20 Soal tentang Isi dan Citraan Puisi. Puisi adalah salah satu karya sastra yang sering dipelajari di bangku sekolah. Banyak puisi yang menggunakan kata kias sehingga harus bisa dianalisis dan diterjemahkan isinya. Dalam memahami puisi, pembaca harus memiliki banyak kosa kata. Tak jarang, materi puisi menjadi momok bagi para pelajar. Nah, dapurImajinasi kali ini memosting soal tentang puisi. Berikut adalah 20 soal tentang isi dan citraan puisi beserta kunci jawabannya. 1. Perhatikan penggalan puisi berikut!
Penggalan puisi tersebut menggambarkan apa? Jawaban: Hari kiamat 2. Perhatikan puisi berikut!
Pencitraan apakah yang digunakan dalam puisi tersebut! Jawaban: Citraan penglihatan Petikan puisi berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 3-5!
3. Tentukan tema petikan puisi tersebut! Jawaban: Kematian 4. Tentukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi! Jawaban: Sedih 5. Tentukan indra yang digunakan dalam petikan puisi tersebut! Jawaban: - Indra pendengaran - Indra penglihatan 6. Sebutkan larik pada petikan puisi berikut yang menggunakan citraan gerak sekaligus pendengaran!
Jawaban: berlari mengetuk jendela-jendela. jam berdetak 7. Tentukan larik-larik pada puisi berikut yang menggunakan citraan gerak!
Jawaban: - kerumun orang membelah arah - menyisiri sisa letih - dari lompatan cemas yang dingin 8. Tunjukkan larik-larik puisi berikut yang menggunakan citraan penciuman!
Jawaban: - tidur-tiduran menunggu esok pagi yang semerbak - dengan aroma daging cincang 9. Perhatikan puisi berikut!
Jawaban: Citraan pendengaran, penglihatan, dan gerak Petikan puisi berikut digunakan untuk menjawab soal 10-11!
10. Tentukan isi puisi tersebut! Jawaban: Isi puisi tersebut menceritakan tentang kematian 11. Tentukan citraan yang terdapat dalam petikan puisi di atas! Jawaban: Citraan penglihatan dan gerak Puisi berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 12-13!
12. Apa maksud puisi di atas! Jawaban: Doa ibu menjadi restu untuk meraih cita di masa depan. Doa ibu adalah doa yang mustajab. 13. Tentukan realitas kehidupan yang terdapat dalam puisi di atas! Jawaban: Realitas sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, adalah keluarga. Banyak orang yang jarang meminta restu/doa dari ibunya, padahal doa ibu adalah doa yang mustajab. 14. Sebutkan realitas kehidupan pada petikan puisi berikut!
Jawaban: Realitas alam. Puisi di atas menceritakan seseorang yang duduk di beranda rumah dan mengamati halaman ketika sedang turun hujan. Ketika itu, orang tersebut merindukan seseorang. Puisi berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 15-17!
15. Kata tikus dalam puisi tersebut melambangkan …. Jawaban: Penjahat 16. Puisi tersebut mengungkapkan …. Jawaban: Keadaan sosial masyarakat di Jakarta 17. Tentukan realitas yang terkandung dalam petikan puisi di atas! Jawaban: Kehidupan masyarakat. Masyarakat Jakarta sangat heterogen karena banyak orang dari berbagai daerah yang berurbanisasi ke Jakarta. Beberapa orang yang terdesak kebutuhan ekonomi, akhirnya banyak yang melakukan tindakan kriminal di Jakarta. Puisi berikut digunakan untuk menjawab soal nomor 18-20!
18. Apa maksud kata lindu pada puisi di atas? Jawaban: Gempa bumi 19. Apa yang diungkapkan puisi di atas? Jawaban: Puisi di atas mengungkapkan berbagai bencana yang membawa kesedihan bagi manusia. 20. Tentukan realitas yang terkandung dalam petikan puisi di atas! Jawaban: Realitas alam. Puisi di atas menggambarkan bencana alam yang sering melanda kehidupan manusia, seperti gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor, dan banjir.
Untuk memberikan gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana, untuk membuat lebih hidup dan menarik, dalam puisi penyair juga sering menggunakan gambaran angan. Gambaran angan dalam puisi ini disebut citraan (imagery) Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indera penglihatan). Citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran. Jenis/macam citraan (imaji) 1. Citraan penglihatan (visual imegery) Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat. Contoh: Nanar aku gila sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara dibalik tirai (Amir Hamzah, Padamu Jua) 2. Citraan pendengaran (auditory imagery) Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga). Contoh: Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku (Chairil Anwar, Sajak Putih) 3. Citraan perabaan (tactile imagery) Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya. Contoh: Kapuk randu, kapuk randu! Selembut tudung cendawan Kuncup-kuncup di hatiku Pada mengembang bermerkahan (WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja) 4. Citraan penciuman (olfactory) Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu. Contoh: Dua puluh tiga matahari Bangkit dari pundakmu Tubuhmu menguapkan bau tanah (WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima) 5. Citraan pencecapan (gustatory) Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya. Contoh: Dan kini ia lari kerna bini bau melati Lezat ludahnya air kelapa (WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima) 6. Citraan gerak (kinaesthetic imagery) Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya. Contoh: Pohon-pohon cemara di kaki gunung pohon-pohon cemara menyerbu kampung-kampung bulan di atasnya menceburkan dirinya ke kolam membasuh luka-lukanya (Abdulhadi, Sarangan) Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu: 1. Citraan perasaan Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair. Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya. Contoh: Alangkah pilu siutan angin menderai Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia (Toto Sudarto Bachtiar, Wajah) 2. Citraan intelektual Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual. Contoh: Bumi ini perempuan jalang yang menarik laki-laki jantan dan pertapa ke rawa-rawa mesum ini dan membunuhnya pagi hari (Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati) Contoh puisi yang banyak mengandung citraan terlihat berikut ini. DUKA CITA Yang memucat wajahnya merenungi kelabu dinding kamar yang ditinggal mati penghuninya sedang di luar anjing terdiam tak melihat kupu terbang menjatuhkan madu di lidahnya yang terasa getir Angin tidak bekerja ranting pohonan merunduk menyesali daun kering yang terlepas waktu perempuan berkerudung hitam melangkah di atas daunan berisik, menyayat hati burung yang pecah telurnya Tangan-tangan gadis yang pucat mukanya diam-diam meronce melati sambil mengusap air mata Di ujung desa jenazah sedang di sucikan (Kuntowijoyo) sumber : Pengkajian Puisi, Rachmad Djoko Pradopo, UGM Press |