Bung Karno saat menghadiri rapat raksasa menyambut Proklamasi Kemerdekaan R.I di Lapangan Ikada Jakarta (Lapangan Monas), 19 September 1945
Daftar Isi
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Rapat Raksasa Lapangan Ikada adalah peristiwa pemberian pidato singkat dari Presiden Soekarno di hadapan ribuan rakyat indonesia di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta). Rapat raksasa yang terjadi pada 19 September 1945 ini dilaksanakan dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Dalam rapat raksasa ini juga dilaksanakan rapat umum yang dipelopori oleh Komite Van Aksi. Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda mengadakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Lokasi Lapangan Ikada saat ini berada di sebelah selatan Lapangan Monas. (1) Baca: Suishintai (Barisan Pelopor) Baca: Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Ir Soekarno-Mohammad Hatta. (Arsip Nasional RI) (Arsip Nasional RI)Situasi setelah Kemerdekaan Tidak ada yang berubah pada kehidupan masyarakat pascaproklamasi. Hal itu terlihat dari masih adanya penayangan film-film buatan Jepang atau yang berbau tentara Jepang di bioskop. Pertunjukan tinju juga masih terus diadakan serta kegiatan lotre saat itu juga masih tetap berjalan. Masyarakat pun masih menggunakan penanggalan tahun Jepang lantaran tertulis 2605 untuk penyebutan tahun 1945. Selain itu, suasana dalam masyarakat melempem lantaran pimpinan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia dianggap kurang tegas. Pemuda menilai Soekarno-Hatta masih ragu dalam memimpin karena masih memperhitungkan sikap pembesar-pembesar Jepang yang sudah kalah perang. Soekarno sendiri memilih untuk menunggu kedatangan Sekutu, sehingga tidak ada pergerakan dari dirinya. Aksi dan Gagasan Pemuda Merasa resah melihat hal tersebut, para pemuda kemudian mulai melancarkan berbagai kegiatan untuk mengubah situasi. Lalu muncullah beberapa kelompok dan pusat gerakan pemuda yang kemudian melahirkan Angkatan Pemuda Indoensia (API). Mereka melancarkan aksinya dengan mencoret-coret dan menuliskan semboyan perjuangan di tembok, kereta api, trem, hingga merebut senjara dan kendaraan dari Jepang. Tak lama setelahnya, Inggris bersama beberapa orang Belanda datang. Merasa sangat geram, pemuda mencetuskan ide untuk menyelenggarakan rapat raksasa di Ikada untuk memperkenalkan Pemerintah Republik Indonesia di muka umum serta menunjukkan kepada penjajah bahwa Indonesia sudah benar-benar merdeka. Awalnya, Soekarno tidak menyetujui gagasan tersebut, namun, melihat banyaknya rakyat yang datang ke Ikada, Soekarno akhirnya memutuskan datang. Ia bersama Hatta dengan diiringi oleh berbagai mobil dan motor untuk berjaga-jaga dari serangan Jepang. Bahkan, mereka menggunakan mobil Kempeitaicho, yaitu mobil Kepala Polisi Militer Jepang, agar dapat masuk ke lapangan Ikada. Dalam lautan manusia itu, Soekarno menyampaikan kepada rakyat yang hadir untuk terus percaya kepada pemerintah dan segera pulang meninggalkan lapangan dengan menunggu perintah dalam keadaan siap sedia. Setelah berpidato, Soekarno langsung meninggalkan lapangan Ikada, sementara masyarakat yang hadir segera membubarkan diri dengan tertib. Rapat ini menjadi bukti bahwa rakyat benar-benar patuh kepada pemerintah yang melaksanakan kehendak rakyat. Rapat tersebut menunjukkan persatuan pemuda, mahasiswa, dan rakyat dalam tekad hendak membela kemerdekaan terhadap serangan penjajah. (2) Baca: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Baca: Stadion Sumpah Pemuda Pada tanggal 20 September 1945, yakni sehari seusai diadakannya Rapat Raksasa, daerah Menteng 31 yang menjadi pusat perkumpulan gerakan pemuda digrebek oleh Jepang. Puluhan anggota API, anggota Barisan Buruh Indonesia, serta anggota Barisan Rakyat dari luar kota ditangkap oleh Jepang yang bekerja sebagai polisi Sekutu. Beberapa pasukan sekutu turut menyusul untuk datang ke Indonesia saat perjuangan rakyat sedang meninggi. Rakyat akhirnya mampu mengoper kekuasaan dari Jepang dan merebut senjata Jepang. Hal ini membuktikan betapa berpengaruhnya Rapat Raksasa di Ikada tanggal 19 September tersebut dalam mengobarkan semangat kemerdekaan rakyat Indonesia. (2) Baca: Gedung Joang 45 Jakarta Baca: Gedung Arsip Nasional Makna yang diperoleh dari terselenggarakannya Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada 19 September 1945, antara lain sebagai berikut. • Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat. • Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat. • Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri. • Rakyat mendukung pemerintah yang baru terbentuk, yang tercermin dari kepatuhan rakyat melaksananakn setiap instruksi dari pimpinan. (1) Baca: Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Baca: Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) (TribunnewsWiki.com/Septiarani)
Editor: Febri Ady Prasetyo Rapat Raksasa Lapangan Ikada terjadi pada 19 September 1945, ketika Sukarno memberikan pidato singkat di depan ribuan rakyat di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Di beragam tempat, penduduk dengan dipelopori para pemuda mengadakan rapat dan demonstrasi kepada membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 diterapkan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas. ArtiArti rapat raksasa di Lapangan Ikada diantaranya kepada berikut:
Pranala luar
edunitas.com Page 2Rapat Raksasa Lapangan Ikada terjadi pada 19 September 1945, ketika Sukarno memberikan pidato singkat di depan ribuan rakyat di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Di beragam tempat, penduduk dengan dipelopori para pemuda mengadakan rapat dan demonstrasi kepada membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 diterapkan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas. ArtiArti rapat raksasa di Lapangan Ikada diantaranya kepada berikut:
Pranala luar
edunitas.com Page 3Ronggo adalah nama suatu posisi dalam suatu pemerintahan afdeeling pada masa kolonial Hindia Belanda terdapat di Kalimantan dan Jawa, aci-aci posisi ronggo pada Afdeeling Bandjermasin sekitar tahun 1899 dipegang oleh Kiahi Mas Djaja Samoedera (EYD: Kiai Mas Jaya Samudera). Bangun kepemimpinannya Afdeeling Banjarmasin adalah:
PangkatPangkat yang pernah dipakai dalam bekas wilayah negara dependensi Kesultanan Banjar di bawah pemerintahan Hindia Belanda dari yang tertinggi sampai yang d ibawahnya.[2]
Catatan kakiedunitas.com Page 4Ronggo adalah nama suatu posisi dalam suatu pemerintahan afdeeling pada masa kolonial Hindia Belanda terdapat di Kalimantan dan Jawa, aci-aci posisi ronggo pada Afdeeling Bandjermasin sekitar tahun 1899 dipegang oleh Kiahi Mas Djaja Samoedera (EYD: Kiai Mas Jaya Samudera). Bangun kepemimpinannya Afdeeling Banjarmasin adalah:
PangkatPangkat yang pernah dipakai dalam bekas wilayah negara dependensi Kesultanan Banjar di bawah pemerintahan Hindia Belanda dari yang tertinggi sampai yang d ibawahnya.[2]
Catatan kakiedunitas.com Page 5Ronggo adalah nama suatu posisi dalam suatu pemerintahan afdeeling pada masa kolonial Hindia Belanda terdapat di Kalimantan dan Jawa, aci-aci posisi ronggo pada Afdeeling Bandjermasin sekitar tahun 1899 dipegang oleh Kiahi Mas Djaja Samoedera (EYD: Kiai Mas Jaya Samudera). Bangun kepemimpinannya Afdeeling Banjarmasin adalah:
PangkatPangkat yang pernah dipakai dalam bekas wilayah negara dependensi Kesultanan Banjar di bawah pemerintahan Hindia Belanda dari yang tertinggi sampai yang d ibawahnya.[2]
Catatan kakiedunitas.com Page 6Ronggo adalah nama suatu posisi dalam suatu pemerintahan afdeeling pada masa kolonial Hindia Belanda terdapat di Kalimantan dan Jawa, aci-aci posisi ronggo pada Afdeeling Bandjermasin sekitar tahun 1899 dipegang oleh Kiahi Mas Djaja Samoedera (EYD: Kiai Mas Jaya Samudera). Bangun kepemimpinannya Afdeeling Banjarmasin adalah:
PangkatPangkat yang pernah dipakai dalam bekas wilayah negara dependensi Kesultanan Banjar di bawah pemerintahan Hindia Belanda dari yang tertinggi sampai yang d ibawahnya.[2]
Catatan kakiedunitas.com |