Apa akibatnya jika kita pilih kasih pada teman saat bermain

Apa akibatnya jika kita pilih kasih pada teman saat bermain

Apa akibatnya jika kita pilih kasih pada teman saat bermain
Lihat Foto

FREEPIK/PRESSFOTO

Ilustrasi anak-anak bermain dan tertawa di taman bermain.

KOMPAS.com - Bermain menjadi kegiatan penting bagi anak-anak, terlebih anak usia dini dan sekolah dasar. Sebab melalui bermain, nyatanya anak belajar banyak hal.

Merangkum platform edukasi Sekolah.mu, bermain tak hanya menyenangkan bagi anak, namun juga memberikan banyak manfaat untuk tumbuh kembang anak dan berperan penting dalam perkembangan kognitif, fisik, sosial dan emosional. 

Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), ada sejumlah manfaat mengajak anak bermain, antara lain:

Baca juga: Cerita Mendikbud Nadiem Pernah Jadi Korban Bullying di Sekolah

  • Mengembangkan kemampuan moral agama.
  • Mengembangkan kemampuan motorik/gerak.
  • Mengembangkan kemampuan kognitif/daya pikir.
  • Mengembangkan kemampuan seni.
  • Mengembangkan kemampuan bahasa.
  • Mengembangkan kemampuan sosial emosional.

Sebaliknya, bila anak tak diberi ruang cukup untuk bermain, maka sejumlah dampak negatif ini bisa dialami anak, melansir Sekolah.mu:

1. Melambatnya perkembangan anak

Hal ini disebabkan karena anak tidak diberi kesempatan untuk belajar dan bereksplorasi dengan kepribadian dan kompetensi dasarnya.

Baca juga: Mendikbud Nadiem: Ada 3 Dosa di Sekolah yang Tidak Boleh Ditoleransi

2. Anak kurang pandai membuat keputusan

Aktivitas bermain membantu anak belajar membuat permainan, aturan dan kesepakatan. Dengan begitu, anak memiliki kesempatan untuk belajar hingga mampu membuat keputusan.

3. Anak cenderung kurang mengontrol emosi

Bermain juga menjadi sarana anak belajar mengenal emosi, cara mengekspresikan dengan benar dan belajar bagaimana cara mengendalikannya.

4. Anak mudah dipengaruhi orang lain

Saat anak kurang bermain dan berisiko jarang mengambil keputusan sendiri, anak berpotensi tumbuh menjadi sosok yang lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain.

Untuk itu, orangtua perlu lebih banyak memberi ruang bagi anak untuk belajar mengambil keputusan sendiri, seperti permainan yang ingin dimainkan, makanan yang akan dimakan, atau menentukan kegiatan apa yang disukainya.

Baca juga: Seperti Ini Cara dan Syarat Dapatkan Kartu Indonesia Pintar

Peran orangtua mengajak anak bermain

Apa akibatnya jika kita pilih kasih pada teman saat bermain

Apa akibatnya jika kita pilih kasih pada teman saat bermain
Lihat Foto

PEXELS/COTTONBRO

Ilustrasi ruangan bermain anak di rumah, anak bermain di rumah.

Merdeka.com - Kata-kata pilih kasih dapat menjadi ungkapan hati atas tindakan seseorang yang selalu pilih kasih. Dalam kehidupan sehari-hari, tentu Anda pernah menemukan seseorang yang membedakan individu satu dengan lainnya. Sikap seperti itulah yang kerap menimbulkan kecemburuan di lingkungan tersebut.

Pilih kasih merupakan salah satu sikap yang harus dihindari. Akibat sikap pilih kasih, tak sedikit orang yang kemudian menjadi benci bahkan dendam.

Pilih kasih secara tak sadar kerap terjadi di lingkup keluarga. Akan tetapi, pilih kasih juga kerap terjadi di lingkup pertemanan hingga lingkup pekerjaan.

Kata-kata pilih kasih dapat diberikan pada seseorang yang sering membeda-bedakan, dengan tujuan agar ia sadar akan kesalahannya. Berikut ini kata-kata pilih kasih yang telah merdeka.com rangkum dari berbagai sumber.

2 dari 5 halaman

1. "Tidak perlu pilih kasih, berikan saja rasa sayang mu yang rata kepada anak-anak mu."

2. "Orang tua yang selalu pilih kasih akan menerima perlakuan yang sama di masa depan nanti."

3. "Apa pantas hari ini masih pilih kasih? Lebih baik saling menyemangati dan men-support anak-anak nya agar menjadi apa yang ia banggakan."

4. "Ketika teringat sebuah ketidakadilan didalam keluarga ku, aku coba untuk menghela nafas agar aku tidak pernah seperti itu."

5. "Dalam hidup, kadang harus bersikap kuat karena banyak ketidakadilan yang terjadi."

6. "Kenapa orang tua harus pilih kasih? Sedangkan semua anak dilahirkan sama dalam keadaan suci."

7. "Memang harus membiasakan diri untuk kehidupan yang tidak adil ini."

8. "Salah satu alasan mengapa rumah menjadi tempat tidak nyaman adalah adanya ketidakadilan seperti pilih kasih didalamnya."

9. "Jaga keluargamu dengan kasih sayang dan jangan sampai ada pilih kasih di dalam keluargamu."

10. "Anak-anak di rumah butuh pelukan hangat. Bukan sikap pilih kasih dari orang tua."

3 dari 5 halaman

11. "Teman yang datang saat dia butuh itu biasa. Teman yang datang saat kamu butuh, itu yang layak diperjuangkan."12. "Berteman saja masih pilih-pilih. Memangnya, ada orang yang mau berteman sama orang yang pekerjaannya hanya memanfaatkan orang saja?"13. "Teman dan musuh itu memang terkadang tidak ada perbedaan, ada kalanya dia mendukungmu tapi juga ada kalanya dia justru menusukmu dari belakang."14. "Omongannya penuh kata-kata yang bijak dan benar, tapi kelakuannya belum sesuai dengan apa yang dikatakan sendiri."15. "Aku tidak kehilangan teman. Aku baru tersadar kalau tidak pernah punya satu teman pun."16. "Baik atau buruk perbuatan kamu, pasti akan ada balesannya. Mungkin bukan besok, tapi nanti di lain waktu."17. "Jangan sok menjauh sama seseorang yang belum berhasil, karena saat dia berhasil kamu bukan tipenya lagi."18. "Bagaimana engkau akan dihormati, jika dirimu saja tidak sopan dengan orang lain."19. "Berhati-hati dalam berkata, karena begitu terucap, dia hanya bisa dimaafkan, tapi tidak bisa dilupakan."

20. "Karma tak pernah berjalan sendiri, ia selalu berjalan dibelakangmu, menunggu waktu yang tepat untuk menyadarkanmu."

4 dari 5 halaman

21. "Setiap kata ejekanmu. Kujadikan doa pembakar semangatku."22. "Merendahkan orang lain berarti menunjukkan kelemahan diri sendiri."23. "Suatu saat nanti akan aku beli mulut mereka yang merendahkanku, meremehkanku, tidak menghargai kehadiranku".

24. "Mungkin kamu perlu mulai makan make up, jadi kamu bisa membuat dirimu cantik dari dalam sekaligus."

25."Aku lebih baik tidak memiliki teman daripada aku punya teman, tetapi mereka diam-diam membenciku."

5 dari 5 halaman

26. "Enak ya jadi kamu, bisa datang kapan saja kalau kamu butuh aku. Tapi, saat aku butuh kamu? Kamu bahkan tak peduli denganku."27. "Untuk orang yang merasa paling benar. Kamu enggak keren kok, kamu cuma kelihatan penuh omong kosong yang gak bisa kamu buktikan kebenarannya."28. "Kamu itu sama seperti uang receh, ya? Sudah bermuka dua, banyak orang yang tidak menganggap berharga."29. "Jadilah orang kecil yang berpikir besar. Jangan jadi orang besar yang selalu berpikir kecil dan sempit."

30. "Wah kamu baik sekali, ya? Tapi, sayang pas ada maunya aja."

Pertemanan yang baik tampaknya adalah hal yang patut untuk dirayakan. Namun seringkali bagi beberapa dari kita, dari waktu ke waktu muncul ketegangan antara menjadi teman yang baik atau “melakukan yang seharusnya”. Contohnya, ketika kita dihadapkan situasi yang membuat kita tergoda untuk berbohong demi seorang teman, maka akan tampak seolah-olah pertemanan dan moralitas berada dalam posisi yang bertabrakan.

Saya adalah seorang ahli etika yang mempelajari isu-isu seputar pertemanan, jadi ketegangan ini sangat menarik bagi saya.

Mudah untuk mengatakan bahwa orang yang tidak baik cenderung memperlakukan teman mereka dengan buruk juga: contohnya, mereka bisa berbohong, curang atau mencuri dari teman-temannya. Namun mungkin juga seseorang berlaku buruk pada beberapa orang dan berlaku baik pada yang lainnya.

Jadi adakah alasan mendasar lain untuk berpikir menjadi orang baik adalah keharusan untuk pertemanan yang baik?

Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.

Masalah pada pertemanan dan moralitas

Mari mulai dengan melihat kasus saat moralitas dan tuntutan dalam pertemanan berada dalam konflik.

Apa akibatnya jika kita pilih kasih pada teman saat bermain
Apa tuntutan dalam sebuah pertemanan? Alessandro Pautasso

Syarat suatu pertemanan tampaknya mengharuskan kita terbuka terhadap cara pandang teman kita, bahkan ketika perspektif mereka beda dengan milik kita sendiri. Pertemanan juga tampaknya mengharuskan kita untuk peduli terhadap kesejahteraan teman kita. Bukan hanya mengharapkan yang terbaik bagi mereka, kita pun juga ingin terlibat dalam menyediakan hal-hal baik tersebut.

Ini adalah hal yang membedakan perhatian dari teman dengan perhatian orang yang memang berkelakuan baik.

Namun kita juga perlu tetap terbuka akan apa yang dirasa baik oleh teman kita sendiri: seenaknya melakukan sesuatu atas dasar yang kita pikir baik terbaik untuk teman kita, meski teman kita tidak setuju, cenderung paternalistik. Dalam beberapa keadaan, sedikit paternalisme masih boleh ditoleransi, seperti menyembunyikan kunci teman ketika ia sedang mabuk. Namun secara umum hal tersebut adalah sifat yang buruk dalam pertemanan.

Beberapa pemikir menyatakan bahwa terbuka pada perspektif teman dapat membukakan pintu pada bahaya moral. Contohnya pertemanan dengan seseorang yang memiliki nilai yang berbeda bisa secara perlahan mengubah nilai Anda sendiri, termasuk pada hal-hal yang buruk. Hal ini benar terutama ketika hubungan tersebut membuat Anda cenderung menganggap serius sudut pandang mereka.

Sarjana lain berpendapat bahwa kombinasi antara keinginan untuk membantu teman dan terbukanya dengan sudut pandang merekalah yang menimbulkan masalah terbesar. Dalam membuat argumen ini, Dean Cocking dan Jeanette Kennett mengutip kalimat dari novel “Pride and Prejudice” karya Jane Austen. Dalam kalimat tersebut, protagonisnya, Elizabeth Bennett memberitahu Tuan Darcy yang dingin dan kaku bahwa, “Kepedulian kepada sang pemohon akan membuat seseorang siap untuk mengabulkannya tanpa menunggu alasan mengapa seseorang harus melakukannya.”

Dengan kata lain, ketika teman Anda meminta Anda untuk mengatakan kepada bos bahwa ia sakit, bukannya pusing pasca mabuk, Anda harus melakukannya hanya karena ia meminta Anda untuk melakukan hal tersebut.

Aristoteles dalam kebaikan pada pertemanan

Untuk menjawab kekhawatiran tersebut, meninjau ulang apa yang dikatakan oleh Aristoteles tentang pertemanan dan menjadi orang yang baik bisa membantu.

Apa akibatnya jika kita pilih kasih pada teman saat bermain
Patung Aristoteles di depan bangunan sebuah universitas di Freiburg, Jerman. Martin aka Maha

Bagi Aristotles, terdapat tiga jenis pertemanan. Satu, pertemanan kegunaan, misalnya antara rekan kerja yang ramah. Dua, pertemanan kesenangan, contohnya antaranggota tim trivia atau permainan hobi. Dan tiga, pertemanan di antara mereka yang merasa satu sama lain baik dan berharga bagi diri mereka sendiri. Yang terakhir inilah yang ia sebut sebagai pertemanan kebajikan, bentuk pertemanan yang terbaik dan paling lengkap.

Maka sangat jelas mengapa menghargai seseorang karena kebaikannya merupakan karakteristik pertemanan yang baik. Tak seperti pertemanan lain, hal ini melibatkan penghargaan kepada teman atas diri mereka sendiri, bukan hanya atas apa yang bisa mereka lakukan untuk Anda. Lebih jauh lagi, pertemanan jenis ini mengakui karakter dan nilai mereka berharga.

Beberapa mungkin cemas bahwa hal tersebut menciptakan standar yang terlalu tinggi: bahwa syarat teman yang baik haruslah orang yang baik membuat pertemanan yang semacam itu sangat jarang. Namun pemikir Aristotelian, John Cooper berpendapat bahwa artinya kualitas pertemanan bermacam-macam sesuai dengan kualitas karakter teman-temannya tersebut.

Mengesampingkan hal-hal lain, orang-orang yang biasa-biasa saja cenderung memiliki pertemanan yang biasa-biasa pula, sedangkan orang yang lebih baik akan memiliki pertemanan yang lebih baik pula.

Apa itu kebaikan?

Jika kita tidak memberi definisi apa itu “orang baik” atau membiarkan tiap-tiap orang memiliki penilaian sendiri soal apa itu kebaikan, hal ini menjadi sangat subjektif. Namun Aristoteles juga menawarkan perhitungan objektif tentang apa yang menjadikan seseorang orang yang baik.

Orang yang baik, menurutnya adalah seseorang yang memiliki sifat-sifat yang baik. Sifat yang baik seperti keberanian, keadilan, dan kesederhanaan adalah karakter berkualitas yang membantu kita menjalani hidup sebagai manusia yang baik, sendiri dan bersama orang lain.

Aristoteles berpendapat bahwa, seperti ketajaman merupakan kualitas yang membantu pisau untuk berfungsi dengan baik, kita berfungsi sebagai manusia yang lebih baik jika kita bisa melindungi apa yang kita hargai, bekerja sama dengan baik, dan menikmati kesenangan dalam kesederhanaan.

Ia mendefinisikan kualitas yang tidak baik, atau sifat buruk, sebagai kualitas yang membuat pemiliknya sulit untuk hidup dengan baik. Misalnya, para pengecut kesulitan dalam melindungi apa yang penting, orang rakus yang tidak bisa berhenti makan dan orang-orang yang tidak adil mengambil lebih dari bagiannya. Sehingga mereka kesulitan bekerja sama dengan baik dengan orang lain. Hal ini halangan besar bagi makhluk sosial.

Yang terakhir dan yang paling peting, ia mengatakan bahwa kita membangun kualitas, baik ataupun buruk, melalui praktik yang berulang: kita menjadi orang yang baik dengan berulang kali melakukan kebaikan, dan begitu pun sebaliknya dengan keburukan.

Menghubungkan kebaikan dan pertemanan

Bagaimana kemudian hal tersebut bisa membantu kita dalam memahami hubungan antara menjadi orang yang baik dan menjadi teman yang baik?

Saya telah menyatakan bahwa dalam pertemanan ada proses saling membantu dan juga melibatkan keterbukaan terhadap perspektif teman. Jika kita berasumsi bahwa Aristoteles benar mengenai hubungan antara karakter yang baik dan kemampuan untuk hidup dengan baik, maka membiarkan seorang teman melakukan hal buruk itu tidak baik karena itu membuat sang teman lebih sulit untuk bisa menjalani kehidupannya dengan baik.

Tetapi pertemanan juga tidak bisa dijalankan dengan memaksa teman meninggalkan keyakinan mereka soal apa yang mereka butuhkan, meskipun apa yang mereka yakini itu salah. Jadi satu-satunya orang yang bisa kita perlakukan secara konsisten baik sebagai teman adalah mereka yang memiliki karakter yang baik.

Kita tentu saja bisa mengubah nilai dan reaksi pribadi kita agar lebih menyamai teman kita. Kebanyakan dari hal ini terjadi secara tak sadar, dan beberapa perubahan mungkin baik. Namun ketika perubahan yang terjadi lebih buruk, (misalnya menjadi penakut dan tidak adil), kita dibuat rugi oleh hubungan pertemanan kita.

Apa akibatnya jika kita pilih kasih pada teman saat bermain
Apakah waktu yang Anda habiskan dengan teman menjadikan Anda orang yang lebih baik? marco monetti

Jika waktu yang dihabiskan bersama teman saya yang malas cenderung membuat saya kurang termotivasi dengan hidup saya sendiri, maka dapat dikatakan saya menjadi lebih buruk. Hal tersebut bisa menjadikan teman seperti itu buruk bagi kita, bahkan jika tidak sengaja.

Pertemanan yang benar-benar baik, ternyata, mustahil terjadi kecuali jika kedua teman tersebut adalah orang baik.

Ketegangan yang jelas antara pertemanan dan moralitas ternyata hanya ilusi yang dihasilkan dari gagal berpikir dengan hati-hati dan jernih tentang hubungan antara keterbukaan akan sudut pandang teman dan keinginan kita untuk membantu mereka.

Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles,

“Pertemanan orang jahat nyatanya menciptakan hal yang jahat (karena mereka tidak tenang, mereka bersatu untuk tujuan yang buruk, dan selain itu mereka menjadi jahat dengan menjadi semakin serupa satu sama lain). Sedangkan pertemanan antara orang baik adalah baik, dan digandakan dengan pertemanan mereka; dan mereka pun dianggap menjadi lebih baik pula dengan kegiatan mereka dan dengan mengembangkan diri satu sama lain; dan dari satu sama lain, mereka mengambil cetakan karakteristik yang mereka ikuti.”

If so, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. With the latest scientific discoveries, thoughtful analysis on political issues and research-based life tips, each email is filled with articles that will inform you and often intrigue you.

Editor and General Manager

Find peace of mind, and the facts, with experts. Add evidence-based articles to your news digest. No uninformed commentariat. Just experts. 90,000 of them have written for us. They trust us. Give it a go.

If you found the article you just read to be insightful, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. Each newsletter has articles that will inform and intrigue you.

Komentari artikel ini