Allah sendiri yang memelihara semua ciptaannya karena Allah adalah

Allah sendiri yang memelihara semua ciptaannya karena Allah adalah

Setelah Allah menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, Allah juga memelihara semua yang telah diciptakan-Nya itu (Kol. 1:17). Bahkan setelah manusia jatuh ke dalam dosa sekalipun, Allah tetap memelihara semua ciptaan-Nya.

Burung yang terbang dengan bebas, bisa membuat sarangnya sendiri, bisa hidup tanpa diberi makan, karena Allah yang memelihara. Bunga bakung bisa tumbuh di mana saja, tidak perlu disiram air ataupun diberi pupuk, karena Allah yang memeliharanya. Apalagi manusia, tentu saja Allah memelihara kita. Allah memelihara kita melalui orang tua kita. Kita bisa sekolah, bisa makan, mempunyai tubuh yang sehat, diberi kemampuan belajar, dan lain-lain. Semuanya itu ada karena Allah yang memelihara. Percayakah anak-anak? Maukah kita mengucap syukur karena Allah sudah memelihara kita?

Oleh Ustadz Ibnu Rochi Syakiran

Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu (QS. Hud: 57). Kemudian Allah berfirman dalam Qur’an Surat Asy-Syuura Ayat 6, “Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.”

Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu (QS. Saba: 21)

Arti Al Hafizh dalam bahasa adalah menjaga dari kehancuran, sangat teliti tidak pernah lupa, dan bertanggung jawab. Adapun bentuk-bentuk penjagaan dari Allah SWT diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Allah menjaga semua amal ibadah hambanya. Allah mengutus para malaikat untuk mencatat semua amal ibadah yang hamba-nya lakukan. Disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad bahwa: “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai malaikat yang bergiliran menjaga manusia di siang dan malam hari, mereka berkumpul di waktu fajar dan di waktu ashar, dan naik ke langit, dan Allah bertanya kepada mereka (sedangkan Allah Maha Mengetahui) bagaimana engkau tinggalkan hambaKu? Mereka menjawab: kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan kami datangi mereka masih dalam keadaan shalat.”

Kedua, menjaga pendengaran dan penglihatan manusia agar bisa bersaksi di hari kiamat. Dalam Qur’an Surat Fushilat Ayat 20, Allah berfirman: “Sampai ketika mereka mendatangi neraka, pendengaran, penglihatan mereka menjadi saksi atas apa yang mereka perbuat.”

Ketiga, Allah menjaga hamba-Nya dari sesuatu yang dibenci (musibah). Allah sudah menjamin bahwa tidak ada satu jiwapun yang tanpa penjaga. “Sesungguhnya setiap jiwa pasti akan dikirimkan penjaganya.” (QS. At-Tariq: 4). Baginya malaikat yang saling bergantian menjaga (manusia) dari depan dan dari belakang, sesuai dengan perintah Allah SWT (QS. Ar Ra’d: 11). Bentuk penjagaan Allah melalui malaikat, di antaranya: menjaga bayi dalam kandungan, menjaga anak-anak dari musibah, menjaga manusia saat tertidur, menjaga agar organ tubuh manusia berjalan sesuai dengan fungsinya.

Keempat, Allah menjaga langit dan bumi. Allah berfirman dalam Qur’an Surat Fathir Ayat 41, “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” KursiNya seluas langit dan bumi, dan bagi Allah SWT tidak merepotkanNya untuk menjaga langit dan bumi, Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung (QS. Al Baqarah: 255).

Kelima, Allah menjaga rizki manusia. “Dan setiap makhluk yang ada di muka bumi, mereka tidak membawa rizkinya sendiri, Allahlah yang memberi mereka rizkinya dan rizkimu, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al ankabut: 60)

Nas : Kej 45:5

Ayat: "Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu."

Setelah Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi (Kej 1:1), Ia tidak meninggalkan dunia berjalan sendiri. Sebaliknya, Ia terus terlibat di dalam kehidupan umat-Nya dan di dalam pemeliharaan ciptaan-Nya. Allah bukanlah seperti seorang ahli pembuat jam yang membuat bumi, menjalankannya, dan kini membiarkannya berjalan sendiri; Ia adalah Bapa penuh kasih yang senantiasa memelihara apa yang telah diciptakan-Nya. Perhatian Allah yang terus-menerus atas ciptaan dan umat-Nya secara doktrin disebut pemeliharaan Allah.

ASPEK-ASPEK PEMELIHARAAN.

Setidak-tidaknya terdapat tiga aspek pemeliharaan Allah.

  1. 1) Pelestarian. Dengan kuasa-Nya Allah melestarikan dunia yang diciptakan-Nya. Pengakuan Daud itu jelas, "Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan (versi Inggris NIV -- peliharakan), ya Tuhan" (Mazm 36:7). Kuasa Allah yang melestarikan terlaksana melalui Putra-Nya Yesus Kristus, sebagaimana ditegaskan oleh Paulus dalam Kol 1:17, "Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia." Oleh kuasa Kristus partikel hidup yang terkecil pun dipersatukan.
  2. 2) Penyediaan. Allah bukan saja melestarikan bumi yang diciptakan-Nya, tetapi Ia juga menyediakan apa yang diperlukan oleh ciptaan-Nya itu. Ketika Allah menciptakan bumi, Ia menciptakan musim (Kej 1:14) dan memberi makan manusia dan hewan (Kej 1:29-30). Setelah air bah menghancurkan bumi, Allah memperbaharui janji penyediaan ini dengan berfirman, "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam" (Kej 8:22). Beberapa mazmur menegaskan kebaikan Allah dalam menyediakan kebutuhan bagi makhluk-makhluk ciptaan-Nya (mis., Mazm 104:1-35; 145:1-21). Allah sendiri menyatakan kuasa-Nya untuk menciptakan dan memelihara kepada Ayub (pasal Ayub 38:1-41:34), dan Yesus mengatakan dengan tegas bahwa Allah menyediakan kebutuhan burung- burung di udara dan bunga-bunga bakung di padang (Mat 6:26-30; 10:29). Pemeliharaan-Nya menyediakan bukan saja kebutuhan jasmaniah manusia, tetapi juga kebutuhan rohaninya (bd. Yoh 3:16-17). Alkitab menyatakan bahwa Allah menunjukkan kasih dan perhatian khusus bagi umat-Nya, yang masing-masing pribadi dihargai-Nya (mis. Mazm 91:1-16;

    lihat cat. --> Mat 10:31).

    [atau --> Mat 10:31]

    Paulus menulis dengan tegas kepada jemaat di Filipi, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus"

    (lihat cat. --> Fili 4:19).

    [atau --> Fili 4:19]

    Menurut rasul Yohanes, Allah menginginkan agar umat-Nya "baik-baik dan sehat-sehat saja" dan beres segala sesuatunya

    (lihat cat. --> 3Yoh 1:2).

    [atau --> 3Yoh 1:2]

  3. 3) Pemerintahan. Di samping pelestarian dan penyediaan kebutuhan ciptaan-Nya, Ia juga memerintah dunia ini. Karena Allah berdaulat, peristiwa-peristiwa dalam sejarah terjadi menurut kehendak-Nya yang mengizinkan dan pengawasan-Nya; kadang-kadang Ia turun tangan langsung melaksanakan maksud-maksud penebusan-Nya(lih. art. KEHENDAK ALLAH).Sekalipun demikian, hingga Allah menyelesaikan sejarah, Ia telah membatasi kuasa dan kepemimpinan-Nya atas dunia ini. Alkitab mengatakan bahwa Iblis adalah "ilah zaman ini" (2Kor 4:4) dan menjalankan penguasaan yang cukup besar pada zaman yang jahat ini

    (lihat cat. --> 1Yoh 5:19;

    [atau --> 1Yoh 5:19]

    bd. Luk 13:16; Gal 1:4; Ef 6:12; Ibr 2:14). Dengan kata lain, dunia kini tidak tunduk kepada kuasa pengaturan Allah, tetapi sedang memberontak terhadap Dia dan diperbudak oleh Iblis. Akan tetapi, perhatikan bahwa pembatasan diri pada pihak Allah ini hanya bersifat sementara; pada saat yang telah ditentukan dalam hikmat-Nya, Ia akan membinasakan Iblis dan semua kekuatan kejahatan (pasal-pasalWahy 19:1-20:15).

PEMELIHARAAN ALLAH DAN PENDERITAAN MANUSIA.

Penyataan alkitabiah menunjukkan bahwa pemeliharaan Allah bukan sebuah doktrin abstrak, tetapi berlaku untuk kehidupan sehari-hari di dalam dunia yang jahat dan berdosa.

  1. 1) Setiap orang mengalami penderitaan di dalam hidupnya dan pasti bertanya, "Mengapa?" (bd. Ayub 7:17-21; Mazm 10:1; 22:2; 74:11-12; Yer 14:8-9,19). Pengalaman-pengalaman semacam itu menimbulkan persoalan tentang kejahatan dan tempatnya dalam rencana Allah.
  2. 2) Allah mengizinkan manusia mengalami akibat-akibat dosa yang masuk ke dalam dunia melalui kejatuhan Adam dan Hawa. Yusuf, misalnya, banyak menderita akibat iri hati dan kekejaman kakak-kakaknya. Ia dijual sebagai budak dan menjadi budak Potifar di Mesir (Kej 37:1-36; Kej 39:1-23). Sekalipun hidup dengan takut akan Allah di Mesir, ia secara tidak adil dituduh melakukan kebejatan, dijebloskan ke dalam penjara (Kej 39:1-23) dan berada di situ sepanjang dua tahun lebih (bd. Kej 40:1-41:14). Allah dapat mengizinkan penderitaan karena perbuatan-perbuatan jahat sesama manusia, sekalipun Ia dapat mengatasi perbuatan-perbuatan itu supaya melaksanakan kehendak-Nya. Berdasarkan kesaksian Yusuf, Allah bekerja melalui dosa saudara- saudaranya untuk memelihara hidup (Kej 45:5; 50:20).
  3. 3) Bukan saja kita menderita karena akibat dosa orang lain, kita juga mengalami penderitaan sebagai akibat perbuatan dosa kita sendiri. Misalnya, dosa kebejatan dan perzinaan sering kali mengakibatkan kehancuran pernikahan dan keluarga. Dosa kemarahan tak terkendali terhadap orang lain dapat mengakibatkan cedera serius atau bahkan kematian salah satu pihak. Dosa keserakahan dapat mengakibatkan hukuman penjara bagi seorang yang mencuri atau menggelapkan uang.
  4. 4) Penderitaan juga terjadi di dunia karena Iblis, ilah zaman ini, diizinkan melakukan pekerjaannya dengan membutakan pikiran orang tidak percaya dan menguasai kehidupan mereka (2Kor 4:4; Ef 2:1-3). PB penuh dengan contoh orang-orang yang menderita karena setan-setan yang menganiaya mereka dengan penyakit mental (mis., Mr 5:1-14) atau dengan penyakit jasmani (Mat 9:32-33; 12:22; Mr 9:14-22; Luk 13:11,16;

    lih. art.KUASA ATAS IBLIS DAN SETAN-SETAN).

Mengatakan bahwa Allah mengizinkan penderitaan tidak berarti bahwa Allah menyebabkan semua kejahatan yang kita alami di dunia ini, atau bahwa Dia secara pribadi menetapkan semua tragedi dalam kehidupan ini. Allah tidak pernah menyebabkan kejahatan atau ketidaksalehan (Yak 1:13). Sekalipun demikian, kadang-kadang Ia mengizinkannya terjadi, mengarahkannya dan menguasainya supaya mengerjakan kehendak-Nya, melaksanakan maksud penebusan-Nya, dan di dalam segala sesuatu mendatangkan yang baik bagi mereka yang setia kepada-Nya

(lihat cat. --> Mat 2:13;

lihat cat. --> Rom 8:28;

[atau --> Mat 2:13; Rom 8:28]

lih. art.PENDERITAAN ORANG BENAR).

HUBUNGAN KITA DENGAN PEMELIHARAAN ALLAH.

Supaya kita dapat mengalami pemeliharaan Allah dalam kehidupan kita, Alkitab menyatakan bahwa kita mempunyai beberapa tanggung jawab.

  1. 1) Kita harus taat kepada Allah dan kehendak-Nya yang telah dinyatakan. Misalnya, dalam hal Yusuf, jelaslah bahwa karena ia menghormati Allah dengan hidupnya yang taat, Allah menghormatinya dengan menyertainya (lih. Kej 39:2-3,21,23). Demikian pula, supaya Yesus sendiri mengalami perlindungan Allah dari maksud raja Herodes untuk membunuhnya, orang-tuanya harus menaati Allah dan lari ke Mesir

    (lihat cat. --> Mat 2:13).

    [atau --> Mat 2:13]

    Mereka yang takut akan Allah dan mengakui Dia di dalam semua perbuatannya memiliki janji bahwa Allah akan meluruskan jalan-jalan mereka (Ams 3:5-7).
  2. 2) Di dalam pemeliharaan-Nya, Allah mengarahkan hal ihwal gereja dan setiap kita selaku hamba-Nya. Kita harus senantiasa hidup sesuai dengan kehendak-Nya bagi kehidupan kita sementara melayani Dia dan melayani sesama atas nama-Nya (bd. Kis 18:9-10; 23:11; 26:15-18; 27:22-24).
  3. 3) Kita harus mengasihi Allah dan tunduk kepada-Nya dengan iman kepada Kristus jikalau kita ingin Ia mendatangkan kebaikan bagi kita di dalam segala sesuatu

    (lihat cat. --> Rom 8:28).

    [atau --> Rom 8:28]

  4. 4) Untuk mengalami pemeliharaan Allah di tengah-tengah penderitaan, kita harus senantiasa berseru kepada-Nya di dalam doa dan iman yang tekun. Melalui doa dan kepercayaan, kita mengalami damai sejahtera Allah (Fili 4:6-7), kita menerima kekuatan dari Tuhan (Ef 3:16; Fili 4:13), dan kita menerima rahmat, kasih karunia, dan pertolongan Allah pada waktunya (Ibr 4:16;

    lihat cat. --> Fili 4:6).

    [atau --> Fili 4:6]

    Doa-doa iman semacam itu dapat dipanjatkan untuk diri sendiri atau untuk orang lain (lih. Rom 15:30-32;

    lihat cat. --> Kol 4:3;

    [atau --> Kol 4:3]

    lih. art.DOA SYAFAAT).

Artikel yang terkait dengan Matius: