Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi semakin sempitnya ketersediaan lahan adalah

Okezone Ekonomi

Semakin meningkatnya alih fungsi lahan pertanian di Jawa sejak beberapa dekade terakhir sebagai akibat terjadinya pertumbuhan di sektor industri dan sektor konstruksi (perumahan) telah menyebabkan terjadinya penurunan luas lahan pertanian yang bisa dibudidayakan oleh para petani di Jawa. Semakin banyaknya jumlah pabrik dan perumahan yang dibangun tentu membutuhkan ketersediaan lahan yang mencukupi. Namun karena luas lahan kosong/lahan yang belum termanfaatkan untuk berbagai kepentingan relatif terbatas maka langkah yang paling banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lahan untuk industri dan perumahan adalah alih fungsi lahan pertanian.   

Penurunan luas lahan pertanian tentu membawa dampak langsung bagi para petani. Semakin lama semakin banyak petani yang kehilangan lahan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian dan semakin banyak pula petani yang mengalami penurunan penguasaan lahan pertanian (lahan pertanian yang dikuasi semakin sempit). 

Kondisi tersebut tentu berdampak pula pada tingkat kesejahteraan keluarga petani. Hilangnya usaha di sektor pertanian atau semakin sempitnya lahan yang dibudiyakan untuk usaha tani akan menyebabkan terjadinya penurunan penghasilan yang bisa dimanfaatkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  

Apabila kondisi tersebut dibiarkan berlangsung terus menerus maka tidak mustahil apabila keluarga petani yang kehilangan usaha di sektor pertanian atau keluarga petani yang lahan usaha taninya semakin menyempit akan jatuh dalam jurang kemiskinaan. Salah satu langkah solutif yang mungkin bisa dilaksanakan untuk mengatasi permasahalan tersebut adalah dengan mendorong keluarga-keluarga tersebut untuk melakukan diversifikasi usaha.

Namun menyadari kualitas sumber daya yang dimiliki oleh keluarga petani yang relatif terbatas maka kegiatan usaha lain, baik yang berfungsi sebagai usaha pengganti maupun usaha sampingan, tidak boleh terpisah dari dunia yang selama ini mereka tekuni. Karena selama ini yang mereka geluti adalah usaha di sektor agraris/pertanian maka alternatif usaha yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah jenis-jenis usaha yang masih berkaitan dengan dunia pertanian. Salah satu jenis usaha yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah usaha pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian yang selama ini mereka budidayakan.

Pengembangan usaha pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian yang selama ini dihasilkan akan memiliki kesempatan lebih luas untuk berkembang karena usaha tersebut tidak perlu dilakukan dari titik nol. Keluarga petani di Jawa telah memiliki modal untuk mengembangkan usaha pengolahan makanan, khususnya modal pengetahuan terkait teknik untuk pengolahan makanan berbahan baku produk lokal. Hal itu karena, pada umumnya keluarga petani di Jawa selain memanfaatkan hasil usaha pertanian untuk dijual di pasar, mereka juga memiliki kebiasaan untuk mengolah produk usaha pertanian yang dijalankan menjadi aneka jenis makanan meski hanya untuk dikonsumsi sendiri.

Faktor lain yang bisa mendukung terjadinya perkembangan usaha pengolahan makanan berbahan baku lokal adalah adanya modal sosial di kalangan masyarakat petani. Modal sosial tersebut antara lain berwujud kebiasaan saling tolong antar keluarga petani, dan ikatan/tali persaudaran yang masih erat di antara mereka. Kebiasaan untuk saling tolong menolong akan sangat berguna untuk mengatasi persoalan/kendala yang muncul pada saat mereka mulai merintis usaha.

Berkat adanya kebiasaan saling tolong maka keterbatasan modal usaha yang dimiliki oleh sebuah keluarga petani bisa diatasi dengan meminjam dahulu kepada keluarga yang lain. Ketika mereka belum memiliki alat untuk melakukan kegiatan produksi dan mereka tidak memiliki uang untuk membelinya, maka mereka bisa meminjam alat tersebut kepada tetangga. Demikian pula ketika mereka belum memiliki bahan baku yang bisa diolah untuk menjalankan usaha tersebut maka mereka bisa meminjam bahan baku ke tetangga atau ke warung yang ada di desa tersebut.

Eratnya tali persaudaraan di antara mereka, bahkan dengan saudara yang sudah merantau ke luar daerah bisa dimanfaatkan untuk merintis dan mengembangkan jaringan pemasaran produk yang dihasilakan sehingga produk mereka bukan hanya dipasarkan di pasar lokal tetapi juga ke pasar luar daerah.

Untuk memacu agar kegiatan diversifikasi usaha bagi keluarga petani yang kehilangan sumber penghidupan akibat hilangnya lahan usaha yang selama ini dpakai untuk menjalankan usaha tani, dan bagi keluarga petani yang mengalami penurunan luas lahan pertanian yang digunakan untuk menjalankan usaha tani maka perlu ada dorongan dari semua pihak, khususnya dari dinas/instansi terkait. Dorongan tersebut bisa berupa pelaksanaan program pelatihan peningkatan ketrampilan dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi aneka produk makanan, pemberian dukungan permodalan, pendampingan dalam pengelolaan usaha (manajemen) dan pendampingan dalam bidang pemasaran.

Melalui berbagai program tersebut maka diharapkan mereka dapat mengembangkan usaha pengolahan makanan dengan baik sehingga akhirnya memiliki sumber penghasilan baru atau menndapatkan penghasilan tambahan dari usaha tersebut. Adanya sumber penghasilan baru/peningkatan penghasilan akan menyebabkan kesejahteraan rumah tangga petani menjadi semakin kuat dan akhirnya bisa terlepas jerat kemiskinan.


Page 2

Semakin meningkatnya alih fungsi lahan pertanian di Jawa sejak beberapa dekade terakhir sebagai akibat terjadinya pertumbuhan di sektor industri dan sektor konstruksi (perumahan) telah menyebabkan terjadinya penurunan luas lahan pertanian yang bisa dibudidayakan oleh para petani di Jawa. Semakin banyaknya jumlah pabrik dan perumahan yang dibangun tentu membutuhkan ketersediaan lahan yang mencukupi. Namun karena luas lahan kosong/lahan yang belum termanfaatkan untuk berbagai kepentingan relatif terbatas maka langkah yang paling banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lahan untuk industri dan perumahan adalah alih fungsi lahan pertanian.   

Penurunan luas lahan pertanian tentu membawa dampak langsung bagi para petani. Semakin lama semakin banyak petani yang kehilangan lahan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian dan semakin banyak pula petani yang mengalami penurunan penguasaan lahan pertanian (lahan pertanian yang dikuasi semakin sempit). 

Kondisi tersebut tentu berdampak pula pada tingkat kesejahteraan keluarga petani. Hilangnya usaha di sektor pertanian atau semakin sempitnya lahan yang dibudiyakan untuk usaha tani akan menyebabkan terjadinya penurunan penghasilan yang bisa dimanfaatkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  

Apabila kondisi tersebut dibiarkan berlangsung terus menerus maka tidak mustahil apabila keluarga petani yang kehilangan usaha di sektor pertanian atau keluarga petani yang lahan usaha taninya semakin menyempit akan jatuh dalam jurang kemiskinaan. Salah satu langkah solutif yang mungkin bisa dilaksanakan untuk mengatasi permasahalan tersebut adalah dengan mendorong keluarga-keluarga tersebut untuk melakukan diversifikasi usaha.

Namun menyadari kualitas sumber daya yang dimiliki oleh keluarga petani yang relatif terbatas maka kegiatan usaha lain, baik yang berfungsi sebagai usaha pengganti maupun usaha sampingan, tidak boleh terpisah dari dunia yang selama ini mereka tekuni. Karena selama ini yang mereka geluti adalah usaha di sektor agraris/pertanian maka alternatif usaha yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah jenis-jenis usaha yang masih berkaitan dengan dunia pertanian. Salah satu jenis usaha yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah usaha pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian yang selama ini mereka budidayakan.

Pengembangan usaha pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian yang selama ini dihasilkan akan memiliki kesempatan lebih luas untuk berkembang karena usaha tersebut tidak perlu dilakukan dari titik nol. Keluarga petani di Jawa telah memiliki modal untuk mengembangkan usaha pengolahan makanan, khususnya modal pengetahuan terkait teknik untuk pengolahan makanan berbahan baku produk lokal. Hal itu karena, pada umumnya keluarga petani di Jawa selain memanfaatkan hasil usaha pertanian untuk dijual di pasar, mereka juga memiliki kebiasaan untuk mengolah produk usaha pertanian yang dijalankan menjadi aneka jenis makanan meski hanya untuk dikonsumsi sendiri.

Faktor lain yang bisa mendukung terjadinya perkembangan usaha pengolahan makanan berbahan baku lokal adalah adanya modal sosial di kalangan masyarakat petani. Modal sosial tersebut antara lain berwujud kebiasaan saling tolong antar keluarga petani, dan ikatan/tali persaudaran yang masih erat di antara mereka. Kebiasaan untuk saling tolong menolong akan sangat berguna untuk mengatasi persoalan/kendala yang muncul pada saat mereka mulai merintis usaha.

Berkat adanya kebiasaan saling tolong maka keterbatasan modal usaha yang dimiliki oleh sebuah keluarga petani bisa diatasi dengan meminjam dahulu kepada keluarga yang lain. Ketika mereka belum memiliki alat untuk melakukan kegiatan produksi dan mereka tidak memiliki uang untuk membelinya, maka mereka bisa meminjam alat tersebut kepada tetangga. Demikian pula ketika mereka belum memiliki bahan baku yang bisa diolah untuk menjalankan usaha tersebut maka mereka bisa meminjam bahan baku ke tetangga atau ke warung yang ada di desa tersebut.

Eratnya tali persaudaraan di antara mereka, bahkan dengan saudara yang sudah merantau ke luar daerah bisa dimanfaatkan untuk merintis dan mengembangkan jaringan pemasaran produk yang dihasilakan sehingga produk mereka bukan hanya dipasarkan di pasar lokal tetapi juga ke pasar luar daerah.

Untuk memacu agar kegiatan diversifikasi usaha bagi keluarga petani yang kehilangan sumber penghidupan akibat hilangnya lahan usaha yang selama ini dpakai untuk menjalankan usaha tani, dan bagi keluarga petani yang mengalami penurunan luas lahan pertanian yang digunakan untuk menjalankan usaha tani maka perlu ada dorongan dari semua pihak, khususnya dari dinas/instansi terkait. Dorongan tersebut bisa berupa pelaksanaan program pelatihan peningkatan ketrampilan dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi aneka produk makanan, pemberian dukungan permodalan, pendampingan dalam pengelolaan usaha (manajemen) dan pendampingan dalam bidang pemasaran.

Melalui berbagai program tersebut maka diharapkan mereka dapat mengembangkan usaha pengolahan makanan dengan baik sehingga akhirnya memiliki sumber penghasilan baru atau menndapatkan penghasilan tambahan dari usaha tersebut. Adanya sumber penghasilan baru/peningkatan penghasilan akan menyebabkan kesejahteraan rumah tangga petani menjadi semakin kuat dan akhirnya bisa terlepas jerat kemiskinan.


Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi semakin sempitnya ketersediaan lahan adalah

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Semakin meningkatnya alih fungsi lahan pertanian di Jawa sejak beberapa dekade terakhir sebagai akibat terjadinya pertumbuhan di sektor industri dan sektor konstruksi (perumahan) telah menyebabkan terjadinya penurunan luas lahan pertanian yang bisa dibudidayakan oleh para petani di Jawa. Semakin banyaknya jumlah pabrik dan perumahan yang dibangun tentu membutuhkan ketersediaan lahan yang mencukupi. Namun karena luas lahan kosong/lahan yang belum termanfaatkan untuk berbagai kepentingan relatif terbatas maka langkah yang paling banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lahan untuk industri dan perumahan adalah alih fungsi lahan pertanian.   

Penurunan luas lahan pertanian tentu membawa dampak langsung bagi para petani. Semakin lama semakin banyak petani yang kehilangan lahan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian dan semakin banyak pula petani yang mengalami penurunan penguasaan lahan pertanian (lahan pertanian yang dikuasi semakin sempit). 

Kondisi tersebut tentu berdampak pula pada tingkat kesejahteraan keluarga petani. Hilangnya usaha di sektor pertanian atau semakin sempitnya lahan yang dibudiyakan untuk usaha tani akan menyebabkan terjadinya penurunan penghasilan yang bisa dimanfaatkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  

Apabila kondisi tersebut dibiarkan berlangsung terus menerus maka tidak mustahil apabila keluarga petani yang kehilangan usaha di sektor pertanian atau keluarga petani yang lahan usaha taninya semakin menyempit akan jatuh dalam jurang kemiskinaan. Salah satu langkah solutif yang mungkin bisa dilaksanakan untuk mengatasi permasahalan tersebut adalah dengan mendorong keluarga-keluarga tersebut untuk melakukan diversifikasi usaha.

Namun menyadari kualitas sumber daya yang dimiliki oleh keluarga petani yang relatif terbatas maka kegiatan usaha lain, baik yang berfungsi sebagai usaha pengganti maupun usaha sampingan, tidak boleh terpisah dari dunia yang selama ini mereka tekuni. Karena selama ini yang mereka geluti adalah usaha di sektor agraris/pertanian maka alternatif usaha yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah jenis-jenis usaha yang masih berkaitan dengan dunia pertanian. Salah satu jenis usaha yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah usaha pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian yang selama ini mereka budidayakan.

Pengembangan usaha pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian yang selama ini dihasilkan akan memiliki kesempatan lebih luas untuk berkembang karena usaha tersebut tidak perlu dilakukan dari titik nol. Keluarga petani di Jawa telah memiliki modal untuk mengembangkan usaha pengolahan makanan, khususnya modal pengetahuan terkait teknik untuk pengolahan makanan berbahan baku produk lokal. Hal itu karena, pada umumnya keluarga petani di Jawa selain memanfaatkan hasil usaha pertanian untuk dijual di pasar, mereka juga memiliki kebiasaan untuk mengolah produk usaha pertanian yang dijalankan menjadi aneka jenis makanan meski hanya untuk dikonsumsi sendiri.

Faktor lain yang bisa mendukung terjadinya perkembangan usaha pengolahan makanan berbahan baku lokal adalah adanya modal sosial di kalangan masyarakat petani. Modal sosial tersebut antara lain berwujud kebiasaan saling tolong antar keluarga petani, dan ikatan/tali persaudaran yang masih erat di antara mereka. Kebiasaan untuk saling tolong menolong akan sangat berguna untuk mengatasi persoalan/kendala yang muncul pada saat mereka mulai merintis usaha.

Berkat adanya kebiasaan saling tolong maka keterbatasan modal usaha yang dimiliki oleh sebuah keluarga petani bisa diatasi dengan meminjam dahulu kepada keluarga yang lain. Ketika mereka belum memiliki alat untuk melakukan kegiatan produksi dan mereka tidak memiliki uang untuk membelinya, maka mereka bisa meminjam alat tersebut kepada tetangga. Demikian pula ketika mereka belum memiliki bahan baku yang bisa diolah untuk menjalankan usaha tersebut maka mereka bisa meminjam bahan baku ke tetangga atau ke warung yang ada di desa tersebut.

Eratnya tali persaudaraan di antara mereka, bahkan dengan saudara yang sudah merantau ke luar daerah bisa dimanfaatkan untuk merintis dan mengembangkan jaringan pemasaran produk yang dihasilakan sehingga produk mereka bukan hanya dipasarkan di pasar lokal tetapi juga ke pasar luar daerah.

Untuk memacu agar kegiatan diversifikasi usaha bagi keluarga petani yang kehilangan sumber penghidupan akibat hilangnya lahan usaha yang selama ini dpakai untuk menjalankan usaha tani, dan bagi keluarga petani yang mengalami penurunan luas lahan pertanian yang digunakan untuk menjalankan usaha tani maka perlu ada dorongan dari semua pihak, khususnya dari dinas/instansi terkait. Dorongan tersebut bisa berupa pelaksanaan program pelatihan peningkatan ketrampilan dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi aneka produk makanan, pemberian dukungan permodalan, pendampingan dalam pengelolaan usaha (manajemen) dan pendampingan dalam bidang pemasaran.

Melalui berbagai program tersebut maka diharapkan mereka dapat mengembangkan usaha pengolahan makanan dengan baik sehingga akhirnya memiliki sumber penghasilan baru atau menndapatkan penghasilan tambahan dari usaha tersebut. Adanya sumber penghasilan baru/peningkatan penghasilan akan menyebabkan kesejahteraan rumah tangga petani menjadi semakin kuat dan akhirnya bisa terlepas jerat kemiskinan.


Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi semakin sempitnya ketersediaan lahan adalah

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

Semakin meningkatnya alih fungsi lahan pertanian di Jawa sejak beberapa dekade terakhir sebagai akibat terjadinya pertumbuhan di sektor industri dan sektor konstruksi (perumahan) telah menyebabkan terjadinya penurunan luas lahan pertanian yang bisa dibudidayakan oleh para petani di Jawa. Semakin banyaknya jumlah pabrik dan perumahan yang dibangun tentu membutuhkan ketersediaan lahan yang mencukupi. Namun karena luas lahan kosong/lahan yang belum termanfaatkan untuk berbagai kepentingan relatif terbatas maka langkah yang paling banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lahan untuk industri dan perumahan adalah alih fungsi lahan pertanian.   

Penurunan luas lahan pertanian tentu membawa dampak langsung bagi para petani. Semakin lama semakin banyak petani yang kehilangan lahan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian dan semakin banyak pula petani yang mengalami penurunan penguasaan lahan pertanian (lahan pertanian yang dikuasi semakin sempit). 

Kondisi tersebut tentu berdampak pula pada tingkat kesejahteraan keluarga petani. Hilangnya usaha di sektor pertanian atau semakin sempitnya lahan yang dibudiyakan untuk usaha tani akan menyebabkan terjadinya penurunan penghasilan yang bisa dimanfaatkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  

Apabila kondisi tersebut dibiarkan berlangsung terus menerus maka tidak mustahil apabila keluarga petani yang kehilangan usaha di sektor pertanian atau keluarga petani yang lahan usaha taninya semakin menyempit akan jatuh dalam jurang kemiskinaan. Salah satu langkah solutif yang mungkin bisa dilaksanakan untuk mengatasi permasahalan tersebut adalah dengan mendorong keluarga-keluarga tersebut untuk melakukan diversifikasi usaha.

Namun menyadari kualitas sumber daya yang dimiliki oleh keluarga petani yang relatif terbatas maka kegiatan usaha lain, baik yang berfungsi sebagai usaha pengganti maupun usaha sampingan, tidak boleh terpisah dari dunia yang selama ini mereka tekuni. Karena selama ini yang mereka geluti adalah usaha di sektor agraris/pertanian maka alternatif usaha yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah jenis-jenis usaha yang masih berkaitan dengan dunia pertanian. Salah satu jenis usaha yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah usaha pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian yang selama ini mereka budidayakan.

Pengembangan usaha pengolahan makanan berbahan baku produk pertanian yang selama ini dihasilkan akan memiliki kesempatan lebih luas untuk berkembang karena usaha tersebut tidak perlu dilakukan dari titik nol. Keluarga petani di Jawa telah memiliki modal untuk mengembangkan usaha pengolahan makanan, khususnya modal pengetahuan terkait teknik untuk pengolahan makanan berbahan baku produk lokal. Hal itu karena, pada umumnya keluarga petani di Jawa selain memanfaatkan hasil usaha pertanian untuk dijual di pasar, mereka juga memiliki kebiasaan untuk mengolah produk usaha pertanian yang dijalankan menjadi aneka jenis makanan meski hanya untuk dikonsumsi sendiri.

Faktor lain yang bisa mendukung terjadinya perkembangan usaha pengolahan makanan berbahan baku lokal adalah adanya modal sosial di kalangan masyarakat petani. Modal sosial tersebut antara lain berwujud kebiasaan saling tolong antar keluarga petani, dan ikatan/tali persaudaran yang masih erat di antara mereka. Kebiasaan untuk saling tolong menolong akan sangat berguna untuk mengatasi persoalan/kendala yang muncul pada saat mereka mulai merintis usaha.

Berkat adanya kebiasaan saling tolong maka keterbatasan modal usaha yang dimiliki oleh sebuah keluarga petani bisa diatasi dengan meminjam dahulu kepada keluarga yang lain. Ketika mereka belum memiliki alat untuk melakukan kegiatan produksi dan mereka tidak memiliki uang untuk membelinya, maka mereka bisa meminjam alat tersebut kepada tetangga. Demikian pula ketika mereka belum memiliki bahan baku yang bisa diolah untuk menjalankan usaha tersebut maka mereka bisa meminjam bahan baku ke tetangga atau ke warung yang ada di desa tersebut.

Eratnya tali persaudaraan di antara mereka, bahkan dengan saudara yang sudah merantau ke luar daerah bisa dimanfaatkan untuk merintis dan mengembangkan jaringan pemasaran produk yang dihasilakan sehingga produk mereka bukan hanya dipasarkan di pasar lokal tetapi juga ke pasar luar daerah.

Untuk memacu agar kegiatan diversifikasi usaha bagi keluarga petani yang kehilangan sumber penghidupan akibat hilangnya lahan usaha yang selama ini dpakai untuk menjalankan usaha tani, dan bagi keluarga petani yang mengalami penurunan luas lahan pertanian yang digunakan untuk menjalankan usaha tani maka perlu ada dorongan dari semua pihak, khususnya dari dinas/instansi terkait. Dorongan tersebut bisa berupa pelaksanaan program pelatihan peningkatan ketrampilan dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi aneka produk makanan, pemberian dukungan permodalan, pendampingan dalam pengelolaan usaha (manajemen) dan pendampingan dalam bidang pemasaran.

Melalui berbagai program tersebut maka diharapkan mereka dapat mengembangkan usaha pengolahan makanan dengan baik sehingga akhirnya memiliki sumber penghasilan baru atau menndapatkan penghasilan tambahan dari usaha tersebut. Adanya sumber penghasilan baru/peningkatan penghasilan akan menyebabkan kesejahteraan rumah tangga petani menjadi semakin kuat dan akhirnya bisa terlepas jerat kemiskinan.


Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi semakin sempitnya ketersediaan lahan adalah

Lihat Humaniora Selengkapnya