Alat dan bahan pembuatan patung Budha tidur

BOGOR - Patung Buddha tidur yang berada di Vihara Dharma Buddha memang layak menjadi salah satu kebanggaan umat Buddha. Terlebih lagi proses pembuatannya yang tidak sembarangan dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pendiri sekaligus pembina Vihara Buddha Dharma, Ade Utju Dhanu, mengatakan, proses yang paling sulit dalam pembuatan patung Buddha tidur adalah pada bagian wajah.

"Yang paling sulit adalah bagian wajah. Saya sampai harus rombak lima kali untuk membuat wajahnya," kata dia saat ditemui Okezone di Vihara Buddha Dharma, Jalan Kampung Jati RT 02 RW 06 Desa Tonjong, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor.

Dalam mengerjakan desain wajah, ia mendapat petunjuk melalui mimpi yakni bertemu dengan Sang Buddha. Dirinya kemudian langsung menuangkan mimpi tersebut ke sebuah gambar untuk dijadikan desain pembuatan patung.

Dalam mimpi, Ade melihat Sang Buddha tersenyum, dan itulah yang menjadi ciri khas dari patung Buddha buatannya di Bandung dengan patung Buddha di daerah lain.

"Pernah ada orang Belanda datang ke sini, dan ia bilang kalau wajah patung Buddha di sini lebih sempurna dibanding di daerah lain," tambah Ade.

Selain itu, senyum yang terpancar pada wajah patung Buddha tersebut juga terlihat berbeda. Pernah suatu hari saat ia tengah emosi, kemudian duduk di hadapan patung dan menatap wajah patung Buddha. Suasana hati yang tadinya panas berubah menjadi tenang setelah beberapa saat menatap wajah patung Buddha tersebut.

"Dari wajahnya memang memancarkan ketenangan dan kedamaian. Tak aneh makanya bila pembuatan wajahnya tidak boleh sembarangan dan sangat rumit," ungkapnya.

Patung sepanjang 18 meter dan tingg 5 meter ini merupakan patung Buddha terbesar di Bogor, dan bahkan disebut-sebut terbesar di Jawa Barat. Patung Buddha dengan posisi tidur menghadap ke kanan dengan kepala yang ditadah dengan telapak tangan kanan.

Mata yang terpejam dan senyum yang terpancar di wajahnya melambangkan ketenangan dan kedamaian. Posisi Buddha tertidur ini melambangkan meditasi Sang Buddha saat mendapat pencerahan.

patung Buddha tidur ini dibangun pada 2010 bersamaan juga dengan viharanya. "Pembangunan patung butuh waktu tujuh tahun. Sangat sulit memang untuk membuat patung Budha dengan posisi tidur ini," ujar Ade.

Ia melanjutkan, butuh batu kali sebanyak 15 truk dan 500 sak semen untuk membuat patung Buddha tidur tersebut. Sebab di dalam bangunan patung Buddha tersebut sangat padat dan tidak kosong. Hal ini bertujuan agar patung Buddha tersebut kukuh dan tidak mudah rusak. Untuk bantalan patung juga sangat ia perhitungkan. Ia buat sekukuh mungkin agar kuat menahan bebang patung Buddha tidur tersebut.

Umat Buddha di Mojokerto mulai melakukan berbagai persiapan untuk merayakan Waisak yang jatuh Minggu (19/5).

Salah satunya dengan menggelar tradisi memandikan patung Buddha tidur raksasa di Maha Vihara Mojopahit. Patung ini menjadi yang terbesar di Indonesia.

Sejumlah pria berkaus putih nampak sibuk di atas patung Buddha tidur. Menggunakan spons busa dan air sabun, mereka menggosok setiap bagian patung raksasa ini. Pria lainnya membilas bagian patung yang sudah digosok dengan selang air.

"Tradisi memandikan patung Buddha tidur ini sebagai persiapan Waisak. Filosofinya kepada pribadi manusia. Setiap akan membersihkan kegiatan-kegiatan ritual kita membersihkan diri, baik lahir maupun batin," kata Pandita Maha Vihara Mojopahit Sariyono kepada wartawan di lokasi, Jumat (17/5).

Patung Buddha tidur ini berada di dalam kompleks Maha Vihara Mojopahit di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan. Letaknya persis di sebelah selatan gedung Sasono Bhakti.

Patung yang dibangun tahun 1993 oleh Yayasan Lumbini ini masih menjadi yang terbesar di Indonesia. Patung Buddha ini mempunyai dimensi panjang 22 meter, lebar 6 meter, serta tinggi 4,5 meter. Meski berwarna emas, patung ini terbuat dari cor beton.

Pembangunannya sendiri diinisiasi oleh Bhikkhu Viriyanadi Maha Tera sekitar 4 tahun setelah Maha Vihara Mojopahit selesai dibangun. Tak tanggung-tanggung, pembuatan patung Buddha raksasa ini melibatkan para seniman dari Solo, Jateng dan seniman lokal Trowulan. Patung yang awalnya putih, tahun 1999 dicat menggunakan warna emas.

"Karena warna emas simbol dari kemuliaan," ujar Pandita Sariyono seperti dilansir detik. Sariyono menjelaskan, patung Buddha tidur atau sleeping Budhist ini adalah sosok Siddharta Gautama atau Budha Gautama. Menurut dia, sesungguhnya patung raksasa ini menggambarkan detik-detik wafatnya Buddha Gautama. Dalam ajaran Buddha, posisi ini disebut Budha Mahaparinibbana.

"Wafatnya memang dengan posisi seperti saat beliau tidur sehari-hari, yaitu miring ke kanan," ungkapnya.

Sariyono mengisahkan, Buddha Gautama lahir dengan nama Siddharta Gautama di Taman Lumbini, India sekitar tahun 623 sebelum masehi (SM). Dia merupakan putra mahkota dari Kerajaan Kosala, yaitu kerajaan kuno di India. Siddharta lantas mendapatkan pencerahan di hutan gaya saat bertapa di bawah pohon bodhi tahun 588 SM. Sang Budha wafat pada usia 80 tahun di Kusinara, India. Peristiwa kelahiran, mendapatkan pencerahan dan wafatnya Sang Buddha rutin diperingati sebagai Hari Raya Waisak.

"Waktu ketiga peristiwa itu sama, yaitu pada purnama sidi di bulan Waisak," terang Pandita Sariyono. Selain Buddha tidur, patung-patung lainnya di dalam kompleks Maha Vira Mojopahit juga dibersihkan untuk menyambut Waisak. Jumlahnya lebih dari 20 patung.

Pandita Sariyono menambahkan, purnama sidhi pada perayaan Waisak tahun ini jatuh Minggu (19/5) pukul 04.11 WIB. Umat Buddha akan menggelar upacara keagaaman di Maha Vihara Mojopahit sejak pukul 02.30 WIB. Mulai dari pradaksina atau mengelilingi lingkungan vihara, hingga meditasi pada detik-detik purnama sidhi. "Saat detik-detik purnama sidhi itu kami meditasi karena menjadi momen paling sakral," tandasnya. *