yang mempengaruhi mengapa nilai tukar rupiah terbilang rendah dibandingkan negara negara lain?

Ajaib.co.id – Jika ada mata uang terkuat maka sebaliknya pasti ada mata uang paling rendah. Nah, yang menjadi pertanyaannya kemudian adalah negara Indonesia masuk dalam kategori yang mana? Apakah negara dengan mata uang terkuat? Atau justru sebaliknya, negara dengan mata uang terendah. 

Nilai tukar mata uang sering digunakan untuk mengukur perekonomian suatu negara. Secara mudahnya nilai tukar bisa diartikan sebagai perjanjian antara dua mata uang terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari. Artinya banyak faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang. 

Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang

Perlu Anda ketahui jika nilai tukar mata uang dinyatakan dalam perbandingan dengan mata uang negara lain. Akibatnya adalah semua kegiatan perdagangan pada kedua negara akan terpengaruh. Sementara itu ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang itu sendiri, di antaranya seperti: 

Perbedaan tingkat inflasi antar dua negara

Negara dengan tingkat inflasi rendah memiliki nilai tukar mata uang lebih kuat dibanding negara dengan tingkat inflasi tinggi. Contoh negara dengan inflasi rendah adalah Jepang, Jerman, dan Swiss. 

Perbedaan tingkat suku bunga antar negara

Tingginya suku bunga akan menaikkan permintaan mata uang. Hal ini akan mengakibatkan tingginya nilai return. Dan tingginya nilai return bisa mengundang investasi domestik maupun luar negeri. 

Neraca perdagangan

Neraca perdagangan defisit apabila negara membayar lebih banyak ke negara partnernya. Kondisi tersebut menjadikan negara akan membutuhkan lebih banyak mata uang. 

Utang publik

Defisit bisa ditutupi dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Tetapi jika utang tetap membengkak, negara tersebut akan berstatus default atau gagal bayar. Dan tingginya public debt akan memperlemah nilai tukar mata uang.

Rasio harga ekspor dan impor

Harga ekspor yang lebih tinggi dibanding impor akan memperkuat nilai tukar mata uang. Selain itu permintaan akan barang dan jasa pun akan turut meningkat.

Kestabilan politik dan ekonomi

Investor akan mencari negara yang memiliki kinerja ekonomi stabil dan cenderung meningkat. Selain itu kestabilan politik juga dipertimbangkan. Nah, jika jumlah investor menurun, maka nilai tukar mata yang cenderung akan menurun juga. 

Mata Uang dengan Nilai Terendah di Dunia

Kekuatan mata uang sebuah negara bisa menunjukkan perkembangan dan kestabilan ekonominya. Selain itu di atas juga sudah dijelaskan apa saja faktor yang bisa membuat nilai tukar mata uang bisa naik dan turun. Nah berbicara mengenai negara dengan mata uang paling rendah, berikut ini adalah daftar lengkapnya: 

Riyal Iran (1 IRR = Rp0,42)

Ada cukup banyak faktor yang membuat Riyal Iran adalah mata uang yang nilainya paling rendah dibandingkan dengan negara dunia lainnya. Salah satunya adalah banyak negara-negara di dunia yang membuat sanksi ekonomi dan politik dengan Iran. 

Dong Vietnam (1 VND = Rp0,60)

Mata uang Vietnam disebut dengan Dong. Negara satu kawasan dengan Indonesia ini juga dikenal memiliki nilai mata uang rendah di dunia. Pasalnya negara ini masih berada dalam masa transisi ekonomi tersentralisasi ke ekonomi pasar. 

Rupiah Indonesia

Meskipun Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang stabil dan bahkan terus tumbuh, rasio nilai tukar rupiah terbilang sangat rendah. Penyebabnya adalah tingginya nominasi rupiah. 

Franc Guinea (1 GNF = Rp1,52)

Negara yang berada di Kawasan Afrika ini mengalami devaluasi nilai mata uang karena berbagai kondisi sosial dan ekonomi yang cukup memprihatinkan. Mulai dari rasio inflasi yang tinggi, kemiskinan, hingga keberadaan gangster di negara tersebut. 

Kip Laos (1 LAK = Rp1,58)

Meskipun nilai mata uang ini terus meningkat, tetapi rasionya masih sangat rendah. Namun di luar kondisi itu, Kip Laos terus menguat terhadap dolar AS dan nilainya pun terus mengalami kenaikan. 

Leone Sierra Leon (1 SLL = Rp1,46)

Pada bulan Januari 2017, negara kecil di sebelah barat Afrika ini mengalami hiperinflasi dan kegagalan ekonomi yang parah. Kondisi tersebut lantas membuat Leone jadi mata uang paling rendah di benua Afrika. 

Sum Uzbekistan (1 USZ = Rp1,48)

Meskipun negara ini sudah lama merdeka, namun mereka masih menggunakan rubel Rusia sebagai nilai tukarnya. Barulah pada 1 Juli 1994, Sum versi modern dimasukkan ke dalam sirkulasi peredaran uang. Wajar saja jika nilai mata uangnya masih rendah. 

Guarani Paraguay (1 PYG = Rp2,17)

Negara ini sempat mengalami bencana ekonomi hebat yang menggoyahkan perekonomiannya secara signifikan. Mulai dari inflasi gabungan, korupsi, banyaknya masyarakat miskin, pengangguran, rendahnya kualitas pendidikan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Wajar saja jika guarani masuk dalam daftar mata uang paling rendah di dunia. 

Riel Kamboja (1 KHR = Rp3,44)

Riel secara resmi diperkenalkan pada tahun 1995 untuk menggantikan piaster Indochina. Sayangnya di awal kemunculannya justru tidak banyak yang menggunakannya. Sehingga menjadikan riel memiliki rasio nilai tukar yang sangat rendah. Masyarakat Kamboja justru lebih suka menggunakan mata uang asing seperti dolar Amerika Serikat untuk melakukan transaksi. 

Shilling Uganda (1 UGX = Rp3,77)

Meskipun masuk dalam mata uang paling rendah, shilling Uganda dikena cukup stabil. Pasalnya tidak berkurang lebih dari 5% selama beberapa tahun terakhir. 

Dari ulasan singkat di atas bisa dilihat kenapa rupiah justru masuk dalam deretan mata uang dengan nilai terendah. Padahal bisa dikatakan kondisi perekonomian di Indonesia cukup stabil. Bahkan bisa dibilang sangat stabil. Tetapi di luar dari itu, ada banyak faktor lain yang menjadikan rupiah termasuk salah satu mata uang paling rendah di dunia.

Apa faktor yang mempengaruhi mengapa nilai tukar rupiah terbilang rendah dibandingkan negara negara lain?

Dapatkan Profit Lebih Tinggi

dengan investasi saham & reksa dana

Tanpa minimal investasi, bebas tarik uang kapanpun. Dipercaya 1 juta++ pengguna

Investasi Sekarang

JAKARTA - Alasan kenapa nilai Rupiah lebih rendah dibandingkan mata uang negara maju menarik diulas. Rupiah merupakan mata uang asal Indonesia.

Beberapa faktor yang mempengaruhi gejolak rupiah ini mencerminkan stabilitas ekonomi di Indonesia. Dilansir dari Buku Mata Pelajaran SMA, ada beberapa faktor yang membuat rupiah lebih rendah dibandingkan mata uang negara Maju. Di antaranya Amerika Serikat atau beberapa negara di benua Eropa.

BACA JUGA:6 Fakta Nilai Tukar Rupiah Anjlok

Seperti contoh Dolar AS yang menguat membuat rupiah bisa saja tertekan. Nah, kenaikan nilai Dolar AS inilah yang menjadi pemicu awal depresiasi nilai mata uang berbagai negara, termasuk Rupiah Indonesia.

Alasan kenapa nilai rupiah lebih rendah juga dipengaruhi oleh mekanisme pasar dalam membentuk harga keseimbangan. Seperti contoh, pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh penguatan dolar AS akibat langkah pengetatan kebijakan moneter The Fed yang agresif.

Selain itu, sesuai dengan hukum permintaan, yaitu ketika tingkat permintaan terhadap USD meningkat dan tingkat penawaran yang tetap, maka harga USD pun akan naik. Nah komoditas atau barang yang diperjualbelikan di sini adalah valuta asing, yaitu mata uang USD dimana harga dari valuta tersebut adalah kurs atau nilai tukar.

Inilah yang membuat rupiah bisa mengalami penurunan.

Sebagai informasi, nilai tukar Rupiah diklaim lebih perkasa dibandingkan mata uang negara tetangga seperti Thailand dan India. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tekanan yang tengah berlangsung terhadap mata uang Rupiah.

"Dari sisi nilai tukar Rupiah, tekanan terhadap nilai tukar Rupiah yang meningkat sebagaimana juga dialami oleh seluruh mata uang negara-negara di seluruh dunia terhadap dolar AS terjadi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang memang masih tinggi," katanya.

Saat ini nilai tukar Rupiah di pasar spot tampil perkasa di awal perdagangan hari ini. Jumat (30/9), Rupiah spot dibuka di level Rp 15.216 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ini membuat rupiah menguat 0,31% dibandingkan dengan penutupan Kamis (29/8) di Rp 15.263 per dolar AS.