Di seluruh dunia, bakteri staphylococcus aureus yang kebal obat telah menjadi penyebab utama kematian, sementara patogen itu semakin kebal terhadap beberapa antibiotik yang umum digunakan untuk memusnahkannya. Obat penisilin dan metisilin, yang dikembangkan pada abad terakhir ini, murah dan tersedia di banyak tempat, tetapi sekarang tidak efektif melawan ancaman bakteri itu. Show Bakteri lain, termasuk yang menyebabkan pneumonia dan infeksi usus, juga mulai kebal terhadap obat. Antibiotik baru yang lebih efektif seperti vankomisin telah dikembangkan. Tetapi obat-obat itu lebih mahal dan harus diberikan melalui suntikan. Jadi para peneliti berpacu dengan waktu untuk mengembangkan antibiotik lebih kuat dan lebih mudah digunakan. Tapi pada suatu masa, obat-obat itu mungkin juga akan menjadi tidak efektif melawan infeksi yang merenggut nyawa. Tapi antibiotik andalan selama ini, penisilin dan metisilin, mungkin mendapatkan kehidupan baru. Para peneliti di perusahaan farmasi Merck menemukan dua senyawa yang melemahkan struktur biologis staphylococcus aureus yang kebal obat, yang juga dikenal sebagai MRSA, membuka jalan bagi antibiotik lama itu untuk membunuh patogen tersebut. Mereka menjabarkan penelitian ini dalam jurnal Science Translational Medicine. Terry Roemer dari Merck mengatakan senyawa itu sendiri tidak manjur membunuh MRSA. Tapi jika digunakan dengan penisilin, keduanya menyembuhkan infeksi yang kebal obat pada tikus. "Apa yang berbeda dan menarik adalah ini senyawa ajaib. Senyawa ini bukan antibiotik, tetapi membantu. Ini adjuvan. Ini membantu," papar Roemer. Ketika senyawa-senyawa yang melemahkan bakteri ini mulai tersedia, mungkin dalam beberapa tahun, Roemer mengatakan senyawa-senyawa itu akan diberikan bersama dengan antibiotik tradisional untuk membunuh bakteri kebal obat. Yang lebih penting, kata Roemer, penemuan ini membuka jalan yang sama sekali baru dalam memerangi infeksi yang kebal antibiotik seperti MRSA. Ia menambahkan, "Jadi lebih khusus dan juga jenis kimia yang lebih beragam yang belum pernah dipertimbangkan sebelumnya karena senyawa-senyawa itu bukan komponen alami yang memiliki aktivitas biologis dalam tubuh. Maksud saya, ini adalah sesuatu yang kita butuhkan." Menurut Roemer, dengan menemukan cara-cara untuk meningkatkan kemanjuran antibiotik yang sudah ada, para ilmuwan dapat melaju lebih cepat dalam pembuatan obat baru yang lebih ampuh untuk menyembuhkan infeksi bakteri yang kebal obat. [as/lt] Bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa menyebabkan beragam penyakit. Kenali apa saja penyakit yang bisa disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aereus melalui penjelasan berikut. Sekitar 30% orang memiliki bakteri Staphylococcus aureus dalam hidungnya. Kehadiran bakteri ini sebenarnya tidak berbahaya, namun tetap berisiko untuk menimbulkan infeksi. Penyakit infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri ini antara lain adalah bakteremia, endokarditis, osteomielitis, dan penyakit kulit. Berbagai Penyakit Serius akibat Staphylococcus aureusStaphylococcus aereus adalah salah satu jenis bakteri Staphylococcus. Jika dilihat di bawah mikroskop, bakteri Staphylococcus akan tampak seperti sekelompok anggur. Terdapat lebih dari 30 jenis bakteri Staphylococcus, namun bakteri Staphylococcus aureus adalah tipe yang paling sering menyebabkan penyakit. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus adalah: Infeksi kulitSiapa pun bisa mengalami infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Namun, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi bakteri ini, antara lain terdapat goresan atau luka terbuka pada kulit dan bersentuhan dengan penderita infeksi kulit. Infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada kulit bisa menyebabkan bisul, impetigo, selulitis, dan staphylcoccal scalded skin syndrome (SSSS). Biasanya infeksi bakteri ini pada kulit ditandai dengan kemerahan, bengkak, nyeri, dan adanya nanah pada luka. Penyakit bakteremia (sepsis)Tidak hanya kulit, bakteri Staphylococcus aureus juga bisa menyebabkan bakteremia. Kondisi ini terjadi saat infeksi sudah menyebar melalui pembuluh darah, sehingga bisa mengenai berbagai organ tubuh. Bila bakteri mengeluarkan racunnya, tubuh dapat mengalami toxic shock syndrome (TSS). Selain Staphylococcus aureus, jenis bakteri lain yang dapat menyebabkan bakteremia adalah Streptococcus pneumoniae dan Salmonella. Seseorang yang mengalami bakterimia akan mengalami gejala berupa demam, tekanan darah rendah, lebih gelisah, dan napas yang menjadi lebih cepat. OsteomielitisOsteomielitis adalah infeksi pada tulang. Infeksi ini bisa disebabkan oleh penyebaran bakteri Staphylococcus aureus yang awalnya menginfeksi kulit, otot atau tendon, lalu menyebar ke tulang. Selain penyebaran dari infeksi kulit, osteomielitis yang disebabkan bakteri ini bisa terjadi setelah melakukan operasi tulang. Beberapa kondisi yang mempermudah terjadinya osteomielitis adalah diabetes, cuci darah, gangguan peredaran darah, penggunaan narkoba suntik, dan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh. Osteomielitis ditandai oleh rasa nyeri pada tulang, pembengkakan, luka terbuka yang bernanah, demam dan menggigil, serta gelisah. Ketika mengalami infeksi bakteri Staphylococcus aureus, beberapa pilihan pengobatan yang bisa dilakukan adalah pemberian obat antibiotik, baik yang diminum maupun yang disuntik; operasi pengangkatan jaringan mati yang terinfeks; dan operasi pengangatan benda asing, misalnya, jahitan atau implan yang menjadi pemicu terjadinya infeksi. Bakteri Staphylococcus aureus banya terdapat di sekita kita. Jika tidak hati-hati, bakteri ini bisa menimbulkan infeksi. Oleh karena itu, kita perlu pencegahan dengan cara rajin mencuci tangan, tidak berbagi penggunaan barang pribadi dengan orang lain, dan melakukan pemeriksaan ke dokter jika ada luka pada kulit yang berisiko mengalami infeksi. Penisilin (Inggris:Penicillin atau PCN) adalah sebuah kelompok antibiotik β-laktam yang digunakan dalam penyembuhan penyakit infeksi karena bakteri, biasanya berjenis Gram positif.[1] Penisilin bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri, dengan menghambat digabungkannya asam N-asetilmuramat non esensial ke dalam struktur mukopeptida yang biasanya membuat sel menjadi kaku dan kuat. Cara kerja ini juga berarti bahwa penisilin hanya akan aktif bekerja pada satuan patogen yang sedang tumbuh dengan aktif.[2] Sebutan "penisilin" juga dapat digunakan untuk menyebut anggota spesifik dari kelompok penisilin. Semua penisilin memiliki dasar rangka Penam, yang memiliki rumus molekul R-C9H11N2O4S, di mana R adalah rangka samping yang beragam.
Penemuan penislin selalu dikaitkan dengan ilmuwan Skotlandia, Alexander Fleming pada 1929, walaupun sebenarnya banyak ilmuwan lain yang telah mencatat efek antibakteri sebelum Fleming.[2] Fleming, dalam laboratoriumnya di Rumah Sakit Santa Maria (kini merupakan salah satu rumah sakit pendidikan di London), mencatat adanya lingkaran hambatan (zona bening) pada pertumbuhan bakteri di piringan kultur Staphylococcus. Fleming menyimpulkan bahwa hambatan itu dikarenakan sebuah subtansi penghambat pertumbuhan dan menghancurkan bakteri. Ia kemudian menumbuhkan sebuah kultur murni dan menemukan Penicillium yang kemudian dikenal sebagai Penicillium chrysogenum. Fleming memberikan istilah "penisilin" untuk menggambarkan hasil filtrasi dari kultur mikrobiologis Penicillium.[2] Walaupun di tahapan awal ini, penisilin ditemukan efektif melawan bakteri Gram positif dan tidak efektif pada Gram negatif dan jamur. Fleming optimis bahwa penisilin akan menjadi disinfektan yang sangat berguna, berpotensi tinggi dengan tingkat keracunan yang rendah dibandingkan antiseptik masa itu.
Pada percobaan berikutnya, Fleming menyadari bahwa penisilin tidak akan bertahan lama di tubuh manusia untuk membunuh bakteri patogen. Ia menghentikan penelitiannya mengenai penisilin setelah 1931, tetapi mencoba memulainya lagi pada 1934.
Pada 1939, ilmuwan Australia Howard Walter Florey dan sebuah tim peneliti di Universitas Oxford membuat sebuah kemajuan yang berarti dalam menunjukkan aksi bakterisidal secara in vivo dari penisilin. Mereka gagal dalam percobaan karena ketidakcukupan penisilin, tetapi berhasil dibuktikan bahwa penislin tidak berbahaya dan bekerja pada tikus. Beberapa percobaan penisilin dilakukan di Oxford. Pada 1942, John Bumstead dan Orvan Hess menjadi ahli yang pertama berhasil menyembuhkan pasiennya dengan penisilin.[3][4] Saat Perang Dunia II, penisilin berjasa dalam menekan jumlah kematian akibat infeksi yang disebabkan luka terbuka yang tak mendapat perawatan, yang dalam situasi serupa dapat menimbulkan gangren bahkan kematian, menyelamatkan 12-15% nyawa. Ketersediaan penisilin masih sangat terbatas karena kesulitan untuk memproduksinya secara massal, dan kecepatan ginjal yang menghasilkan sisa penisilin yang tidak sempat digunakan tubuh. Saat itu, pengumpulan kembali penisilin dari air seni pasien merupakan prosedur yang biasa. Penisilin tersebut akan digunakan kembali.[5] Penggunaan kembali penisilin tersebut bukanlah jalan akhir yang baik. Hal ini membuat para peneliti mencari jalan lain untuk memperlambat sekresi penisilin. Mereka berharap dapat menemukan molekul yang dapat menyaingi penisilin untuk transporter asam organik. Transportter tersebut berfungsi dalam sekresi penisilin, maka diperkirakan transporter akan membawa molekul penghambat sehingga penisilin akan lebih lama pada tubuh. Sebuah agen probenesid akhirnya dibuktikan dapat menghambat. Probenesid akan bersaing dan menghambat sekresi penisilin. Penislin akhirnya dapat bekerja lama di tubuh. Teknik produksi penisilin secara massal pun akhirnya dapat diatasi.[6] Struktur kimiawi penisilin diketahui oleh Dorothy Crowfoot Hodgkin pada awal 1940an. Penemuan ini menjadikan penisilin dapat dibuat secara sintetik. Sebuah tim dari Oxford menemukan metode produksi massal penisilin. Tim yang dipimpin Howard Walter Florey itu mendapatkan Hadiah Nobel dalam bidang Kedokteran atau Fisiologi pada 1945. Saat itu, Penisilin menjadi antibiotik yang banayak digunakan dan masih digunakan untuk beberapa infeksi bakteri Gram positif.
Lingkup aktivitas penisilin yang sempit menjadikan para peniliti mencari turunan penisilin yang dapat mengobati infeksi yang lebih banyak.
Perkembangan besar yang pertama adalah ampisilin, yang memiliki lingkup aktivitas yang lebih luas daripada penisilin asli. Perkembangan berikutnya menghasilkan penisilin yang dapat menahan enzim beta-laktamase termasuk flukloksasilin, dikloksasilin, dan metisilin. Penemuan ini sangat penting untuk melawan spesies bakteria yang memiliki beta-laktamase, tetapi tidak dapat melawan strain Staphylococcus aureus yang tahan metisilin.
Penisilin yang antipseudomal seperti Tisarsilin dan Piperasilin berguna untuk melawan bakteri Gram negatif.
Antibiotik β-laktam bekerja dengan menghambat pembentukan peptidoglikan di dinding sel. Beta -laktam akan terikat pada enzim transpeptidase yang berhubungan dengan molekul peptidoglikan bakteri, dan hal ini akan melemahkan dinding sel bakteri ketika membelah. Dengan kata lain, antibiotik ini dapat menyebabkan perpecahan sel (sitolisis) ketika bakteri mencoba untuk membelah diri.
Pada bakteri Gram positif yang kehilangan dinding selnya akan menjadi protoplas, sedangkam Gram negatif menjadi sferoplas. Protoplas dan sferoplas kemudian akan pecah atau lisis. Istilah "penisilin" sering digunakan terutama untuk menunjukkan benzilpenisilin. Benzatin benzilpenisilinBenzatin benzilpenisilin atau benzatin penisilin adalah penisilin yang lambat diserap pada sirkulasi, dimasukkan secara intramuskular atau disuntikkan pada otot, dan akan terhidrolisa menjadi benzilpenisilin in vivo. Obat ini dipilih ketika konsentrasi rendah benzilpenisilin diperlukan, memperpanjang kerja antibiotik 2-4 minggu setelah dosis tunggal intramuskular. Indikasi spesifik untuk benzatin penisilin:
Benzilpenisilin (penisilin G)Penisilin G (Benzilpenisilin) Benzilpenisilin atau penisilin G adalah penisilin standar emas. Penisilin G secara khusus diberikan tidak melalui mulut karena sifatnya yang tak stabil dengan asam hidroklorat di lambung. Penisilin G adalah antibiotik pertama yang berfungsi secara klinis, ditemukan oleh Howard Florey dan koleganya pada tahun 1939 [2] Indikasi spesifik untuk benzilpenisilin:
Fenoksimetilpenisilin (penisilin V)Fenoksimetilpenisilin , atau dikenal dengan penisilin V, adalah penisilin yang aktif secara oral (diberikan melalui mulut). Obat ini kurang aktif dibandingkan benzilpenisilin. Obat ini hanya sesuai pada kondisi konsentrasi jaringan tinggi tidak diperlukan. Indikasi spesifik untuk fenoksimetilpenisilin:
Prokain benzilpenisilinProkain benzilpenisilin, atau penisilin prokain, adalah kombinasi dari benzilpenisilin dengan prokain agen anestesi lokal. Obat disuntik melalui otot, secara lambat akan diserap ke sirkulasi dan dihdrolisa menjadi benzilpenisilin. Kombinasi ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman karena suntikkan penisilin yang banyak ke dalam otot. Perlakuakn ini sering digunakan pada kedokteran hewan. Indikasi spesifik untuk prokain benzilpenisilin:
Obat ini juga digunakan pada antraks. Dilakukan modifikasi struktur pada rantai samping dari inti penisilin untuk meningkatkan kemampuan obat, menstabilkan aktivitas beta-laktamase, dan meningkatkan lingkup kerja. Penisilin lingkup sempitKelompok ini dikembangkan untuk meningkatkan keefektifan melawan beta-laktamase yang dibuat oleh Staphylococcus aureus, dan dikenal dengan penisilin anti-staphylococcal. Penisilin lingkup sedangKelompok ini dikembangkan untuk meningkatkan llingkup kerja, seperti pada amoksisilin.
Penisilin lingkup luasKelompok ini dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi melawan bakteri Gram negatif.
Penisilin dengan penghambat β-laktamasePenisilin dapat digabungkan dengan penghambat beta-laktamase untuk membantu melawan enzim beta-laktamase. Reaksi efek samping yang sering adalah (≥1% pasien) diare, urtikaria, nausea, dan superinfeksi dri Candidiasis. Efek yang jarang (0.1–1% pasien) adalah demam, muntah, dermatitis, angiodema atau kolitis pseudomembarnosus.[6] AlergiAlergi terhadap antibiotik beta-laktam dapat terjadi pada 10% pasien. 0.01% dapat menderita anafilaksis.
|