Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.

Show

Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang dinamakan Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah dikenal dengan orbit berwujud elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi diproduksi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di kawasan terjauh yang berjauhan sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berlandaskan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, benar lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada semakin jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari sisa dari pembakaran dan partikel lain.

Asal usul

Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah diketengahkan para berbakat, beberapa di selangnya adalah:

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi

Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali diketengahkan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang semakin dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari sisa dari pembakaran, es, dan gas yang dinamakan nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya diproduksi menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Dampak gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berwujud nyaris melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali diketengahkan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk dampak demikianlah keadaanya bintang lain yang lewat cukup tidak jauh dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan diproduksi menjadi benda-benda mempunyai ukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya diproduksi menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali diketengahkan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Kondisi yang nyaris bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi diproduksi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu nyaris tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]

Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya diketengahkan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awal mulanya diketengahkan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang nyaris sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua dapat diteliti dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu ilmu dan teknologi pengamatan pada lima zaman lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak dapat diawasi melalui mata telanjang.

Karena teleskop Galileo dapat mengamati semakin tajam, beliau dapat melihat beragam perubahan wujud penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai dampak perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius sampai Saturnus.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada nyaris 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.

Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan persangkaan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori persangkaan inilah yang memungkinkan pencarian dan persangkaan benda-benda langit kemudian

Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Persangkaan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini benar yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.

Pada kala Pluto ditemukan, beliau hanya dikenal sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berlainan jauh dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin benar sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di selangnya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini dikenal juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun mempunyai ukuran semakin kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain semakin besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

Struktur

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya

Illustrasi skala

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5] Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup sekitar 90 persen massa selebihnya.[c]

Nyaris semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bagian edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat tidak jauh pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper kebanyakan memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika diteliti dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari melakukan usaha mengikuti wujud elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjauhan semakin tidak jauh dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya semakin kecil) memiliki tahun waktu yang semakin pendek. Pada orbit elips, jarak selang objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat selang objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya melakukan usaha tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet dapat dibilang nyaris berwujud lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berwujud elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak selang orbit yang sama selang satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak selang objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) semakin dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Nyaris semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang dinamakan satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran semakin besar dari planet. Nyaris semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang mengandung partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.

Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi diproduksi menjadi tiga kawasan. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada kawasan yang semakin jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berlainan tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8]

Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk dapat membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan kawasan sekitarnya.[8] Menurut ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di kawasan trans-Neptunus kebanyakan dinamakan "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.[8]

Ilmuwan berbakat planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama nyaris semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Beliau juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering dinamakan "es raksasa"), serta beragam benda kecil yang terletak di tidak jauh orbit Neptunus.[12]

Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, air, atau gas di beragam bagian Tata Surya.

Zona planet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling tidak jauh dengan planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya selang 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis selang 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.

Selang Mars dan Yupiter terdapat kawasan yang dinamakan sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau semakin. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, mempunyai ukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis selang 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.

Jarak rata-rata selang planet-planet dengan Matahari dapat diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak selang jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.

Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matahari diteliti dari spektrum sinar-X

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini mempunyai ukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk dapat mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam wujud radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang mempunyai ukuran tengahan, tetapi nama ini dapat menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang benar di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang semakin panas akan semakin cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dituturkan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang semakin cemerlang dan semakin panas dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang semakin redup dan dingin adalah umum.[13]

Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Kala ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]

Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk semakin kesudahan pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung semakin banyak unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang semakin berat ini.

Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang semakin tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]

Medium antarplanet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lembar arus heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar sekitar pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini dinamakan medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar arus heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Ajang magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki ajang magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi selang angin surya dan ajang magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat diteliti tidak jauh kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga memerankan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Ajang magnet planet-planet menambah peran perlindungan kemudian. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan ajang magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak dikenal seberapa besar.[22]

Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua kawasan mirip piringan yang mengandung sisa dari pembakaran kosmis. Yang pertama, awan sisa dari pembakaran zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23] Kawasan kedua membentang selang 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]

Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup tidak jauh dengan matahari, radius dari seluruh kawasan ini semakin pendek dari jarak selang Yupiter dan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat, nyaris tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di selang Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) dinamakan juga planet inferior.

Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang dikenal adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius yang nyaris dapat diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum dapat dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) mempunyai ukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki kegiatan geologi. Akan tetapi planet ini semakin kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali semakin padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan banyak gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini kegiatan geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki ajang magnet yang dapat mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang dikenal memiliki kegiatan geologi dan satu-satunya planet yang dikenal memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di selang planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diawasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berlainan dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) mempunyai ukuran semakin kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan kegiatan geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]

Sabuk asteroid

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya

Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[35]

Sabuk asteroid utama terletak di selang orbit Mars dan Yupiter, berjauhan selang 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]

Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah semakin dari seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos kawasan ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter selang 10 dan 10−4 m dinamakan meteorid.[40]

Ceres

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada zaman ke 19, tetapi di-reklasifikasi diproduksi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi semakin lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.

Kumpulan asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi diproduksi menjadi kumpulan dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang semakin besar. Mereka tidak remeh dibedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala nyaris sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.[42]

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakangan sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit. Kumpulan Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang gunanya kumpulan ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.

Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.

Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang mempunyai ukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di kawasan ini. Badan-badan padat di kawasan ini mengandung banyak volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering dinamakan "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang semakin tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.

Planet-planet luar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berlandaskan skala

Keempat planet luar, yang dinamakan juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang semakin besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat diteliti dengan remeh dari bumi.

Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang dikenal Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang dikenal sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di selangnya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski nyaris terdiri hanya dari es saja.[45] Titan mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berfaedah.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di selang planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang dikenal, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit semakin kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya semakin padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang dikenal. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga ditemani beberapa planet minor pada orbitnya, yang dinamakan Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.

Komet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Komet Hale-Bopp

Komet adalah badan Tata Surya kecil, kebanyakan hanya mempunyai ukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya semakin jauh dari Pluto. Kala sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, tidak jauhnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan sisa dari pembakaran panjang, yang sering dapat diteliti dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua seratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlanjut ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kumpulan komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]

Centaur

Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya semakin besar dari Yupiter (5,5 SA) dan semakin kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang dikenal adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet jikalau mendekati Matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]

Kawasan trans-Neptunus

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Plot seluruh objek sabuk Kuiper

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper

Kawasan yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau kawasan trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan kawasan ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh semakin kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Kawasan ini juga dikenal sebagai kawasan luar Tata Surya, meskipun beragam orang menggunakan istilah ini untuk kawasan yang terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak selang 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter semakin dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bagian eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar dapat dibagi diproduksi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama berasal pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Bagian dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah bagian jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]

Pluto dan Charon

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pluto dan ketiga satelitnya

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, ruang lingkup ini ditukar pada tahun 2006 dengan diangkatnya ruang lingkup formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bagian ekliptika) dan berjauhan 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau diproduksi menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit yang jauh semakin kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berfaedah Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama dinamakan plutino.[58]

Haumea dan Makemake

Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berwujud telur dan memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awal mulanya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh semakin membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kumpulan Objek Sabuk Kuiper klasik.

Piringan tersebar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Eris dan satelitnya Dysnomia

Piringan tersebar (scattered disc) mempunyai potongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh semakin lapang. Kawasan ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion nyaris sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bagian ekliptika dan sering nyaris bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]

Eris

Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang ruang lingkup planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki persangkaan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang dikenal dan memiliki satu satelit, Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bagian ekliptika sangat membujur.

Kawasan terjauh

Titik tempat Tata Surya habis dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batas terjauh pengaruh angin surya kira kira berjauhan empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini dinamakan sebagai titik awal medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali semakin jauh.

Heliopause

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Voyager memasuki heliosheath

Heliopause dibagi diproduksi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang melakukan usaha pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada kawasan lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada kawasan searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah diproduksi menjadi kencang, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan perbuatan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat semakin jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batas luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin surya selesai dan ruang antar bintang berasal.

Wujud dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga ajang magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi wujud tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan semakin jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang dilepaskan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.

Sejauh ini belum benar kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan pemikiran "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort

Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah massa mempunyai ukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Kawasan ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort melakukan usaha sangat lambat dan dapat digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang ditampik Bima Sakti.[62][63]

Sedna

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Foto teleskop Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari sebuah kumpulan baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki kumpulan ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh semakin tidak jauh ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski wujud kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum dikenal. Ajang gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Persangkaan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak semakin besar dari 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, kawasan selang Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah kawasan yang memiliki radius puluhan ribu SA, dapat dituturkan belum dipetakan. Selain itu, juga benar studi yang sedang berlanjut, yang mempelajari kawasan selang Merkurius dan matahari.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di kawasan yang belum dipetakan.

Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:

Konteks galaksi

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lukisan artis dari Gelembung Lokal

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang dinamakan Lengan Orion.[67] Letak Matahari berjauhan selang 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.

Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, tidak jauh letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi kesudahan bintang Vega.[69]

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi memerankan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Wujud orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan nyaris sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[70]

Tata Surya terletak jauh dari kawasan padat bintang di pusat galaksi. Di kawasan pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan dapat menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini dapat menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.

Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan wujud hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam wujud sisa dari pembakaran radiasi atau bahan yang semakin besar lainnya, seperti beragam benda mirip komet.[71]

Kawasan lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berwujud rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium antarbintang, dan mempunyai ukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72]

Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari, banyak bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjauhan 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.

Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' sekitar bermassa dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjauhan 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73]

Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini sekitar mempunyai ukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang dikenal sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit semakin pudar dan semakin merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah ditentukan, bernama Epsilon Eridani b, kurang semakin mempunyai ukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[75]

Lihat juga

Catatan

  1. ^ Kapitalisasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Internasional, badan yang mengurusi masalah penamaan astronomis, menyebutkan bahwa seluruh objek astronomi dikapitalisasi namanya (Tata Surya). Namun, istilah ini juga sering ditemui dalam wujud huruf kecil (tata surya)
  2. ^ Lihat Daftar satelit untuk semua satelit alami dari delapan planet dan lima planet kerdil.
  3. ^ Massa Tata Surya tidak termasuk Matahari, Yupiter, dan Saturnus, dapat dihitung dengan menambahkan semua massa objek terbesar yang dihitung dan menggunakan persangkaan kasar untuk massa awan Oort (sekitar 3 kali massa Bumi),,[76] sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi)[55] dan sabuk asteroid (sekitar 0,0005 kali massa Bumi)[39] dengan total massa ~37 kali massa Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar Matahari. Jika dikurangi dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya ~31 kali massa Bumi), sisanya ~6 kali massa Bumi merupakan 1,3 persen dari massa keseluruhan.
  4. ^ Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Matahari dan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjauhan sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter 5,2 SA. Satu tahun cahaya adalah 63.240 SA...

Referensi

  1. ^ Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralogical Works), (Principia, Volume 1)
  2. ^ See, T. J. J. (1909). "The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System". Proceedings of the American Philosophical Society 48: 119. Retrieved 2006-07-23. 
  3. ^ a b c M. M. Woolfson (1993). "The Solar System: Its Origin and Evolution". Journal of the Royal Astronomical Society 34: 1–20. Retrieved 2008-04-16. 
  4. ^ Benjamin Crowell (1998-2006). "5". Conservation Laws. lightandmatter.com. 
  5. ^ M Woolfson (2000). "The origin and evolution of the solar system". Astronomy & Geophysics 41: 1.12. doi:10.1046/j.1468-4004.2000.00012.x. 
  6. ^ nineplanets.org. "An Overview of the Solar System". Retrieved 2007-02-15. 
  7. ^ Amir Alexander (2006). "New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt". The Planetary Society. Retrieved 2006-11-08. 
  8. ^ a b c "The Final IAU Resolution on the definition of "planet" ready for voting". IAU. 2006-08-24. Retrieved 2007-03-02. 
  9. ^ "Dwarf Planets and their Systems". Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey. 2008-11-07. Retrieved 2008-07-13. 
  10. ^ "Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto". International Astronomical Union (News Release - IAU0804), Paris. 11 June 2008. Retrieved 2008-06-11. 
  11. ^ Feaga, L (2007). "Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed by Deep Impact". Icarus 190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009. 
  12. ^ Michael Zellik (2002). Astronomy: The Evolving Universe (9th ed.). Cambridge University Press. p. 240. ISBN 0521800900. OCLC 223304585 46685453. 
  13. ^ Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). "The Second Guide Star Catalogue and Cool Stars". Perkins Observatory. Retrieved 2006-12-26. 
  14. ^ Nir J. Shaviv (2003). "Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind". Journal of Geophysical Research 108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Retrieved 20090126. 
  15. ^ T. S. van Albada, Norman Baker (1973). "On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters". Astrophysical Journal 185: 477–498. doi:10.1086/152434. 
  16. ^ Charles H. Lineweaver (2001-03-09). "An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quantifying Metallicity as a Selection Effect". University of New South Wales. Retrieved 2006-07-23. 
  17. ^ "Solar Physics: The Solar Wind". Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Retrieved 2006-10-03. 
  18. ^ Phillips, Tony (2001-02-15). "The Sun Does a Flip". Science@NASA. Retrieved 2007-02-04. 
  19. ^ A Star with two North Poles, April 22, 2003, Science @ NASA
  20. ^ Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., "Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations", (2002) Journal of Geophysical Research (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299. (Full text)
  21. ^ Lundin, Richard (2001-03-09). "Erosion by the Solar Wind". Science 291 (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763  abstract  full text.
  22. ^ Langner, U. W.; M.S. Potgieter (2005). "Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on the heliospheric modulation of cosmic rays". Advances in Space Research 35 (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005. Retrieved 2007-02-11. 
  23. ^ "Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud". 1998. Retrieved 2007-02-03. 
  24. ^ "ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets". ESA Science and Technology. 2003. Retrieved 2007-02-03. 
  25. ^ Landgraf, M.; Liou, J.-C.; Zook, H. A.; Grün, E. (May 2002). "Origins of Solar System Dust beyond Jupiter". The Astronomical Journal 123 (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Retrieved 2007-02-09. 
  26. ^ Schenk P., Melosh H.J. (1994), Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury's Lithosphere, Abstracts of the 25th Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI....25.1203S
  27. ^ Bill Arnett (2006). "Mercury". The Nine Planets. Retrieved 2006-09-14. 
  28. ^ Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988), Collisional stripping of Mercury's mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528.
  29. ^ Cameron, A. G. W. (1985), The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294.
  30. ^ Mark Alan Bullock. "The Stability of Climate on Venus" (PDF). Southwest Research Institute. Diakses pada 26 Desember 2006.
  31. ^ Paul Rincon (1999). "Climate Change as a Regulator of Tectonics on Venus" (PDF). Johnson Space Center Houston, TX, Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Retrieved 2006-11-19. 
  32. ^ Anne E. Egger, M.A./M.S. "Earth's Atmosphere: Composition and Structure". VisionLearning.com. Retrieved 2006-12-26. 
  33. ^ David Noever (2004). "Modern Martian Marvels: Volcanoes?". NASA Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-07-23. 
  34. ^ Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). "A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness". The Astronomical Journal. Retrieved 2006-12-26. 
  35. ^ "Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?". Cornell University. Retrieved 2009-03-01. 
  36. ^ Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). "The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt" (PDF). Icarus 153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Retrieved 2007-03-22. 
  37. ^ "IAU Planet Definition Committee". International Astronomical Union. 2006. Retrieved 2009-03-01. 
  38. ^ "New study reveals twice as many asteroids as previously believed". ESA. 2002. Retrieved 2006-06-23. 
  39. ^ a b Krasinsky, G. A.; Pitjeva, E. V.; Vasilyev, M. V.; Yagudina, E. I. (July 2002). "Hidden Mass in the Asteroid Belt". Icarus 158 (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837. 
  40. ^ Beech, M.; Duncan I. Steel (September 1995). "On the Definition of the Term Meteoroid". Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society 36 (3): 281–284. Retrieved 2006-08-31. 
  41. ^ "History and Discovery of Asteroids" (DOC). NASA. Retrieved 2006-08-29. 
  42. ^ Phil Berardelli (2006). "Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water". SpaceDaily. Retrieved 2006-06-23. 
  43. ^ Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). "Formation of Giant Planets" (PDF). NASA Ames Research Center; California Institute of Technology. Retrieved 2006-01-16. 
  44. ^ Pappalardo, R T (1999). "Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies". Brown University. Retrieved 2006-01-16. 
  45. ^ J. S. Kargel (1994). "Cryovolcanism on the icy satellites". U.S. Geological Survey. Retrieved 2006-01-16. 
  46. ^ Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). "10 Mysteries of the Solar System". Astronomy Now. Retrieved 2006-01-16. 
  47. ^ Podolak, M.; Reynolds, R. T.; Young, R. (1990). "Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune". NASA, Ames Research Center. Retrieved 2006-01-16. 
  48. ^ Duxbury, N.S., Brown, R.H. (1995). "The Plausibility of Boiling Geysers on Triton". Beacon eSpace. Retrieved 2006-01-16. 
  49. ^ Sekanina, Zdenek (2001). "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93. 
  50. ^ Królikowska, M. (2001). "A study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy & Astrophysics 376 (1): 316–324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Retrieved 2007-01-02. 
  51. ^ Fred L. Whipple (1992-04). "The activities of comets related to their aging and origin". Retrieved 2006-12-26. 
  52. ^ John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007). "Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope". Retrieved 2008-09-21. 
  53. ^ Patrick Vanouplines (1995). "Chiron biography". Vrije Universitiet Brussel. Retrieved 2006-06-23. 
  54. ^ "List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects". IAU: Minor Planet Center. Retrieved 2007-04-02. 
  55. ^ a b Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). "The Solar System Beyond The Planets" (PDF). Institute for Astronomy, University of Hawaii. Retrieved 2007-01-03. 
  56. ^ M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). "Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey". Lowell Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology, University of Hawaii, University of California at Berkeley. Retrieved 2006-09-07. 
  57. ^ E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). "Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System" (PDF). Retrieved 2006-12-26. 
  58. ^ Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). "Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and other nonlinear oscillators". American Journal of Physics 69 (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278  abstract  full text.
  59. ^ Marc W. Buie (2008-04-05). "Orbit Fit and Astrometric record for 136472". SwRI (Space Science Department). Retrieved 2008-07-13. 
  60. ^ David Jewitt (2005). "The 1000 km Scale KBOs". University of Hawaii. Retrieved 2006-07-16. 
  61. ^ Mike Brown (2005). "The discovery of 2003 UB313 Eris, the 10th planet largest known dwarf planet.". CalTech. Retrieved 2006-09-15. 
  62. ^ Stern SA, Weissman PR. (2001). "Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud.". Space Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado. Retrieved 2006-11-19. 
  63. ^ Bill Arnett (2006). "The Kuiper Belt and the Oort Cloud". nineplanets.org. Retrieved 2006-06-23. 
  64. ^ T. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004). The Solar System: Third edition. Springer. p. 1. 
  65. ^ Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). "A New Observational Search for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images". Retrieved 2006-07-23. 
  66. ^ A.D. Dolgov (2003). "Magnetic fields in cosmology". Retrieved 2006-07-23. 
  67. ^ R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). "Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk". Retrieved 2006-07-23. 
  68. ^ Leong, Stacy (2002). "Period of the Sun's Orbit around the Galaxy (Cosmic Year". The Physics Factbook. Retrieved 2007-04-02. 
  69. ^ C. Barbieri (2003). "Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana". IdealStars.com. Retrieved 2007-02-12. 
  70. ^ Leslie Mullen (2001). "Galactic Habitable Zones". Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-06-23. 
  71. ^ "Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction". Physorg.com. 2005. Retrieved 2007-02-02. 
  72. ^ "Near-Earth Supernovas". NASA. Retrieved 2006-07-23. 
  73. ^ "Stars within 10 light years". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  74. ^ "Tau Ceti". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  75. ^ "HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET". Hubblesite. 2006. 
  76. ^ Alessandro Morbidelli (2006). "Origin and dynamical evolution of comets and their reservoirs". CNRS, Observatoire de la Côte d’Azur. Retrieved 2007-08-03. 

Pranala luar

  • (Indonesia) Animasi interaktif Tata Surya dalam bahasa Indonesia
  • (Indonesia) Sebuah applet yang menunjukkan lokasi pada kala ini bintang-bintang dan planet-planet di langit malam.
  • (Inggris) Animasi interaktif planet-planet (145 tingkat zoom dan sejumlah efek waktu)
  • (Inggris) solarviews.com, tampilan multimedia Tata Surya.
  • (Inggris) Simulator Tata Surya milik NASA

Sumber :
andrafarm.com, p2k.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 2

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.

Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang dinamakan Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah dikenal dengan orbit berwujud elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi diproduksi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di kawasan terjauh yang berjauhan sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berlandaskan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, benar lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada semakin jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari sisa dari pembakaran dan partikel lain.

Asal usul

Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah diketengahkan para berbakat, beberapa di selangnya adalah:

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi

Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali diketengahkan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang semakin dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari sisa dari pembakaran, es, dan gas yang dinamakan nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya diproduksi menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Dampak gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berwujud nyaris melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali diketengahkan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk dampak demikianlah keadaanya bintang lain yang lewat cukup tidak jauh dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan diproduksi menjadi benda-benda mempunyai ukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya diproduksi menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali diketengahkan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Kondisi yang nyaris bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi diproduksi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu nyaris tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]

Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya diketengahkan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awal mulanya diketengahkan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang nyaris sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua dapat diteliti dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu ilmu dan teknologi pengamatan pada lima zaman lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak dapat diawasi melalui mata telanjang.

Karena teleskop Galileo dapat mengamati semakin tajam, beliau dapat melihat beragam perubahan wujud penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai dampak perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius sampai Saturnus.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada nyaris 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.

Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan persangkaan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori persangkaan inilah yang memungkinkan pencarian dan persangkaan benda-benda langit kemudian

Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Persangkaan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini benar yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.

Pada kala Pluto ditemukan, beliau hanya dikenal sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berlainan jauh dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin benar sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di selangnya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini dikenal juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun mempunyai ukuran semakin kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain semakin besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

Struktur

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya

Illustrasi skala

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5] Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup sekitar 90 persen massa selebihnya.[c]

Nyaris semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bagian edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat tidak jauh pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper kebanyakan memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika diteliti dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari melakukan usaha mengikuti wujud elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjauhan semakin tidak jauh dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya semakin kecil) memiliki tahun waktu yang semakin pendek. Pada orbit elips, jarak selang objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat selang objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya melakukan usaha tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet dapat dibilang nyaris berwujud lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berwujud elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak selang orbit yang sama selang satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak selang objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) semakin dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Nyaris semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang dinamakan satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran semakin besar dari planet. Nyaris semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang mengandung partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.

Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi diproduksi menjadi tiga kawasan. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada kawasan yang semakin jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berlainan tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8]

Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk dapat membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan kawasan sekitarnya.[8] Menurut ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di kawasan trans-Neptunus kebanyakan dinamakan "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.[8]

Ilmuwan berbakat planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama nyaris semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Beliau juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering dinamakan "es raksasa"), serta beragam benda kecil yang terletak di tidak jauh orbit Neptunus.[12]

Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, air, atau gas di beragam bagian Tata Surya.

Zona planet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling tidak jauh dengan planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya selang 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis selang 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.

Selang Mars dan Yupiter terdapat kawasan yang dinamakan sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau semakin. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, mempunyai ukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis selang 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.

Jarak rata-rata selang planet-planet dengan Matahari dapat diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak selang jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.

Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matahari diteliti dari spektrum sinar-X

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini mempunyai ukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk dapat mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam wujud radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang mempunyai ukuran tengahan, tetapi nama ini dapat menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang benar di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang semakin panas akan semakin cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dituturkan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang semakin cemerlang dan semakin panas dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang semakin redup dan dingin adalah umum.[13]

Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Kala ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]

Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk semakin kesudahan pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung semakin banyak unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang semakin berat ini.

Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang semakin tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]

Medium antarplanet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lembar arus heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar sekitar pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini dinamakan medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar arus heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Ajang magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki ajang magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi selang angin surya dan ajang magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat diteliti tidak jauh kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga memerankan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Ajang magnet planet-planet menambah peran perlindungan kemudian. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan ajang magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak dikenal seberapa besar.[22]

Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua kawasan mirip piringan yang mengandung sisa dari pembakaran kosmis. Yang pertama, awan sisa dari pembakaran zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23] Kawasan kedua membentang selang 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]

Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup tidak jauh dengan matahari, radius dari seluruh kawasan ini semakin pendek dari jarak selang Yupiter dan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat, nyaris tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di selang Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) dinamakan juga planet inferior.

Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang dikenal adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius yang nyaris dapat diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum dapat dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) mempunyai ukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki kegiatan geologi. Akan tetapi planet ini semakin kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali semakin padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan banyak gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini kegiatan geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki ajang magnet yang dapat mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang dikenal memiliki kegiatan geologi dan satu-satunya planet yang dikenal memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di selang planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diawasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berlainan dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) mempunyai ukuran semakin kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan kegiatan geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]

Sabuk asteroid

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya

Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[35]

Sabuk asteroid utama terletak di selang orbit Mars dan Yupiter, berjauhan selang 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]

Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah semakin dari seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos kawasan ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter selang 10 dan 10−4 m dinamakan meteorid.[40]

Ceres

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada zaman ke 19, tetapi di-reklasifikasi diproduksi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi semakin lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.

Kumpulan asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi diproduksi menjadi kumpulan dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang semakin besar. Mereka tidak remeh dibedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala nyaris sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.[42]

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakangan sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit. Kumpulan Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang gunanya kumpulan ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.

Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.

Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang mempunyai ukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di kawasan ini. Badan-badan padat di kawasan ini mengandung banyak volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering dinamakan "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang semakin tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.

Planet-planet luar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berlandaskan skala

Keempat planet luar, yang dinamakan juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang semakin besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat diteliti dengan remeh dari bumi.

Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang dikenal Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang dikenal sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di selangnya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski nyaris terdiri hanya dari es saja.[45] Titan mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berfaedah.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di selang planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang dikenal, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit semakin kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya semakin padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang dikenal. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga ditemani beberapa planet minor pada orbitnya, yang dinamakan Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.

Komet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Komet Hale-Bopp

Komet adalah badan Tata Surya kecil, kebanyakan hanya mempunyai ukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya semakin jauh dari Pluto. Kala sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, tidak jauhnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan sisa dari pembakaran panjang, yang sering dapat diteliti dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua seratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlanjut ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kumpulan komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]

Centaur

Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya semakin besar dari Yupiter (5,5 SA) dan semakin kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang dikenal adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet jikalau mendekati Matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]

Kawasan trans-Neptunus

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Plot seluruh objek sabuk Kuiper

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper

Kawasan yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau kawasan trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan kawasan ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh semakin kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Kawasan ini juga dikenal sebagai kawasan luar Tata Surya, meskipun beragam orang menggunakan istilah ini untuk kawasan yang terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak selang 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter semakin dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bagian eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar dapat dibagi diproduksi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama berasal pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Bagian dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah bagian jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]

Pluto dan Charon

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pluto dan ketiga satelitnya

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, ruang lingkup ini ditukar pada tahun 2006 dengan diangkatnya ruang lingkup formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bagian ekliptika) dan berjauhan 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau diproduksi menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit yang jauh semakin kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berfaedah Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama dinamakan plutino.[58]

Haumea dan Makemake

Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berwujud telur dan memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awal mulanya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh semakin membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kumpulan Objek Sabuk Kuiper klasik.

Piringan tersebar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Eris dan satelitnya Dysnomia

Piringan tersebar (scattered disc) mempunyai potongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh semakin lapang. Kawasan ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion nyaris sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bagian ekliptika dan sering nyaris bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]

Eris

Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang ruang lingkup planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki persangkaan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang dikenal dan memiliki satu satelit, Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bagian ekliptika sangat membujur.

Kawasan terjauh

Titik tempat Tata Surya habis dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batas terjauh pengaruh angin surya kira kira berjauhan empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini dinamakan sebagai titik awal medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali semakin jauh.

Heliopause

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Voyager memasuki heliosheath

Heliopause dibagi diproduksi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang melakukan usaha pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada kawasan lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada kawasan searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah diproduksi menjadi kencang, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan perbuatan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat semakin jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batas luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin surya selesai dan ruang antar bintang berasal.

Wujud dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga ajang magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi wujud tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan semakin jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang dilepaskan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.

Sejauh ini belum benar kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan pemikiran "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort

Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah massa mempunyai ukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Kawasan ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort melakukan usaha sangat lambat dan dapat digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang ditampik Bima Sakti.[62][63]

Sedna

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Foto teleskop Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari sebuah kumpulan baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki kumpulan ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh semakin tidak jauh ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski wujud kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum dikenal. Ajang gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Persangkaan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak semakin besar dari 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, kawasan selang Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah kawasan yang memiliki radius puluhan ribu SA, dapat dituturkan belum dipetakan. Selain itu, juga benar studi yang sedang berlanjut, yang mempelajari kawasan selang Merkurius dan matahari.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di kawasan yang belum dipetakan.

Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:

Konteks galaksi

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lukisan artis dari Gelembung Lokal

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang dinamakan Lengan Orion.[67] Letak Matahari berjauhan selang 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.

Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, tidak jauh letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi kesudahan bintang Vega.[69]

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi memerankan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Wujud orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan nyaris sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[70]

Tata Surya terletak jauh dari kawasan padat bintang di pusat galaksi. Di kawasan pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan dapat menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini dapat menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.

Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan wujud hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam wujud sisa dari pembakaran radiasi atau bahan yang semakin besar lainnya, seperti beragam benda mirip komet.[71]

Kawasan lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berwujud rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium antarbintang, dan mempunyai ukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72]

Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari, banyak bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjauhan 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.

Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' sekitar bermassa dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjauhan 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73]

Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini sekitar mempunyai ukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang dikenal sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit semakin pudar dan semakin merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah ditentukan, bernama Epsilon Eridani b, kurang semakin mempunyai ukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[75]

Lihat juga

Catatan

  1. ^ Kapitalisasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Internasional, badan yang mengurusi masalah penamaan astronomis, menyebutkan bahwa seluruh objek astronomi dikapitalisasi namanya (Tata Surya). Namun, istilah ini juga sering ditemui dalam wujud huruf kecil (tata surya)
  2. ^ Lihat Daftar satelit untuk semua satelit alami dari delapan planet dan lima planet kerdil.
  3. ^ Massa Tata Surya tidak termasuk Matahari, Yupiter, dan Saturnus, dapat dihitung dengan menambahkan semua massa objek terbesar yang dihitung dan menggunakan persangkaan kasar untuk massa awan Oort (sekitar 3 kali massa Bumi),,[76] sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi)[55] dan sabuk asteroid (sekitar 0,0005 kali massa Bumi)[39] dengan total massa ~37 kali massa Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar Matahari. Jika dikurangi dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya ~31 kali massa Bumi), sisanya ~6 kali massa Bumi merupakan 1,3 persen dari massa keseluruhan.
  4. ^ Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Matahari dan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjauhan sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter 5,2 SA. Satu tahun cahaya adalah 63.240 SA...

Referensi

  1. ^ Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralogical Works), (Principia, Volume 1)
  2. ^ See, T. J. J. (1909). "The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System". Proceedings of the American Philosophical Society 48: 119. Retrieved 2006-07-23. 
  3. ^ a b c M. M. Woolfson (1993). "The Solar System: Its Origin and Evolution". Journal of the Royal Astronomical Society 34: 1–20. Retrieved 2008-04-16. 
  4. ^ Benjamin Crowell (1998-2006). "5". Conservation Laws. lightandmatter.com. 
  5. ^ M Woolfson (2000). "The origin and evolution of the solar system". Astronomy & Geophysics 41: 1.12. doi:10.1046/j.1468-4004.2000.00012.x. 
  6. ^ nineplanets.org. "An Overview of the Solar System". Retrieved 2007-02-15. 
  7. ^ Amir Alexander (2006). "New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt". The Planetary Society. Retrieved 2006-11-08. 
  8. ^ a b c "The Final IAU Resolution on the definition of "planet" ready for voting". IAU. 2006-08-24. Retrieved 2007-03-02. 
  9. ^ "Dwarf Planets and their Systems". Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey. 2008-11-07. Retrieved 2008-07-13. 
  10. ^ "Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto". International Astronomical Union (News Release - IAU0804), Paris. 11 June 2008. Retrieved 2008-06-11. 
  11. ^ Feaga, L (2007). "Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed by Deep Impact". Icarus 190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009. 
  12. ^ Michael Zellik (2002). Astronomy: The Evolving Universe (9th ed.). Cambridge University Press. p. 240. ISBN 0521800900. OCLC 223304585 46685453. 
  13. ^ Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). "The Second Guide Star Catalogue and Cool Stars". Perkins Observatory. Retrieved 2006-12-26. 
  14. ^ Nir J. Shaviv (2003). "Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind". Journal of Geophysical Research 108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Retrieved 20090126. 
  15. ^ T. S. van Albada, Norman Baker (1973). "On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters". Astrophysical Journal 185: 477–498. doi:10.1086/152434. 
  16. ^ Charles H. Lineweaver (2001-03-09). "An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quantifying Metallicity as a Selection Effect". University of New South Wales. Retrieved 2006-07-23. 
  17. ^ "Solar Physics: The Solar Wind". Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Retrieved 2006-10-03. 
  18. ^ Phillips, Tony (2001-02-15). "The Sun Does a Flip". Science@NASA. Retrieved 2007-02-04. 
  19. ^ A Star with two North Poles, April 22, 2003, Science @ NASA
  20. ^ Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., "Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations", (2002) Journal of Geophysical Research (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299. (Full text)
  21. ^ Lundin, Richard (2001-03-09). "Erosion by the Solar Wind". Science 291 (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763  abstract  full text.
  22. ^ Langner, U. W.; M.S. Potgieter (2005). "Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on the heliospheric modulation of cosmic rays". Advances in Space Research 35 (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005. Retrieved 2007-02-11. 
  23. ^ "Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud". 1998. Retrieved 2007-02-03. 
  24. ^ "ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets". ESA Science and Technology. 2003. Retrieved 2007-02-03. 
  25. ^ Landgraf, M.; Liou, J.-C.; Zook, H. A.; Grün, E. (May 2002). "Origins of Solar System Dust beyond Jupiter". The Astronomical Journal 123 (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Retrieved 2007-02-09. 
  26. ^ Schenk P., Melosh H.J. (1994), Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury's Lithosphere, Abstracts of the 25th Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI....25.1203S
  27. ^ Bill Arnett (2006). "Mercury". The Nine Planets. Retrieved 2006-09-14. 
  28. ^ Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988), Collisional stripping of Mercury's mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528.
  29. ^ Cameron, A. G. W. (1985), The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294.
  30. ^ Mark Alan Bullock. "The Stability of Climate on Venus" (PDF). Southwest Research Institute. Diakses pada 26 Desember 2006.
  31. ^ Paul Rincon (1999). "Climate Change as a Regulator of Tectonics on Venus" (PDF). Johnson Space Center Houston, TX, Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Retrieved 2006-11-19. 
  32. ^ Anne E. Egger, M.A./M.S. "Earth's Atmosphere: Composition and Structure". VisionLearning.com. Retrieved 2006-12-26. 
  33. ^ David Noever (2004). "Modern Martian Marvels: Volcanoes?". NASA Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-07-23. 
  34. ^ Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). "A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness". The Astronomical Journal. Retrieved 2006-12-26. 
  35. ^ "Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?". Cornell University. Retrieved 2009-03-01. 
  36. ^ Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). "The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt" (PDF). Icarus 153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Retrieved 2007-03-22. 
  37. ^ "IAU Planet Definition Committee". International Astronomical Union. 2006. Retrieved 2009-03-01. 
  38. ^ "New study reveals twice as many asteroids as previously believed". ESA. 2002. Retrieved 2006-06-23. 
  39. ^ a b Krasinsky, G. A.; Pitjeva, E. V.; Vasilyev, M. V.; Yagudina, E. I. (July 2002). "Hidden Mass in the Asteroid Belt". Icarus 158 (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837. 
  40. ^ Beech, M.; Duncan I. Steel (September 1995). "On the Definition of the Term Meteoroid". Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society 36 (3): 281–284. Retrieved 2006-08-31. 
  41. ^ "History and Discovery of Asteroids" (DOC). NASA. Retrieved 2006-08-29. 
  42. ^ Phil Berardelli (2006). "Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water". SpaceDaily. Retrieved 2006-06-23. 
  43. ^ Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). "Formation of Giant Planets" (PDF). NASA Ames Research Center; California Institute of Technology. Retrieved 2006-01-16. 
  44. ^ Pappalardo, R T (1999). "Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies". Brown University. Retrieved 2006-01-16. 
  45. ^ J. S. Kargel (1994). "Cryovolcanism on the icy satellites". U.S. Geological Survey. Retrieved 2006-01-16. 
  46. ^ Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). "10 Mysteries of the Solar System". Astronomy Now. Retrieved 2006-01-16. 
  47. ^ Podolak, M.; Reynolds, R. T.; Young, R. (1990). "Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune". NASA, Ames Research Center. Retrieved 2006-01-16. 
  48. ^ Duxbury, N.S., Brown, R.H. (1995). "The Plausibility of Boiling Geysers on Triton". Beacon eSpace. Retrieved 2006-01-16. 
  49. ^ Sekanina, Zdenek (2001). "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93. 
  50. ^ Królikowska, M. (2001). "A study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy & Astrophysics 376 (1): 316–324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Retrieved 2007-01-02. 
  51. ^ Fred L. Whipple (1992-04). "The activities of comets related to their aging and origin". Retrieved 2006-12-26. 
  52. ^ John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007). "Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope". Retrieved 2008-09-21. 
  53. ^ Patrick Vanouplines (1995). "Chiron biography". Vrije Universitiet Brussel. Retrieved 2006-06-23. 
  54. ^ "List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects". IAU: Minor Planet Center. Retrieved 2007-04-02. 
  55. ^ a b Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). "The Solar System Beyond The Planets" (PDF). Institute for Astronomy, University of Hawaii. Retrieved 2007-01-03. 
  56. ^ M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). "Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey". Lowell Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology, University of Hawaii, University of California at Berkeley. Retrieved 2006-09-07. 
  57. ^ E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). "Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System" (PDF). Retrieved 2006-12-26. 
  58. ^ Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). "Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and other nonlinear oscillators". American Journal of Physics 69 (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278  abstract  full text.
  59. ^ Marc W. Buie (2008-04-05). "Orbit Fit and Astrometric record for 136472". SwRI (Space Science Department). Retrieved 2008-07-13. 
  60. ^ David Jewitt (2005). "The 1000 km Scale KBOs". University of Hawaii. Retrieved 2006-07-16. 
  61. ^ Mike Brown (2005). "The discovery of 2003 UB313 Eris, the 10th planet largest known dwarf planet.". CalTech. Retrieved 2006-09-15. 
  62. ^ Stern SA, Weissman PR. (2001). "Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud.". Space Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado. Retrieved 2006-11-19. 
  63. ^ Bill Arnett (2006). "The Kuiper Belt and the Oort Cloud". nineplanets.org. Retrieved 2006-06-23. 
  64. ^ T. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004). The Solar System: Third edition. Springer. p. 1. 
  65. ^ Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). "A New Observational Search for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images". Retrieved 2006-07-23. 
  66. ^ A.D. Dolgov (2003). "Magnetic fields in cosmology". Retrieved 2006-07-23. 
  67. ^ R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). "Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk". Retrieved 2006-07-23. 
  68. ^ Leong, Stacy (2002). "Period of the Sun's Orbit around the Galaxy (Cosmic Year". The Physics Factbook. Retrieved 2007-04-02. 
  69. ^ C. Barbieri (2003). "Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana". IdealStars.com. Retrieved 2007-02-12. 
  70. ^ Leslie Mullen (2001). "Galactic Habitable Zones". Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-06-23. 
  71. ^ "Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction". Physorg.com. 2005. Retrieved 2007-02-02. 
  72. ^ "Near-Earth Supernovas". NASA. Retrieved 2006-07-23. 
  73. ^ "Stars within 10 light years". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  74. ^ "Tau Ceti". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  75. ^ "HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET". Hubblesite. 2006. 
  76. ^ Alessandro Morbidelli (2006). "Origin and dynamical evolution of comets and their reservoirs". CNRS, Observatoire de la Côte d’Azur. Retrieved 2007-08-03. 

Pranala luar

  • (Indonesia) Animasi interaktif Tata Surya dalam bahasa Indonesia
  • (Indonesia) Sebuah applet yang menunjukkan lokasi pada kala ini bintang-bintang dan planet-planet di langit malam.
  • (Inggris) Animasi interaktif planet-planet (145 tingkat zoom dan sejumlah efek waktu)
  • (Inggris) solarviews.com, tampilan multimedia Tata Surya.
  • (Inggris) Simulator Tata Surya milik NASA

Sumber :
andrafarm.com, p2k.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 3

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan berlandaskan skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.

Tata Surya[a] yaitu kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang dinamakan Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah dikenal dengan orbit mempunyai wujud elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi diproduksi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar yaitu Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di kawasan terjauh yang berjauhan sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berlandaskan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta kilometer), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, benar lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, benar semakin jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta kilometer. di sabuk asteroid; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta kilometer.; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari sisa dari pembakaran dan partikel lain.

Asal usul

Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah diketengahkan para berbakat, beberapa di selangnya adalah:

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi

Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali diketengahkan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang semakin dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari sisa dari pembakaran, es, dan gas yang dinamakan nebula, dan unsur gas yang beberapa besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya diproduksi menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Dampak gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit mempunyai wujud nyaris melingkar dari planet-planet yaitu konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali diketengahkan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk dampak demikianlah keadaanya bintang lain yang lewat cukup tidak jauh dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara beberapa besar materi tertarik kembali, beberapa lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan diproduksi menjadi benda-benda mempunyai ukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya diproduksi menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali diketengahkan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet diasumsikan terbentuk karena mendekatnya bintang lain untuk Matahari. Kondisi yang nyaris bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi diproduksi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu nyaris tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]

Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya diketengahkan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awal mulanya diketengahkan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang nyaris sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa diteliti dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu ilmu dan teknologi pengamatan pada lima zaman lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya bisa menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diawasi melalui mata telanjang.

Karena teleskop Galileo bisa mengamati semakin tajam, beliau bisa melihat beragam perubahan wujud penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai dampak perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari yaitu pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris yaitu Matahari dikelilingi oleh Merkurius sampai Saturnus.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang benar nyaris 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.

Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan persangkaan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan lainnya melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori persangkaan inilah yang memungkinkan pencarian dan persangkaan benda-benda langit kemudian

Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Persangkaan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini benar yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.

Pada kala Pluto ditemukan, beliau hanya dikenal sebagai satu-satunya objek angkasa yang benar setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berlainan jauh dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin benar sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper yaitu bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di selangnya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini dikenal juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun mempunyai ukuran semakin kecil dari Pluto. Dan puncaknya yaitu penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain semakin besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

Struktur

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Perbanding relatif massa planet. Yupiter yaitu 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya

Illustrasi skala

Komponen utama sistem Tata Surya yaitu matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5] Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup sekitar 90 persen massa selebihnya.[c]

Nyaris semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bagian edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat tidak jauh pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper kebanyakan memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika diteliti dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari melakukan usaha mengikuti wujud elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjauhan semakin tidak jauh dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya semakin kecil) memiliki tahun waktu yang semakin pendek. Pada orbit elips, jarak selang objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat selang objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya melakukan usaha tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang nyaris mempunyai wujud lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya mempunyai wujud elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak selang orbit yang sama selang satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak selang objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) semakin dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus yaitu 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Nyaris semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan yaitu benda pengorbit alami yang dinamakan satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran semakin besar dari planet. Nyaris semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang mengandung partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.

Terminologi

Secara tidak resmi, Tata Surya bisa dibagi diproduksi menjadi tiga kawasan. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada kawasan yang semakin jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya diasumsikan wilayah berlainan tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari bisa diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet yaitu sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak bisa membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8]

Planet kerdil yaitu benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum bisa membersihkan kawasan sekitarnya.[8] Menurut ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di kawasan trans-Neptunus kebanyakan dinamakan "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari yaitu benda kecil Tata Surya.[8]

Ilmuwan berbakat planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu dipakai untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, yaitu komponen pembentuk utama nyaris semua planet kebumian dan asteroid. Gas yaitu bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini yaitu komponen utama dari beberapa besar satelit planet raksasa. Beliau juga yaitu komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering dinamakan "es raksasa"), serta beragam benda kecil yang terletak di tidak jauh orbit Neptunus.[12]

Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' bisa ditemukan sebagai es, air, atau gas di beragam bagian Tata Surya.

Zona planet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak berlandaskan skala)

Di zona planet dalam, Matahari yaitu pusat Tata Surya dan letaknya paling tidak jauh dengan planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 kilometer, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya selang 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis selang 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.

Selang Mars dan Yupiter terdapat kawasan yang dinamakan sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau semakin. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, mempunyai ukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis selang 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.

Jarak rata-rata selang planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak selang jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan yaitu efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus yaitu hasil tabrakan kosmis.

Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matahari diteliti dari spektrum sinar-X

Matahari yaitu bintang induk Tata Surya dan yaitu komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini mempunyai ukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam wujud radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang mempunyai ukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang benar di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang semakin panas akan semakin cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dituturkan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang semakin cemerlang dan semakin panas dari Matahari yaitu langka, sedangkan bintang-bintang yang semakin redup dan dingin yaitu umum.[13]

Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum yaitu "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Kala ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya yaitu sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]

Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk semakin kesudahan pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung semakin banyak unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta bisa dipenuhi oleh unsur-unsur yang semakin berat ini.

Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang semakin tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet yaitu hasil penggumpalan metal.[16]

Medium antarplanet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lembar arus heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar sekitar pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini dinamakan medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar arus heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Ajang magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki ajang magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi selang angin surya dan ajang magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang bisa diteliti tidak jauh kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga memerankan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Ajang magnet planet-planet menambah peran perlindungan kemudian. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan ajang magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri yaitu bervariasi, meski tidak dikenal seberapa besar.[22]

Medium antarplanet juga yaitu tempat demikianlah keadaanya paling tidak dua kawasan mirip piringan yang mengandung sisa dari pembakaran kosmis. Yang pertama, awan sisa dari pembakaran zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan yaitu penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang diakibatkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23] Kawasan kedua membentang selang 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin diakibatkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]

Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam yaitu nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup tidak jauh dengan matahari, radius dari seluruh kawasan ini semakin pendek dari jarak selang Yupiter dan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat, nyaris tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama yaitu mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di selang Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) dinamakan juga planet inferior.

Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) yaitu planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang dikenal yaitu lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius yang nyaris bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) mempunyai ukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki kegiatan geologi. Akan tetapi planet ini semakin kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali semakin padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus yaitu planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar diakibatkan banyak gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini kegiatan geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki ajang magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) yaitu planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang dikenal memiliki kegiatan geologi dan satu-satunya planet yang dikenal memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair yaitu khas di selang planet-planet kebumian dan juga yaitu satu-satunya planet yang diawasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berlainan dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) mempunyai ukuran semakin kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya yaitu karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan kegiatan geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga yaitu asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]

Sabuk asteroid

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya

Asteroid secara umum yaitu objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[35]

Sabuk asteroid utama terletak di selang orbit Mars dan Yupiter, berjauhan selang 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga yaitu sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]

Gradasi ukuran asteroid yaitu ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah semakin dari seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos kawasan ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter selang 10 dan 10−4 m dinamakan meteorid.[40]

Ceres

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Ceres

Ceres (2,77 SA) yaitu benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya yaitu sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres diasumsikan sebagai planet ketika ditemukan pada zaman ke 19, tetapi di-reklasifikasi diproduksi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi semakin lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.

Kumpulan asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi diproduksi menjadi kumpulan dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid yaitu asteroid yang mengedari asteroid yang semakin besar. Mereka tidak remeh dibedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala nyaris sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin yaitu sumber air bumi.[42]

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang benar di depan dan belakangan sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering dipakai untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit. Kumpulan Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang berfaedah kumpulan ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.

Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.

Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang mempunyai ukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di kawasan ini. Badan-badan padat di kawasan ini mengandung banyak volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering dinamakan "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang semakin tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.

Planet-planet luar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berlandaskan skala

Keempat planet luar, yang dinamakan juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus beberapa besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang semakin besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang bisa diteliti dengan remeh dari bumi.

Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, yaitu 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya yaitu hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang dikenal Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang yaitu satelit terbesar di Tata Surya, mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang dikenal sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di selangnya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski nyaris terdiri hanya dari es saja.[45] Titan mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius dan yaitu satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berfaedah.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, yaitu planet yang paling ringan di selang planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang dikenal, yang terbesar yaitu Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit semakin kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya semakin padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang dikenal. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton yaitu satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga ditemani beberapa planet minor pada orbitnya, yang dinamakan Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.

Komet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Komet Hale-Bopp

Komet yaitu badan Tata Surya kecil, kebanyakan hanya mempunyai ukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya semakin jauh dari Pluto. Kala sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, tidak jauhnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan sisa dari pembakaran panjang, yang sering bisa diteliti dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua seratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlanjut ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kumpulan komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49] Beberapa komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]

Centaur

Centaur yaitu benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya semakin besar dari Yupiter (5,5 SA) dan semakin kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang dikenal yaitu, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet jikalau mendekati Matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]

Kawasan trans-Neptunus

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Plot seluruh objek sabuk Kuiper

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper

Kawasan yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau kawasan trans-Neptunus, beberapa besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan kawasan ini beberapa besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh semakin kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Kawasan ini juga dikenal sebagai kawasan luar Tata Surya, meskipun beragam orang menggunakan istilah ini untuk kawasan yang terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper yaitu sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya yaitu es. Sabuk ini terletak selang 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter semakin dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bagian eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi diproduksi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi yaitu orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama berasal pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Bagian dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah bagian jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]

Pluto dan Charon

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pluto dan ketiga satelitnya

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, yaitu objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini diasumsikan sebagai planet yang kesembilan, ruang lingkup ini ditukar pada tahun 2006 dengan diangkatnya ruang lingkup formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bagian ekliptika) dan berjauhan 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau diproduksi menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit yang jauh semakin kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berfaedah Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama dinamakan plutino.[58]

Haumea dan Makemake

Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) yaitu dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea yaitu sebuah objek mempunyai wujud telur dan memiliki dua satelit. Makemake yaitu objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awal mulanya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh semakin membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kumpulan Objek Sabuk Kuiper klasik.

Piringan tersebar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Eris dan satelitnya Dysnomia

Piringan tersebar (scattered disc) mempunyai potongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh semakin lapang. Kawasan ini diduga yaitu sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion nyaris sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bagian ekliptika dan sering nyaris bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]

Eris

Eris (rata-rata 68 SA) yaitu objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang ruang lingkup planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki persangkaan diameter sekitar 2.400 km. Eris yaitu planet kerdil terbesar yang dikenal dan memiliki satu satelit, Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bagian ekliptika sangat membujur.

Kawasan terjauh

Titik tempat Tata Surya akhirnya dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batas terjauh pengaruh angin surya kira kira berjauhan empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini dinamakan sebagai titik awal medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali semakin jauh.

Heliopause

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Voyager memasuki heliosheath

Heliopause dibagi diproduksi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang melakukan usaha pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada kawasan lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada kawasan searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah diproduksi menjadi kencang, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan perbuatan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat semakin jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batas luar dari heliosfer, heliopause, yaitu titik tempat angin surya selesai dan ruang antar bintang berasal.

Wujud dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga ajang magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi wujud tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan semakin jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang dilepaskan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.

Sejauh ini belum benar kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan pemikiran "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort

Secara hipotesa, Awan Oort yaitu sebuah massa mempunyai ukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya yaitu sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Kawasan ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort melakukan usaha sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang ditampik Bima Sakti.[62][63]

Sedna

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Foto teleskop Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) yaitu sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak yaitu bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna yaitu objek pertama dari sebuah kumpulan baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki kumpulan ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh semakin tidak jauh ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna yaitu sebuah planet kerdil, meski wujud kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum dikenal. Ajang gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Persangkaan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak semakin besar dari 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, kawasan selang Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah kawasan yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dituturkan belum dipetakan. Selain itu, juga benar studi yang sedang berlanjut, yang mempelajari kawasan selang Merkurius dan matahari.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di kawasan yang belum dipetakan.

Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:

align="left">Sudut inklinasi orbit (°)
KarakteristikMerkuriusVenusBumiMarsYupiterSaturnusUranusNeptunus
Jarak orbit (juta km) (SA)57,91 (0,39)108,21 (0,72)149,60 (1,00)227,94 (1,52)778,41 (5,20)1.426,72 (9,54)2.870,97 (19,19)4.498,25 (30,07)
Waktu edaran (tahun)0,24 (88 hari)0,62 (224 hari)1,001,8811,8629,4584,02164,79
Jangka rotasi58,65 hari243,02 hari23 jam 56 menit24 jam 37 menit9 jam 55 menit10 jam 47 menit17 jam 14 menit16 jam 7 menit
Eksentrisitas edaran0,2060,0070,0170,0930,0480,0540,0470,009
7,003,390,001,851,312,480,771,77
Sudut inklinasi ekuator terhadap orbit (°)0,00177,3623,4525,193,1226,7397,8629,58
Diameter ekuator (km)4.87912.10412.7566.805142.984120.53651.11849.528
Massa (dibanding Bumi)0,060,811,000,15317,895,214,517,1
Kepadatan menengah (g/cm³)5,435,245,523,931,330,691,271,64
Suhu permukaanmin.menengah

maks.

-173 °C+167 °C

+427 °C

+437 °C+464 °C

+497 °C

-89 °C+15 °C

+58 °C

-133 °C-55 °C

+27 °C

-108 °C-139 °C-197 °C-201 °C

Konteks galaksi

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lukisan artis dari Gelembung Lokal

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang dinamakan Lengan Orion.[67] Letak Matahari berjauhan selang 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.

Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, tidak jauh letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi kesudahan bintang Vega.[69]

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi memerankan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Wujud orbit bumi yaitu mirip lingkaran dengan kecepatan nyaris sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[70]

Tata Surya terletak jauh dari kawasan padat bintang di pusat galaksi. Di kawasan pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.

Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan wujud hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam wujud sisa dari pembakaran radiasi atau bahan yang semakin besar lainnya, seperti beragam benda mirip komet.[71]

Kawasan lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya yaitu sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini mempunyai wujud rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium antarbintang, dan mempunyai ukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72]

Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari, banyak bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat yaitu sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjauhan 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B yaitu bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C yaitu kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.

Bintang-bintang terdekat berikutnya yaitu sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya yaitu Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' sekitar bermassa dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjauhan 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya yaitu sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73]

Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari yaitu Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini sekitar mempunyai ukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang dikenal sejauh ini yaitu di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit semakin pudar dan semakin merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah ditentukan, bernama Epsilon Eridani b, kurang semakin mempunyai ukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[75]

Lihat juga

Catatan

  1. ^ Kapitalisasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Internasional, badan yang mengurusi masalah penamaan astronomis, menyebutkan bahwa seluruh objek astronomi dikapitalisasi namanya (Tata Surya). Namun, istilah ini juga sering ditemui dalam wujud huruf kecil (tata surya)
  2. ^ Lihat Daftar satelit untuk semua satelit alami dari delapan planet dan lima planet kerdil.
  3. ^ Massa Tata Surya tidak termasuk Matahari, Yupiter, dan Saturnus, bisa dihitung dengan menambahkan semua massa objek terbesar yang dihitung dan menggunakan persangkaan kasar untuk massa awan Oort (sekitar 3 kali massa Bumi),,[76] sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi)[55] dan sabuk asteroid (sekitar 0,0005 kali massa Bumi)[39] dengan total massa ~37 kali massa Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar Matahari. Jika dikurangi dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya ~31 kali massa Bumi), sisanya ~6 kali massa Bumi yaitu 1,3 persen dari massa keseluruhan.
  4. ^ Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Matahari dan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjauhan sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter 5,2 SA. Satu tahun cahaya yaitu 63.240 SA...

Referensi

  1. ^ Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralogical Works), (Principia, Volume 1)
  2. ^ See, T. J. J. (1909). "The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System". Proceedings of the American Philosophical Society 48: 119. Retrieved 2006-07-23. 
  3. ^ a b c M. M. Woolfson (1993). "The Solar System: Its Origin and Evolution". Journal of the Royal Astronomical Society 34: 1–20. Retrieved 2008-04-16. 
  4. ^ Benjamin Crowell (1998-2006). "5". Conservation Laws. lightandmatter.com. 
  5. ^ M Woolfson (2000). "The origin and evolution of the solar system". Astronomy & Geophysics 41: 1.12. doi:10.1046/j.1468-4004.2000.00012.x. 
  6. ^ nineplanets.org. "An Overview of the Solar System". Retrieved 2007-02-15. 
  7. ^ Amir Alexander (2006). "New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt". The Planetary Society. Retrieved 2006-11-08. 
  8. ^ a b c "The Final IAU Resolution on the definition of "planet" ready for voting". IAU. 2006-08-24. Retrieved 2007-03-02. 
  9. ^ "Dwarf Planets and their Systems". Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey. 2008-11-07. Retrieved 2008-07-13. 
  10. ^ "Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto". International Astronomical Union (News Release - IAU0804), Paris. 11 June 2008. Retrieved 2008-06-11. 
  11. ^ Feaga, L (2007). "Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed by Deep Impact". Icarus 190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009. 
  12. ^ Michael Zellik (2002). Astronomy: The Evolving Universe (9th ed.). Cambridge University Press. p. 240. ISBN 0521800900. OCLC 223304585 46685453. 
  13. ^ Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). "The Second Guide Star Catalogue and Cool Stars". Perkins Observatory. Retrieved 2006-12-26. 
  14. ^ Nir J. Shaviv (2003). "Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind". Journal of Geophysical Research 108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Retrieved 20090126. 
  15. ^ T. S. van Albada, Norman Baker (1973). "On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters". Astrophysical Journal 185: 477–498. doi:10.1086/152434. 
  16. ^ Charles H. Lineweaver (2001-03-09). "An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quantifying Metallicity as a Selection Effect". University of New South Wales. Retrieved 2006-07-23. 
  17. ^ "Solar Physics: The Solar Wind". Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Retrieved 2006-10-03. 
  18. ^ Phillips, Tony (2001-02-15). "The Sun Does a Flip". Science@NASA. Retrieved 2007-02-04. 
  19. ^ A Star with two North Poles, April 22, 2003, Science @ NASA
  20. ^ Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., "Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations", (2002) Journal of Geophysical Research (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299. (Full text)
  21. ^ Lundin, Richard (2001-03-09). "Erosion by the Solar Wind". Science 291 (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763  abstract  full text.
  22. ^ Langner, U. W.; M.S. Potgieter (2005). "Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on the heliospheric modulation of cosmic rays". Advances in Space Research 35 (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005. Retrieved 2007-02-11. 
  23. ^ "Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud". 1998. Retrieved 2007-02-03. 
  24. ^ "ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets". ESA Science and Technology. 2003. Retrieved 2007-02-03. 
  25. ^ Landgraf, M.; Liou, J.-C.; Zook, H. A.; Grün, E. (May 2002). "Origins of Solar System Dust beyond Jupiter". The Astronomical Journal 123 (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Retrieved 2007-02-09. 
  26. ^ Schenk P., Melosh H.J. (1994), Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury's Lithosphere, Abstracts of the 25th Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI....25.1203S
  27. ^ Bill Arnett (2006). "Mercury". The Nine Planets. Retrieved 2006-09-14. 
  28. ^ Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988), Collisional stripping of Mercury's mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528.
  29. ^ Cameron, A. G. W. (1985), The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294.
  30. ^ Mark Alan Bullock. "The Stability of Climate on Venus" (PDF). Southwest Research Institute. Diakses pada 26 Desember 2006.
  31. ^ Paul Rincon (1999). "Climate Change as a Regulator of Tectonics on Venus" (PDF). Johnson Space Center Houston, TX, Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Retrieved 2006-11-19. 
  32. ^ Anne E. Egger, M.A./M.S. "Earth's Atmosphere: Composition and Structure". VisionLearning.com. Retrieved 2006-12-26. 
  33. ^ David Noever (2004). "Modern Martian Marvels: Volcanoes?". NASA Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-07-23. 
  34. ^ Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). "A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness". The Astronomical Journal. Retrieved 2006-12-26. 
  35. ^ "Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?". Cornell University. Retrieved 2009-03-01. 
  36. ^ Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). "The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt" (PDF). Icarus 153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Retrieved 2007-03-22. 
  37. ^ "IAU Planet Definition Committee". International Astronomical Union. 2006. Retrieved 2009-03-01. 
  38. ^ "New study reveals twice as many asteroids as previously believed". ESA. 2002. Retrieved 2006-06-23. 
  39. ^ a b Krasinsky, G. A.; Pitjeva, E. V.; Vasilyev, M. V.; Yagudina, E. I. (July 2002). "Hidden Mass in the Asteroid Belt". Icarus 158 (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837. 
  40. ^ Beech, M.; Duncan I. Steel (September 1995). "On the Definition of the Term Meteoroid". Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society 36 (3): 281–284. Retrieved 2006-08-31. 
  41. ^ "History and Discovery of Asteroids" (DOC). NASA. Retrieved 2006-08-29. 
  42. ^ Phil Berardelli (2006). "Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water". SpaceDaily. Retrieved 2006-06-23. 
  43. ^ Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). "Formation of Giant Planets" (PDF). NASA Ames Research Center; California Institute of Technology. Retrieved 2006-01-16. 
  44. ^ Pappalardo, R T (1999). "Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies". Brown University. Retrieved 2006-01-16. 
  45. ^ J. S. Kargel (1994). "Cryovolcanism on the icy satellites". U.S. Geological Survey. Retrieved 2006-01-16. 
  46. ^ Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). "10 Mysteries of the Solar System". Astronomy Now. Retrieved 2006-01-16. 
  47. ^ Podolak, M.; Reynolds, R. T.; Young, R. (1990). "Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune". NASA, Ames Research Center. Retrieved 2006-01-16. 
  48. ^ Duxbury, N.S., Brown, R.H. (1995). "The Plausibility of Boiling Geysers on Triton". Beacon eSpace. Retrieved 2006-01-16. 
  49. ^ Sekanina, Zdenek (2001). "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93. 
  50. ^ Królikowska, M. (2001). "A study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy & Astrophysics 376 (1): 316–324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Retrieved 2007-01-02. 
  51. ^ Fred L. Whipple (1992-04). "The activities of comets related to their aging and origin". Retrieved 2006-12-26. 
  52. ^ John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007). "Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope". Retrieved 2008-09-21. 
  53. ^ Patrick Vanouplines (1995). "Chiron biography". Vrije Universitiet Brussel. Retrieved 2006-06-23. 
  54. ^ "List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects". IAU: Minor Planet Center. Retrieved 2007-04-02. 
  55. ^ a b Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). "The Solar System Beyond The Planets" (PDF). Institute for Astronomy, University of Hawaii. Retrieved 2007-01-03. 
  56. ^ M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). "Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey". Lowell Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology, University of Hawaii, University of California at Berkeley. Retrieved 2006-09-07. 
  57. ^ E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). "Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System" (PDF). Retrieved 2006-12-26. 
  58. ^ Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). "Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and other nonlinear oscillators". American Journal of Physics 69 (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278  abstract  full text.
  59. ^ Marc W. Buie (2008-04-05). "Orbit Fit and Astrometric record for 136472". SwRI (Space Science Department). Retrieved 2008-07-13. 
  60. ^ David Jewitt (2005). "The 1000 kilometer Scale KBOs". University of Hawaii. Retrieved 2006-07-16. 
  61. ^ Mike Brown (2005). "The discovery of 2003 UB313 Eris, the 10th planet largest known dwarf planet.". CalTech. Retrieved 2006-09-15. 
  62. ^ Stern SA, Weissman PR. (2001). "Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud.". Space Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado. Retrieved 2006-11-19. 
  63. ^ Bill Arnett (2006). "The Kuiper Belt and the Oort Cloud". nineplanets.org. Retrieved 2006-06-23. 
  64. ^ T. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004). The Solar System: Third edition. Springer. p. 1. 
  65. ^ Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). "A New Observational Search for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images". Retrieved 2006-07-23. 
  66. ^ A.D. Dolgov (2003). "Magnetic fields in cosmology". Retrieved 2006-07-23. 
  67. ^ R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). "Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk". Retrieved 2006-07-23. 
  68. ^ Leong, Stacy (2002). "Period of the Sun's Orbit around the Galaxy (Cosmic Year". The Physics Factbook. Retrieved 2007-04-02. 
  69. ^ C. Barbieri (2003). "Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana". IdealStars.com. Retrieved 2007-02-12. 
  70. ^ Leslie Mullen (2001). "Galactic Habitable Zones". Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-06-23. 
  71. ^ "Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction". Physorg.com. 2005. Retrieved 2007-02-02. 
  72. ^ "Near-Earth Supernovas". NASA. Retrieved 2006-07-23. 
  73. ^ "Stars within 10 light years". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  74. ^ "Tau Ceti". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  75. ^ "HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET". Hubblesite. 2006. 
  76. ^ Alessandro Morbidelli (2006). "Origin and dynamical evolution of comets and their reservoirs". CNRS, Observatoire de la Côte d’Azur. Retrieved 2007-08-03. 

Pranala luar

  • (Indonesia) Animasi interaktif Tata Surya dalam bahasa Indonesia
  • (Indonesia) Sebuah applet yang menunjukkan lokasi pada kala ini bintang-bintang dan planet-planet di langit malam.
  • (Inggris) Animasi interaktif planet-planet (145 tingkat zoom dan sejumlah efek waktu)
  • (Inggris) solarviews.com, tampilan multimedia Tata Surya.
  • (Inggris) Simulator Tata Surya milik NASA

Sumber :
andrafarm.com, p2k.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 4

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.

Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang dinamakan Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah dikenal dengan orbit berwujud elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi dibuat menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di kawasan terjauh yang berjauhan sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berlandaskan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, benar lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada semakin jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari sisa dari pembakaran dan partikel lain.

Asal usul

Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para berbakat, beberapa di selangnya adalah:

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi

Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang semakin dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari sisa dari pembakaran, es, dan gas yang dinamakan nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya dibuat menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Dampak gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berwujud nyaris melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk dampak demikianlah keadaanya bintang lain yang lewat cukup tidak jauh dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan dibuat menjadi benda-benda mempunyai ukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya dibuat menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Kondisi yang nyaris bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi dibuat menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu nyaris tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]

Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awal mulanya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang nyaris sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa diteliti dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu ilmu dan teknologi pengamatan pada lima zaman lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diawasi melalui mata telanjang.

Karena teleskop Galileo bisa mengamati semakin tajam, beliau bisa melihat beragam perubahan wujud penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai dampak perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius sampai Saturnus.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada nyaris 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.

Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan persangkaan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori persangkaan inilah yang memungkinkan pencarian dan persangkaan benda-benda langit kemudian

Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Persangkaan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini benar yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.

Pada kala Pluto ditemukan, beliau hanya dikenal sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berlainan jauh dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin benar sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di selangnya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini dikenal juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun mempunyai ukuran semakin kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain semakin besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

Struktur

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya

Illustrasi skala

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5] Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c]

Nyaris semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bagian edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat tidak jauh pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika diteliti dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari melakukan usaha mengikuti wujud elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjauhan semakin tidak jauh dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya semakin kecil) memiliki tahun waktu yang semakin pendek. Pada orbit elips, jarak selang objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat selang objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya melakukan usaha tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang nyaris berwujud lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berwujud elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak selang orbit yang sama selang satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak selang objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) semakin dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Nyaris semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang dinamakan satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran semakin besar dari planet. Nyaris semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang mengandung partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.

Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi dibuat menjadi tiga kawasan. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada kawasan yang semakin jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berlainan tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8]

Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan kawasan sekitarnya.[8] Menurut ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di kawasan trans-Neptunus biasanya dinamakan "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.[8]

Ilmuwan berbakat planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama nyaris semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Beliau juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering dinamakan "es raksasa"), serta beragam benda kecil yang terletak di tidak jauh orbit Neptunus.[12]

Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, air, atau gas di beragam bagian Tata Surya.

Zona planet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling tidak jauh dengan planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya selang 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis selang 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.

Selang Mars dan Yupiter terdapat kawasan yang dinamakan sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau semakin. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, mempunyai ukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis selang 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.

Jarak rata-rata selang planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak selang jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.

Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matahari diteliti dari spektrum sinar-X

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini mempunyai ukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam wujud radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang mempunyai ukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang benar di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang semakin panas akan semakin cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dituturkan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang semakin cemerlang dan semakin panas dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang semakin redup dan dingin adalah umum.[13]

Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Kala ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]

Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk semakin kesudahan pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung semakin banyak unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang semakin berat ini.

Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang semakin tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]

Medium antarplanet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lembar arus heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini dinamakan medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar arus heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Ajang magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki ajang magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi selang angin surya dan ajang magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat diteliti tidak jauh kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Ajang magnet planet-planet menambah peran perlindungan kemudian. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan ajang magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak dikenal seberapa besar.[22]

Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua kawasan mirip piringan yang mengandung sisa dari pembakaran kosmis. Yang pertama, awan sisa dari pembakaran zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23] Kawasan kedua membentang selang 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]

Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup tidak jauh dengan matahari, radius dari seluruh kawasan ini semakin pendek dari jarak selang Yupiter dan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat, nyaris tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di selang Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) dinamakan juga planet inferior.

Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang dikenal adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius yang nyaris bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) mempunyai ukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki kegiatan geologi. Akan tetapi planet ini semakin kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali semakin padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini kegiatan geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki ajang magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang dikenal memiliki kegiatan geologi dan satu-satunya planet yang dikenal memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di selang planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diawasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berlainan dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) mempunyai ukuran semakin kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan kegiatan geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]

Sabuk asteroid

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya

Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[35]

Sabuk asteroid utama terletak di selang orbit Mars dan Yupiter, berjauhan selang 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]

Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah semakin dari seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos kawasan ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter selang 10 dan 10−4 m dinamakan meteorid.[40]

Ceres

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada zaman ke 19, tetapi di-reklasifikasi dibuat menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi semakin lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.

Kumpulan asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi dibuat menjadi kumpulan dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang semakin besar. Mereka tidak gampang dibedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala nyaris sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.[42]

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakangan sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit. Kumpulan Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang gunanya kumpulan ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.

Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.

Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang mempunyai ukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di kawasan ini. Badan-badan padat di kawasan ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering dinamakan "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang semakin tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.

Planet-planet luar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berlandaskan skala

Keempat planet luar, yang dinamakan juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang semakin besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat diteliti dengan gampang dari bumi.

Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang dikenal Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang dikenal sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di selangnya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski nyaris terdiri hanya dari es saja.[45] Titan mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berfaedah.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di selang planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang dikenal, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit semakin kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya semakin padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang dikenal. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga ditemani beberapa planet minor pada orbitnya, yang dinamakan Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.

Komet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Komet Hale-Bopp

Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya mempunyai ukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya semakin jauh dari Pluto. Kala sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, tidak jauhnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan sisa dari pembakaran panjang, yang sering dapat diteliti dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua seratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlanjut ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kumpulan komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]

Centaur

Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya semakin besar dari Yupiter (5,5 SA) dan semakin kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang dikenal adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet jikalau mendekati Matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]

Kawasan trans-Neptunus

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Plot seluruh objek sabuk Kuiper

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper

Kawasan yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau kawasan trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan kawasan ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh semakin kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Kawasan ini juga dikenal sebagai kawasan luar Tata Surya, meskipun beragam orang menggunakan istilah ini untuk kawasan yang terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak selang 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter semakin dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bagian eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi dibuat menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama berasal pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Bagian dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah bagian jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]

Pluto dan Charon

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pluto dan ketiga satelitnya

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, ruang lingkup ini diganti pada tahun 2006 dengan diangkatnya ruang lingkup formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bagian ekliptika) dan berjauhan 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau dibuat menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit yang jauh semakin kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berfaedah Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama dinamakan plutino.[58]

Haumea dan Makemake

Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berwujud telur dan memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awal mulanya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh semakin membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kumpulan Objek Sabuk Kuiper klasik.

Piringan tersebar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Eris dan satelitnya Dysnomia

Piringan tersebar (scattered disc) mempunyai potongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh semakin lapang. Kawasan ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion nyaris sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bagian ekliptika dan sering nyaris bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]

Eris

Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang ruang lingkup planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki persangkaan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang dikenal dan memiliki satu satelit, Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bagian ekliptika sangat membujur.

Kawasan terjauh

Titik tempat Tata Surya habis dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batas terjauh pengaruh angin surya kira kira berjauhan empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini dinamakan sebagai titik awal medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali semakin jauh.

Heliopause

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Voyager memasuki heliosheath

Heliopause dibagi dibuat menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang melakukan usaha pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada kawasan lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada kawasan searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah dibuat menjadi kencang, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan perbuatan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat semakin jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batas luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin surya selesai dan ruang antar bintang berasal.

Wujud dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga ajang magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi wujud tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan semakin jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang dilepaskan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.

Sejauh ini belum benar kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan konsep "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort

Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah massa mempunyai ukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Kawasan ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort melakukan usaha sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.[62][63]

Sedna

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Foto teleskop Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari sebuah kumpulan baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki kumpulan ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh semakin tidak jauh ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski wujud kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum dikenal. Ajang gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Persangkaan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak semakin besar dari 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, kawasan selang Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah kawasan yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dituturkan belum dipetakan. Selain itu, juga benar studi yang sedang berlanjut, yang mempelajari kawasan selang Merkurius dan matahari.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di kawasan yang belum dipetakan.

Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:

align="left">Sudut inklinasi orbit (°)
KarakteristikMerkuriusVenusBumiMarsYupiterSaturnusUranusNeptunus
Jarak orbit (juta km) (SA)57,91 (0,39)108,21 (0,72)149,60 (1,00)227,94 (1,52)778,41 (5,20)1.426,72 (9,54)2.870,97 (19,19)4.498,25 (30,07)
Waktu edaran (tahun)0,24 (88 hari)0,62 (224 hari)1,001,8811,8629,4584,02164,79
Jangka rotasi58,65 hari243,02 hari23 jam 56 menit24 jam 37 menit9 jam 55 menit10 jam 47 menit17 jam 14 menit16 jam 7 menit
Eksentrisitas edaran0,2060,0070,0170,0930,0480,0540,0470,009
7,003,390,001,851,312,480,771,77
Sudut inklinasi ekuator terhadap orbit (°)0,00177,3623,4525,193,1226,7397,8629,58
Diameter ekuator (km)4.87912.10412.7566.805142.984120.53651.11849.528
Massa (dibanding Bumi)0,060,811,000,15317,895,214,517,1
Kepadatan menengah (g/cm³)5,435,245,523,931,330,691,271,64
Suhu permukaanmin.menengah

maks.

-173 °C+167 °C

+427 °C

+437 °C+464 °C

+497 °C

-89 °C+15 °C

+58 °C

-133 °C-55 °C

+27 °C

-108 °C-139 °C-197 °C-201 °C

Konteks galaksi

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lukisan artis dari Gelembung Lokal

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang dinamakan Lengan Orion.[67] Letak Matahari berjauhan selang 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.

Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, tidak jauh letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi kesudahan bintang Vega.[69]

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Wujud orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan nyaris sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[70]

Tata Surya terletak jauh dari kawasan padat bintang di pusat galaksi. Di kawasan pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.

Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan wujud hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam wujud sisa dari pembakaran radiasi atau bahan yang semakin besar lainnya, seperti beragam benda mirip komet.[71]

Kawasan lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berwujud rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium antarbintang, dan mempunyai ukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72]

Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari, jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjauhan 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.

Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjauhan 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73]

Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-kira mempunyai ukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang dikenal sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit semakin pudar dan semakin merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah ditentukan, bernama Epsilon Eridani b, kurang semakin mempunyai ukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[75]

Lihat juga

Catatan

  1. ^ Kapitalisasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Internasional, badan yang mengurusi masalah penamaan astronomis, menyebutkan bahwa seluruh objek astronomi dikapitalisasi namanya (Tata Surya). Namun, istilah ini juga sering ditemui dalam wujud huruf kecil (tata surya)
  2. ^ Lihat Daftar satelit untuk semua satelit alami dari delapan planet dan lima planet kerdil.
  3. ^ Massa Tata Surya tidak termasuk Matahari, Yupiter, dan Saturnus, dapat dihitung dengan menambahkan semua massa objek terbesar yang dihitung dan menggunakan persangkaan kasar untuk massa awan Oort (sekitar 3 kali massa Bumi),,[76] sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi)[55] dan sabuk asteroid (sekitar 0,0005 kali massa Bumi)[39] dengan total massa ~37 kali massa Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar Matahari. Jika dikurangi dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya ~31 kali massa Bumi), sisanya ~6 kali massa Bumi merupakan 1,3 persen dari massa keseluruhan.
  4. ^ Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Matahari dan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjauhan sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter 5,2 SA. Satu tahun cahaya adalah 63.240 SA...

Referensi

  1. ^ Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralogical Works), (Principia, Volume 1)
  2. ^ See, T. J. J. (1909). "The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System". Proceedings of the American Philosophical Society 48: 119. Retrieved 2006-07-23. 
  3. ^ a b c M. M. Woolfson (1993). "The Solar System: Its Origin and Evolution". Journal of the Royal Astronomical Society 34: 1–20. Retrieved 2008-04-16. 
  4. ^ Benjamin Crowell (1998-2006). "5". Conservation Laws. lightandmatter.com. 
  5. ^ M Woolfson (2000). "The origin and evolution of the solar system". Astronomy & Geophysics 41: 1.12. doi:10.1046/j.1468-4004.2000.00012.x. 
  6. ^ nineplanets.org. "An Overview of the Solar System". Retrieved 2007-02-15. 
  7. ^ Amir Alexander (2006). "New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt". The Planetary Society. Retrieved 2006-11-08. 
  8. ^ a b c "The Final IAU Resolution on the definition of "planet" ready for voting". IAU. 2006-08-24. Retrieved 2007-03-02. 
  9. ^ "Dwarf Planets and their Systems". Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey. 2008-11-07. Retrieved 2008-07-13. 
  10. ^ "Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto". International Astronomical Union (News Release - IAU0804), Paris. 11 June 2008. Retrieved 2008-06-11. 
  11. ^ Feaga, L (2007). "Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed by Deep Impact". Icarus 190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009. 
  12. ^ Michael Zellik (2002). Astronomy: The Evolving Universe (9th ed.). Cambridge University Press. p. 240. ISBN 0521800900. OCLC 223304585 46685453. 
  13. ^ Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). "The Second Guide Star Catalogue and Cool Stars". Perkins Observatory. Retrieved 2006-12-26. 
  14. ^ Nir J. Shaviv (2003). "Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind". Journal of Geophysical Research 108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Retrieved 20090126. 
  15. ^ T. S. van Albada, Norman Baker (1973). "On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters". Astrophysical Journal 185: 477–498. doi:10.1086/152434. 
  16. ^ Charles H. Lineweaver (2001-03-09). "An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quantifying Metallicity as a Selection Effect". University of New South Wales. Retrieved 2006-07-23. 
  17. ^ "Solar Physics: The Solar Wind". Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Retrieved 2006-10-03. 
  18. ^ Phillips, Tony (2001-02-15). "The Sun Does a Flip". Science@NASA. Retrieved 2007-02-04. 
  19. ^ A Star with two North Poles, April 22, 2003, Science @ NASA
  20. ^ Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., "Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations", (2002) Journal of Geophysical Research (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299. (Full text)
  21. ^ Lundin, Richard (2001-03-09). "Erosion by the Solar Wind". Science 291 (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763  abstract  full text.
  22. ^ Langner, U. W.; M.S. Potgieter (2005). "Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on the heliospheric modulation of cosmic rays". Advances in Space Research 35 (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005. Retrieved 2007-02-11. 
  23. ^ "Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud". 1998. Retrieved 2007-02-03. 
  24. ^ "ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets". ESA Science and Technology. 2003. Retrieved 2007-02-03. 
  25. ^ Landgraf, M.; Liou, J.-C.; Zook, H. A.; Grün, E. (May 2002). "Origins of Solar System Dust beyond Jupiter". The Astronomical Journal 123 (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Retrieved 2007-02-09. 
  26. ^ Schenk P., Melosh H.J. (1994), Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury's Lithosphere, Abstracts of the 25th Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI....25.1203S
  27. ^ Bill Arnett (2006). "Mercury". The Nine Planets. Retrieved 2006-09-14. 
  28. ^ Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988), Collisional stripping of Mercury's mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528.
  29. ^ Cameron, A. G. W. (1985), The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294.
  30. ^ Mark Alan Bullock. "The Stability of Climate on Venus" (PDF). Southwest Research Institute. Diakses pada 26 Desember 2006.
  31. ^ Paul Rincon (1999). "Climate Change as a Regulator of Tectonics on Venus" (PDF). Johnson Space Center Houston, TX, Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Retrieved 2006-11-19. 
  32. ^ Anne E. Egger, M.A./M.S. "Earth's Atmosphere: Composition and Structure". VisionLearning.com. Retrieved 2006-12-26. 
  33. ^ David Noever (2004). "Modern Martian Marvels: Volcanoes?". NASA Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-07-23. 
  34. ^ Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). "A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness". The Astronomical Journal. Retrieved 2006-12-26. 
  35. ^ "Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?". Cornell University. Retrieved 2009-03-01. 
  36. ^ Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). "The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt" (PDF). Icarus 153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Retrieved 2007-03-22. 
  37. ^ "IAU Planet Definition Committee". International Astronomical Union. 2006. Retrieved 2009-03-01. 
  38. ^ "New study reveals twice as many asteroids as previously believed". ESA. 2002. Retrieved 2006-06-23. 
  39. ^ a b Krasinsky, G. A.; Pitjeva, E. V.; Vasilyev, M. V.; Yagudina, E. I. (July 2002). "Hidden Mass in the Asteroid Belt". Icarus 158 (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837. 
  40. ^ Beech, M.; Duncan I. Steel (September 1995). "On the Definition of the Term Meteoroid". Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society 36 (3): 281–284. Retrieved 2006-08-31. 
  41. ^ "History and Discovery of Asteroids" (DOC). NASA. Retrieved 2006-08-29. 
  42. ^ Phil Berardelli (2006). "Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water". SpaceDaily. Retrieved 2006-06-23. 
  43. ^ Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). "Formation of Giant Planets" (PDF). NASA Ames Research Center; California Institute of Technology. Retrieved 2006-01-16. 
  44. ^ Pappalardo, R T (1999). "Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies". Brown University. Retrieved 2006-01-16. 
  45. ^ J. S. Kargel (1994). "Cryovolcanism on the icy satellites". U.S. Geological Survey. Retrieved 2006-01-16. 
  46. ^ Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). "10 Mysteries of the Solar System". Astronomy Now. Retrieved 2006-01-16. 
  47. ^ Podolak, M.; Reynolds, R. T.; Young, R. (1990). "Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune". NASA, Ames Research Center. Retrieved 2006-01-16. 
  48. ^ Duxbury, N.S., Brown, R.H. (1995). "The Plausibility of Boiling Geysers on Triton". Beacon eSpace. Retrieved 2006-01-16. 
  49. ^ Sekanina, Zdenek (2001). "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93. 
  50. ^ Królikowska, M. (2001). "A study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy & Astrophysics 376 (1): 316–324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Retrieved 2007-01-02. 
  51. ^ Fred L. Whipple (1992-04). "The activities of comets related to their aging and origin". Retrieved 2006-12-26. 
  52. ^ John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007). "Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope". Retrieved 2008-09-21. 
  53. ^ Patrick Vanouplines (1995). "Chiron biography". Vrije Universitiet Brussel. Retrieved 2006-06-23. 
  54. ^ "List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects". IAU: Minor Planet Center. Retrieved 2007-04-02. 
  55. ^ a b Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). "The Solar System Beyond The Planets" (PDF). Institute for Astronomy, University of Hawaii. Retrieved 2007-01-03. 
  56. ^ M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). "Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey". Lowell Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology, University of Hawaii, University of California at Berkeley. Retrieved 2006-09-07. 
  57. ^ E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). "Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System" (PDF). Retrieved 2006-12-26. 
  58. ^ Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). "Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and other nonlinear oscillators". American Journal of Physics 69 (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278  abstract  full text.
  59. ^ Marc W. Buie (2008-04-05). "Orbit Fit and Astrometric record for 136472". SwRI (Space Science Department). Retrieved 2008-07-13. 
  60. ^ David Jewitt (2005). "The 1000 km Scale KBOs". University of Hawaii. Retrieved 2006-07-16. 
  61. ^ Mike Brown (2005). "The discovery of 2003 UB313 Eris, the 10th planet largest known dwarf planet.". CalTech. Retrieved 2006-09-15. 
  62. ^ Stern SA, Weissman PR. (2001). "Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud.". Space Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado. Retrieved 2006-11-19. 
  63. ^ Bill Arnett (2006). "The Kuiper Belt and the Oort Cloud". nineplanets.org. Retrieved 2006-06-23. 
  64. ^ T. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004). The Solar System: Third edition. Springer. p. 1. 
  65. ^ Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). "A New Observational Search for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images". Retrieved 2006-07-23. 
  66. ^ A.D. Dolgov (2003). "Magnetic fields in cosmology". Retrieved 2006-07-23. 
  67. ^ R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). "Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk". Retrieved 2006-07-23. 
  68. ^ Leong, Stacy (2002). "Period of the Sun's Orbit around the Galaxy (Cosmic Year". The Physics Factbook. Retrieved 2007-04-02. 
  69. ^ C. Barbieri (2003). "Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana". IdealStars.com. Retrieved 2007-02-12. 
  70. ^ Leslie Mullen (2001). "Galactic Habitable Zones". Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-06-23. 
  71. ^ "Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction". Physorg.com. 2005. Retrieved 2007-02-02. 
  72. ^ "Near-Earth Supernovas". NASA. Retrieved 2006-07-23. 
  73. ^ "Stars within 10 light years". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  74. ^ "Tau Ceti". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  75. ^ "HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET". Hubblesite. 2006. 
  76. ^ Alessandro Morbidelli (2006). "Origin and dynamical evolution of comets and their reservoirs". CNRS, Observatoire de la Côte d’Azur. Retrieved 2007-08-03. 

Pranala luar

  • (Indonesia) Animasi interaktif Tata Surya dalam bahasa Indonesia
  • (Indonesia) Sebuah applet yang menunjukkan lokasi pada kala ini bintang-bintang dan planet-planet di langit malam.
  • (Inggris) Animasi interaktif planet-planet (145 tingkat zoom dan sejumlah efek waktu)
  • (Inggris) solarviews.com, tampilan multimedia Tata Surya.
  • (Inggris) Simulator Tata Surya milik NASA

Sumber :
andrafarm.com, p2k.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 5

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.

Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang dinamakan Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah dikenal dengan orbit berwujud elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi diproduksi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di kawasan terjauh yang berjauhan sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berlandaskan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, benar lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada semakin jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dahulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari sisa dari pembakaran dan partikel lain.

Asal usul

Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah diketengahkan para berbakat, beberapa di selangnya adalah:

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi

Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali diketengahkan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang semakin dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari sisa dari pembakaran, es, dan gas yang dinamakan nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya diproduksi menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Dampak gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berwujud nyaris melingkar dari planet-planet adalah konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali diketengahkan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk dampak demikianlah keadaanya bintang lain yang lewat cukup tidak jauh dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan diproduksi menjadi benda-benda mempunyai ukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya diproduksi menjadi komet dan asteroid.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali diketengahkan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain untuk Matahari. Kondisi yang nyaris bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi diproduksi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu nyaris tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]

Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya diketengahkan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awal mulanya diketengahkan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang nyaris sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua dapat diteliti dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu ilmu dan teknologi pengamatan pada lima zaman lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak dapat diawasi melalui mata telanjang.

Karena teleskop Galileo dapat mengamati semakin tajam, beliau dapat melihat beragam perubahan wujud penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai dampak perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius sampai Saturnus.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada nyaris 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.

Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan persangkaan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori persangkaan inilah yang memungkinkan pencarian dan persangkaan benda-benda langit kemudian

Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Persangkaan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini benar yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.

Pada kala Pluto ditemukan, beliau hanya dikenal sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berlainan jauh dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin benar sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di selangnya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini dikenal juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun mempunyai ukuran semakin kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain semakin besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.

Struktur

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya

Illustrasi skala

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5] Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup sekitar 90 persen massa selebihnya.[c]

Nyaris semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bagian edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat tidak jauh pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper kebanyakan memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika diteliti dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari melakukan usaha mengikuti wujud elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjauhan semakin tidak jauh dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya semakin kecil) memiliki tahun waktu yang semakin pendek. Pada orbit elips, jarak selang objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat selang objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya melakukan usaha tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet dapat dibilang nyaris berwujud lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berwujud elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak selang orbit yang sama selang satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak selang objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) semakin dari Merkurius[d], sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Nyaris semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang dinamakan satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran semakin besar dari planet. Nyaris semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang mengandung partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.

Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi diproduksi menjadi tiga kawasan. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada kawasan yang semakin jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berlainan tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8]

Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk dapat membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan kawasan sekitarnya.[8] Menurut ruang lingkup ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di kawasan trans-Neptunus kebanyakan dinamakan "plutoid".[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.[8]

Ilmuwan berbakat planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, adalah komponen pembentuk utama nyaris semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini adalah komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Beliau juga adalah komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering dinamakan "es raksasa"), serta beragam benda kecil yang terletak di tidak jauh orbit Neptunus.[12]

Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, air, atau gas di beragam bagian Tata Surya.

Zona planet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling tidak jauh dengan planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya selang 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis selang 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.

Selang Mars dan Yupiter terdapat kawasan yang dinamakan sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau semakin. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, mempunyai ukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis selang 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.

Jarak rata-rata selang planet-planet dengan Matahari dapat diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak selang jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan adalah efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus adalah hasil tabrakan kosmis.

Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matahari diteliti dari spektrum sinar-X

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan adalah komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini mempunyai ukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk dapat mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam wujud radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang mempunyai ukuran tengahan, tetapi nama ini dapat menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang benar di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang semakin panas akan semakin cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dituturkan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang semakin cemerlang dan semakin panas dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang semakin redup dan dingin adalah umum.[13]

Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum adalah "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Kala ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]

Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk semakin kesudahan pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung semakin banyak unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II".[15] Unsur-unsur yang semakin berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang semakin berat ini.

Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang semakin tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]

Medium antarplanet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lembar arus heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar sekitar pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini dinamakan medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar arus heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Ajang magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki ajang magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi selang angin surya dan ajang magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat diteliti tidak jauh kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga memerankan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Ajang magnet planet-planet menambah peran perlindungan kemudian. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan ajang magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak dikenal seberapa besar.[22]

Medium antarplanet juga adalah tempat beradanya paling tidak dua kawasan mirip piringan yang mengandung sisa dari pembakaran kosmis. Yang pertama, awan sisa dari pembakaran zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan adalah penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[23] Kawasan kedua membentang selang 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]

Tata Surya bagian dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup tidak jauh dengan matahari, radius dari seluruh kawasan ini semakin pendek dari jarak selang Yupiter dan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat, nyaris tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di selang Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) dinamakan juga planet inferior.

Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang dikenal adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius yang nyaris dapat diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum dapat dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) mempunyai ukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki kegiatan geologi. Akan tetapi planet ini semakin kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali semakin padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan banyak gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30] Sejauh ini kegiatan geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki ajang magnet yang dapat mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang dikenal memiliki kegiatan geologi dan satu-satunya planet yang dikenal memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di selang planet-planet kebumian dan juga adalah satu-satunya planet yang diawasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berlainan dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) mempunyai ukuran semakin kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan kegiatan geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga adalah asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]

Sabuk asteroid

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya

Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[35]

Sabuk asteroid utama terletak di selang orbit Mars dan Yupiter, berjauhan selang 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga adalah sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]

Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah semakin dari seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos kawasan ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter selang 10 dan 10−4 m dinamakan meteorid.[40]

Ceres

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Ceres

Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada zaman ke 19, tetapi di-reklasifikasi diproduksi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi semakin lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.

Kumpulan asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi diproduksi menjadi kumpulan dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang semakin besar. Mereka tidak remeh dibedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala nyaris sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin adalah sumber air bumi.[42]

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakangan sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit. Kumpulan Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang gunanya kumpulan ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.

Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.

Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang mempunyai ukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di kawasan ini. Badan-badan padat di kawasan ini mengandung banyak volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering dinamakan "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang semakin tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.

Planet-planet luar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berlandaskan skala

Keempat planet luar, yang dinamakan juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang semakin besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat diteliti dengan remeh dari bumi.

Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang dikenal Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang adalah satelit terbesar di Tata Surya, mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang dikenal sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di selangnya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski nyaris terdiri hanya dari es saja.[45] Titan mempunyai ukuran semakin besar dari Merkurius dan adalah satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berfaedah.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di selang planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang dikenal, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit semakin kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya semakin padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang dikenal. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga ditemani beberapa planet minor pada orbitnya, yang dinamakan Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.

Komet

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Komet Hale-Bopp

Komet adalah badan Tata Surya kecil, kebanyakan hanya mempunyai ukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya semakin jauh dari Pluto. Kala sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, tidak jauhnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan sisa dari pembakaran panjang, yang sering dapat diteliti dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua seratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlanjut ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kumpulan komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]

Centaur

Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya semakin besar dari Yupiter (5,5 SA) dan semakin kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang dikenal adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet jikalau mendekati Matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]

Kawasan trans-Neptunus

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Plot seluruh objek sabuk Kuiper

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper

Kawasan yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau kawasan trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan kawasan ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh semakin kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Kawasan ini juga dikenal sebagai kawasan luar Tata Surya, meskipun beragam orang menggunakan istilah ini untuk kawasan yang terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak selang 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter semakin dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bagian eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar dapat dibagi diproduksi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama berasal pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Bagian dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah bagian jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]

Pluto dan Charon

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Pluto dan ketiga satelitnya

Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, ruang lingkup ini ditukar pada tahun 2006 dengan diangkatnya ruang lingkup formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bagian ekliptika) dan berjauhan 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau diproduksi menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit yang jauh semakin kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berfaedah Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama dinamakan plutino.[58]

Haumea dan Makemake

Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berwujud telur dan memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awal mulanya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh semakin membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kumpulan Objek Sabuk Kuiper klasik.

Piringan tersebar

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Eris dan satelitnya Dysnomia

Piringan tersebar (scattered disc) mempunyai potongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh semakin lapang. Kawasan ini diduga adalah sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion nyaris sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bagian ekliptika dan sering nyaris bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper belt objects).[60]

Eris

Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang ruang lingkup planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki persangkaan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang dikenal dan memiliki satu satelit, Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bagian ekliptika sangat membujur.

Kawasan terjauh

Titik tempat Tata Surya habis dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batas terjauh pengaruh angin surya kira kira berjauhan empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini dinamakan sebagai titik awal medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali semakin jauh.

Heliopause

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Voyager memasuki heliosheath

Heliopause dibagi diproduksi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang melakukan usaha pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada kawasan lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada kawasan searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah diproduksi menjadi kencang, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan perbuatan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat semakin jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batas luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin surya selesai dan ruang antar bintang berasal.

Wujud dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga ajang magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi wujud tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan semakin jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang dilepaskan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.

Sejauh ini belum benar kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan pemikiran "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Gambaran seorang artis tentang Awan Oort

Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah massa mempunyai ukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya adalah sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Kawasan ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort melakukan usaha sangat lambat dan dapat digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang ditampik Bima Sakti.[62][63]

Sedna

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Foto teleskop Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak adalah bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari sebuah kumpulan baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki kumpulan ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh semakin tidak jauh ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski wujud kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum dikenal. Ajang gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Persangkaan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak semakin besar dari 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, kawasan selang Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah kawasan yang memiliki radius puluhan ribu SA, dapat dituturkan belum dipetakan. Selain itu, juga benar studi yang sedang berlanjut, yang mempelajari kawasan selang Merkurius dan matahari.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di kawasan yang belum dipetakan.

Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:

Konteks galaksi

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Lukisan artis dari Gelembung Lokal

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang dinamakan Lengan Orion.[67] Letak Matahari berjauhan selang 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.

Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, tidak jauh letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi kesudahan bintang Vega.[69]

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi memerankan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Wujud orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan nyaris sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[70]

Tata Surya terletak jauh dari kawasan padat bintang di pusat galaksi. Di kawasan pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan dapat menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini dapat menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.

Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan wujud hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam wujud sisa dari pembakaran radiasi atau bahan yang semakin besar lainnya, seperti beragam benda mirip komet.[71]

Kawasan lingkungan sekitar

Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berwujud rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium antarbintang, dan mempunyai ukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72]

Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari, banyak bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjauhan 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B adalah bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.

Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' sekitar bermassa dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjauhan 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73]

Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini sekitar mempunyai ukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang dikenal sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit semakin pudar dan semakin merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah ditentukan, bernama Epsilon Eridani b, kurang semakin mempunyai ukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[75]

Lihat juga

Catatan

  1. ^ Kapitalisasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Internasional, badan yang mengurusi masalah penamaan astronomis, menyebutkan bahwa seluruh objek astronomi dikapitalisasi namanya (Tata Surya). Namun, istilah ini juga sering ditemui dalam wujud huruf kecil (tata surya)
  2. ^ Lihat Daftar satelit untuk semua satelit alami dari delapan planet dan lima planet kerdil.
  3. ^ Massa Tata Surya tidak termasuk Matahari, Yupiter, dan Saturnus, dapat dihitung dengan menambahkan semua massa objek terbesar yang dihitung dan menggunakan persangkaan kasar untuk massa awan Oort (sekitar 3 kali massa Bumi),,[76] sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi)[55] dan sabuk asteroid (sekitar 0,0005 kali massa Bumi)[39] dengan total massa ~37 kali massa Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar Matahari. Jika dikurangi dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya ~31 kali massa Bumi), sisanya ~6 kali massa Bumi adalah 1,3 persen dari massa keseluruhan.
  4. ^ Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Matahari dan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjauhan sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter 5,2 SA. Satu tahun cahaya adalah 63.240 SA...

Referensi

  1. ^ Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralogical Works), (Principia, Volume 1)
  2. ^ See, T. J. J. (1909). "The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System". Proceedings of the American Philosophical Society 48: 119. Retrieved 2006-07-23. 
  3. ^ a b c M. M. Woolfson (1993). "The Solar System: Its Origin and Evolution". Journal of the Royal Astronomical Society 34: 1–20. Retrieved 2008-04-16. 
  4. ^ Benjamin Crowell (1998-2006). "5". Conservation Laws. lightandmatter.com. 
  5. ^ M Woolfson (2000). "The origin and evolution of the solar system". Astronomy & Geophysics 41: 1.12. doi:10.1046/j.1468-4004.2000.00012.x. 
  6. ^ nineplanets.org. "An Overview of the Solar System". Retrieved 2007-02-15. 
  7. ^ Amir Alexander (2006). "New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt". The Planetary Society. Retrieved 2006-11-08. 
  8. ^ a b c "The Final IAU Resolution on the definition of "planet" ready for voting". IAU. 2006-08-24. Retrieved 2007-03-02. 
  9. ^ "Dwarf Planets and their Systems". Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey. 2008-11-07. Retrieved 2008-07-13. 
  10. ^ "Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto". International Astronomical Union (News Release - IAU0804), Paris. 11 June 2008. Retrieved 2008-06-11. 
  11. ^ Feaga, L (2007). "Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed by Deep Impact". Icarus 190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009. 
  12. ^ Michael Zellik (2002). Astronomy: The Evolving Universe (9th ed.). Cambridge University Press. p. 240. ISBN 0521800900. OCLC 223304585 46685453. 
  13. ^ Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). "The Second Guide Star Catalogue and Cool Stars". Perkins Observatory. Retrieved 2006-12-26. 
  14. ^ Nir J. Shaviv (2003). "Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind". Journal of Geophysical Research 108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Retrieved 20090126. 
  15. ^ T. S. van Albada, Norman Baker (1973). "On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters". Astrophysical Journal 185: 477–498. doi:10.1086/152434. 
  16. ^ Charles H. Lineweaver (2001-03-09). "An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quantifying Metallicity as a Selection Effect". University of New South Wales. Retrieved 2006-07-23. 
  17. ^ "Solar Physics: The Solar Wind". Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Retrieved 2006-10-03. 
  18. ^ Phillips, Tony (2001-02-15). "The Sun Does a Flip". Science@NASA. Retrieved 2007-02-04. 
  19. ^ A Star with two North Poles, April 22, 2003, Science @ NASA
  20. ^ Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., "Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations", (2002) Journal of Geophysical Research (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299. (Full text)
  21. ^ Lundin, Richard (2001-03-09). "Erosion by the Solar Wind". Science 291 (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763  abstract  full text.
  22. ^ Langner, U. W.; M.S. Potgieter (2005). "Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on the heliospheric modulation of cosmic rays". Advances in Space Research 35 (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005. Retrieved 2007-02-11. 
  23. ^ "Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud". 1998. Retrieved 2007-02-03. 
  24. ^ "ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets". ESA Science and Technology. 2003. Retrieved 2007-02-03. 
  25. ^ Landgraf, M.; Liou, J.-C.; Zook, H. A.; Grün, E. (May 2002). "Origins of Solar System Dust beyond Jupiter". The Astronomical Journal 123 (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Retrieved 2007-02-09. 
  26. ^ Schenk P., Melosh H.J. (1994), Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury's Lithosphere, Abstracts of the 25th Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI....25.1203S
  27. ^ Bill Arnett (2006). "Mercury". The Nine Planets. Retrieved 2006-09-14. 
  28. ^ Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988), Collisional stripping of Mercury's mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528.
  29. ^ Cameron, A. G. W. (1985), The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294.
  30. ^ Mark Alan Bullock. "The Stability of Climate on Venus" (PDF). Southwest Research Institute. Diakses pada 26 Desember 2006.
  31. ^ Paul Rincon (1999). "Climate Change as a Regulator of Tectonics on Venus" (PDF). Johnson Space Center Houston, TX, Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Retrieved 2006-11-19. 
  32. ^ Anne E. Egger, M.A./M.S. "Earth's Atmosphere: Composition and Structure". VisionLearning.com. Retrieved 2006-12-26. 
  33. ^ David Noever (2004). "Modern Martian Marvels: Volcanoes?". NASA Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-07-23. 
  34. ^ Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). "A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness". The Astronomical Journal. Retrieved 2006-12-26. 
  35. ^ "Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?". Cornell University. Retrieved 2009-03-01. 
  36. ^ Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). "The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt" (PDF). Icarus 153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Retrieved 2007-03-22. 
  37. ^ "IAU Planet Definition Committee". International Astronomical Union. 2006. Retrieved 2009-03-01. 
  38. ^ "New study reveals twice as many asteroids as previously believed". ESA. 2002. Retrieved 2006-06-23. 
  39. ^ a b Krasinsky, G. A.; Pitjeva, E. V.; Vasilyev, M. V.; Yagudina, E. I. (July 2002). "Hidden Mass in the Asteroid Belt". Icarus 158 (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837. 
  40. ^ Beech, M.; Duncan I. Steel (September 1995). "On the Definition of the Term Meteoroid". Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society 36 (3): 281–284. Retrieved 2006-08-31. 
  41. ^ "History and Discovery of Asteroids" (DOC). NASA. Retrieved 2006-08-29. 
  42. ^ Phil Berardelli (2006). "Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water". SpaceDaily. Retrieved 2006-06-23. 
  43. ^ Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). "Formation of Giant Planets" (PDF). NASA Ames Research Center; California Institute of Technology. Retrieved 2006-01-16. 
  44. ^ Pappalardo, R T (1999). "Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies". Brown University. Retrieved 2006-01-16. 
  45. ^ J. S. Kargel (1994). "Cryovolcanism on the icy satellites". U.S. Geological Survey. Retrieved 2006-01-16. 
  46. ^ Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). "10 Mysteries of the Solar System". Astronomy Now. Retrieved 2006-01-16. 
  47. ^ Podolak, M.; Reynolds, R. T.; Young, R. (1990). "Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune". NASA, Ames Research Center. Retrieved 2006-01-16. 
  48. ^ Duxbury, N.S., Brown, R.H. (1995). "The Plausibility of Boiling Geysers on Triton". Beacon eSpace. Retrieved 2006-01-16. 
  49. ^ Sekanina, Zdenek (2001). "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93. 
  50. ^ Królikowska, M. (2001). "A study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy & Astrophysics 376 (1): 316–324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Retrieved 2007-01-02. 
  51. ^ Fred L. Whipple (1992-04). "The activities of comets related to their aging and origin". Retrieved 2006-12-26. 
  52. ^ John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007). "Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope". Retrieved 2008-09-21. 
  53. ^ Patrick Vanouplines (1995). "Chiron biography". Vrije Universitiet Brussel. Retrieved 2006-06-23. 
  54. ^ "List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects". IAU: Minor Planet Center. Retrieved 2007-04-02. 
  55. ^ a b Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). "The Solar System Beyond The Planets" (PDF). Institute for Astronomy, University of Hawaii. Retrieved 2007-01-03. 
  56. ^ M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). "Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey". Lowell Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology, University of Hawaii, University of California at Berkeley. Retrieved 2006-09-07. 
  57. ^ E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). "Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System" (PDF). Retrieved 2006-12-26. 
  58. ^ Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). "Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and other nonlinear oscillators". American Journal of Physics 69 (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278  abstract  full text.
  59. ^ Marc W. Buie (2008-04-05). "Orbit Fit and Astrometric record for 136472". SwRI (Space Science Department). Retrieved 2008-07-13. 
  60. ^ David Jewitt (2005). "The 1000 km Scale KBOs". University of Hawaii. Retrieved 2006-07-16. 
  61. ^ Mike Brown (2005). "The discovery of 2003 UB313 Eris, the 10th planet largest known dwarf planet.". CalTech. Retrieved 2006-09-15. 
  62. ^ Stern SA, Weissman PR. (2001). "Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud.". Space Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado. Retrieved 2006-11-19. 
  63. ^ Bill Arnett (2006). "The Kuiper Belt and the Oort Cloud". nineplanets.org. Retrieved 2006-06-23. 
  64. ^ T. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004). The Solar System: Third edition. Springer. p. 1. 
  65. ^ Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). "A New Observational Search for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images". Retrieved 2006-07-23. 
  66. ^ A.D. Dolgov (2003). "Magnetic fields in cosmology". Retrieved 2006-07-23. 
  67. ^ R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). "Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk". Retrieved 2006-07-23. 
  68. ^ Leong, Stacy (2002). "Period of the Sun's Orbit around the Galaxy (Cosmic Year". The Physics Factbook. Retrieved 2007-04-02. 
  69. ^ C. Barbieri (2003). "Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana". IdealStars.com. Retrieved 2007-02-12. 
  70. ^ Leslie Mullen (2001). "Galactic Habitable Zones". Astrobiology Magazine. Retrieved 2006-06-23. 
  71. ^ "Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction". Physorg.com. 2005. Retrieved 2007-02-02. 
  72. ^ "Near-Earth Supernovas". NASA. Retrieved 2006-07-23. 
  73. ^ "Stars within 10 light years". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  74. ^ "Tau Ceti". SolStation. Retrieved 2007-04-02. 
  75. ^ "HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET". Hubblesite. 2006. 
  76. ^ Alessandro Morbidelli (2006). "Origin and dynamical evolution of comets and their reservoirs". CNRS, Observatoire de la Côte d’Azur. Retrieved 2007-08-03. 

Pranala luar

  • (Indonesia) Animasi interaktif Tata Surya dalam bahasa Indonesia
  • (Indonesia) Sebuah applet yang menunjukkan lokasi pada kala ini bintang-bintang dan planet-planet di langit malam.
  • (Inggris) Animasi interaktif planet-planet (145 tingkat zoom dan sejumlah efek waktu)
  • (Inggris) solarviews.com, tampilan multimedia Tata Surya.
  • (Inggris) Simulator Tata Surya milik NASA

Sumber :
andrafarm.com, p2k.kuliah-karyawan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 6

Tags (tagged): portal, oceania, unimus, penjelajah, asal perancis bernama, jules dumont, d, urville, tergabung dalam, persemakmuran sehingga, mengakui, dari batu kini, terletak sepanjang, garis, pantai, perancis bangunan, struktur selandia, baru, negara, center of, cyclopedia utara, kepulauan, marshall mikronesia nauru, palau melanesia, oceania portal


Page 7

Tags (tagged): portal, oceania, unimus, penjelajah, asal perancis bernama, jules dumont, d, urville, tergabung dalam, persemakmuran sehingga, mengakui, dari batu kini, terletak sepanjang, garis, pantai, perancis bangunan, struktur selandia, baru, negara, center of, cyclopedia utara, kepulauan, marshall mikronesia nauru, palau melanesia, oceania portal


Page 8

Tags (tagged): portal, oceania, unimus, suatu, wilayah geografis geopolitis, terdiri atas, oseania, mempunyai kemerdekaan dalam, jumlah beragam, 3, 791 jiwa mayoritasnya, menetap ibukota, hanga, roa, bandara oseania, bangunan struktur, australia, center of cyclopedia, kepulauan mariana, utara, kepulauan marshall mikronesia


Page 9

Tags (tagged): portal, oceania, unimus, suatu, wilayah geografis geopolitis, terdiri atas, oseania, mempunyai kemerdekaan dalam, jumlah beragam, 3, 791 jiwa mayoritasnya, menetap ibukota, hanga, roa, bandara oseania, bangunan struktur, australia, center of cyclopedia, kepulauan mariana, utara, kepulauan marshall mikronesia


Page 10

Tags (tagged): portal, oseania, suatu, wilayah, geografis geopolitis terdiri, atas, mempunyai, kemerdekaan dalam jumlah, beragam, 3, 791, jiwa mayoritasnya menetap, ibukota hanga, roa, bandara oseania bangunan, struktur australia, ensiklopedi, dunia kepulauan mariana, utara kepulauan, marshall, mikronesia portal


Page 11

Tags (tagged): portal, oseania, penjelajah, asal, perancis bernama jules, dumont d, urville, tergabung dalam persemakmuran, sehingga mengakui, dari, batu kini terletak, sepanjang garis, pantai, perancis bangunan struktur, selandia baru, negara, ensiklopedi dunia utara, kepulauan marshall, mikronesia, nauru palau melanesia


Page 12

Tags (tagged): portal, oseania, penjelajah, asal, perancis bernama jules, dumont d, urville, tergabung dalam persemakmuran, sehingga mengakui, dari, batu kini terletak, sepanjang garis, pantai, perancis bangunan struktur, selandia baru, negara, ensiklopedi dunia utara, kepulauan marshall, mikronesia, nauru palau melanesia


Page 13

Tags (tagged): portal, oseania, suatu, wilayah, geografis geopolitis terdiri, atas, mempunyai, kemerdekaan dalam jumlah, beragam, 3, 791, jiwa mayoritasnya menetap, ibukota hanga, roa, bandara oseania bangunan, struktur australia, ensiklopedi, dunia kepulauan mariana, utara kepulauan, marshall, mikronesia portal


Page 14

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga dapat diartikan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur tidak terwujud memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Pengetahuan Pengetahuan Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur dapat menyediakan generalisasi pemersatu bagi sebagian sub-bidang, atau alat bantu kepada agak biasa.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari bermacam pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melewati metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik ada secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya....... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (lahir di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pakar astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ia adalah pengikut saluran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan dikatakan sebagai bapak pengetahuan fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini menaruh dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga zaman. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Ia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam bidang mekanika, Newton mencetuskan mempunyainya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam bidang optika, ia sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna sesuai pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih dijadikan warna-warna lainnya. Ia juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam bidang matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang dimainkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Ia juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" kepada melakukan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya....... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Carl Friedrich Gauss

  • ....... bahwa pada umur 10 tahun, Carl Friedrich Gauss membuat gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus kepada menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa penghitungan deret 1+2+3+...+100?
  • ....... bahwa Barisan Polinom dapat menolong menentukan rumus umum sembarang barisan yang dikenal sebagian suku awalnya?

Artikel


Sumber :
id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dsb.


Page 15

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga dapat diartikan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur tidak terwujud memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Pengetahuan Pengetahuan Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur dapat menyediakan generalisasi pemersatu bagi sebagian sub-bidang, atau alat bantu bagi agak biasa.

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari bermacam pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melewati metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik ada secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya....... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (lahir di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pakar astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ia adalah pengikut saluran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan dikatakan sebagai bapak pengetahuan fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini menaruh dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga zaman. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Ia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam bidang mekanika, Newton mencetuskan mempunyainya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam bidang optika, ia sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna berdasarkan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih dijadikan warna-warna lainnya. Ia juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam bidang matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang dimainkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Ia juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" bagi melakukan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya....... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Carl Friedrich Gauss

  • ....... bahwa pada umur 10 tahun, Carl Friedrich Gauss membuat gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus bagi menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa penghitungan deret 1+2+3+...+100?
  • ....... bahwa Barisan Polinom dapat menolong menentukan rumus umum sembarang barisan yang dikenal sebagian suku awalnya?

Artikel


Sumber :
id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dsb.


Page 16

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga dapat diartikan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur tidak terwujud memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Pengetahuan Pengetahuan Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur dapat menyediakan generalisasi pemersatu bagi sebagian sub-bidang, atau alat bantu kepada agak biasa.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari bermacam pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melewati metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik ada secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya....... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (lahir di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pakar astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ia adalah pengikut saluran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan dikatakan sebagai bapak pengetahuan fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini menaruh dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga zaman. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Ia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam bidang mekanika, Newton mencetuskan mempunyainya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam bidang optika, ia sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna sesuai pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih dijadikan warna-warna lainnya. Ia juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam bidang matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang dimainkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Ia juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" kepada melakukan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya....... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Carl Friedrich Gauss

  • ....... bahwa pada umur 10 tahun, Carl Friedrich Gauss membuat gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus kepada menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa penghitungan deret 1+2+3+...+100?
  • ....... bahwa Barisan Polinom dapat menolong menentukan rumus umum sembarang barisan yang dikenal sebagian suku awalnya?

Artikel


Sumber :
id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dsb.


Page 17

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga dapat diartikan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur tidak terwujud memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Pengetahuan Pengetahuan Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur dapat menyediakan generalisasi pemersatu bagi sebagian sub-bidang, atau alat bantu kepada agak biasa.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari bermacam pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melewati metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik ada secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya....... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (lahir di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pakar astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ia adalah pengikut saluran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan dikatakan sebagai bapak pengetahuan fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini menaruh dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga zaman. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Ia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam bidang mekanika, Newton mencetuskan mempunyainya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam bidang optika, ia sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna sesuai pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih dijadikan warna-warna lainnya. Ia juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam bidang matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang dimainkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Ia juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" kepada melakukan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya....... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Carl Friedrich Gauss

  • ....... bahwa pada umur 10 tahun, Carl Friedrich Gauss membuat gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus kepada menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa penghitungan deret 1+2+3+...+100?
  • ....... bahwa Barisan Polinom dapat menolong menentukan rumus umum sembarang barisan yang dikenal sebagian suku awalnya?

Artikel


Sumber :
id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dsb.


Page 18

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga dapat diartikan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur tidak terwujud memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Pengetahuan Pengetahuan Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur dapat menyediakan generalisasi pemersatu bagi sebagian sub-bidang, atau alat bantu bagi agak biasa.

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari bermacam pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melewati metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik ada secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya....... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (lahir di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pakar astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ia adalah pengikut saluran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan dikatakan sebagai bapak pengetahuan fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini menaruh dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga zaman. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Ia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam bidang mekanika, Newton mencetuskan mempunyainya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam bidang optika, ia sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna berdasarkan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih dijadikan warna-warna lainnya. Ia juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam bidang matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang dimainkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Ia juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" bagi melakukan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya....... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Carl Friedrich Gauss

  • ....... bahwa pada umur 10 tahun, Carl Friedrich Gauss membuat gurunya terkagum-kagum dengan memberikan rumus bagi menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa penghitungan deret 1+2+3+...+100?
  • ....... bahwa Barisan Polinom dapat menolong menentukan rumus umum sembarang barisan yang dikenal sebagian suku awalnya?

Artikel


Sumber :
id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.gilland-ganesha.com, wiki.edunitas.com, dsb.


Page 19

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga bisa dirumuskan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur niskala memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Ilmu Ilmu Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur bisa menyediakan generalisasi pemersatu untuk beberapa sub-bidang, atau alat bantu untuk anggaran biasa.

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang selaras.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah hasil pekerjaan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya.... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (lahir di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pandai astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Beliau adalah pengikut arus heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan diceritakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 diasumsikan sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletak dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga seratus tahun. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Beliau membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam anggota mekanika, Newton mencetuskan demikianlah keadaanya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam anggota optika, beliau sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna berlandaskan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih menjadi warna-warna lainnya. Beliau juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam anggota matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang diterapkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Beliau juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" untuk melaksanakan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya.... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Artikel


Sumber :
ilmuwan.web.id, p2k.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 20

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga bisa dirumuskan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur niskala memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Ilmu Ilmu Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur bisa menyediakan generalisasi pemersatu untuk beberapa sub-bidang, atau alat bantu untuk anggaran biasa.

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang selaras.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah hasil pekerjaan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya.... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (lahir di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pandai astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Beliau adalah pengikut arus heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan diceritakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 diasumsikan sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletak dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga seratus tahun. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Beliau membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam anggota mekanika, Newton mencetuskan demikianlah keadaanya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam anggota optika, beliau sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna berlandaskan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih menjadi warna-warna lainnya. Beliau juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam anggota matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang diterapkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Beliau juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" untuk melaksanakan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya.... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Artikel


Sumber :
ilmuwan.web.id, p2k.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 21

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga mampu dirumuskan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur niskala memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Ilmu Ilmu Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur mampu menyediakan generalisasi pemersatu untuk beberapa sub-bidang, atau alat bantu untuk anggaran biasa.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang selaras.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah hasil pekerjaan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya.... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (kelahiran di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pandai astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Beliau merupakan pengikut arus heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan diceritakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 diasumsikan sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletak dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga seratus tahun. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Beliau membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam anggota mekanika, Newton mencetuskan demikianlah keadaanya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam anggota optika, beliau sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna berlandaskan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih menjadi warna-warna lainnya. Beliau juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam anggota matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang diterapkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Beliau juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" untuk memperagakan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya.... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Artikel


Sumber :
ilmuwan.web.id, p2k.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 22

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga mampu dirumuskan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur niskala memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Ilmu Ilmu Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur mampu menyediakan generalisasi pemersatu untuk beberapa sub-bidang, atau alat bantu untuk anggaran biasa.

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang selaras.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah hasil pekerjaan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya.... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (kelahiran di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pandai astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Beliau merupakan pengikut arus heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan diceritakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 diasumsikan sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletak dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga seratus tahun. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Beliau membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam anggota mekanika, Newton mencetuskan demikianlah keadaanya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam anggota optika, beliau sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna berlandaskan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih menjadi warna-warna lainnya. Beliau juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam anggota matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang diterapkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Beliau juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" untuk memperagakan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya.... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Artikel


Sumber :
ilmuwan.web.id, p2k.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 23

Portal Matematika

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang. Matematika juga bisa dirumuskan sebagai penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika yaitu pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur niskala memakai logika simbolik dan notasi matematika.

Pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika. Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan seringkali berasal dari Ilmu Ilmu Dunia, sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga menegaskan dan menyelidiki struktur karena struktur bisa menyediakan generalisasi pemersatu untuk beberapa sub-bidang, atau alat bantu untuk anggaran biasa.

Artikel pilihan

Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) yaitu studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang selaras.

Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah hasil pekerjaan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." (Selengkapnya.... )

Artikel pilihan sebelumnya: A Mathematician's Apology, Kalkulus

Gambar pilihan

Kategori

Matematikawan pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Isaac Newton (Bolton, Sarah K. Famous Men of Science. NY: Thomas Y. Crowell & Co., 1889)

Sir Isaac Newton FRS (lahir di Woolsthorpe-by-Colsterworth, Lincolnshire, 4 Januari 1643 – meninggal 31 Maret 1727 pada umur 84 tahun; KJ: 25 Desember 1642 – 20 Maret 1727) yaitu seorang fisikawan, matematikawan, pandai astronomi, filsuf dunia, alkimiwan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Beliau adalah pengikut arus heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan diceritakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687 diasumsikan sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletak dasar-dasar mekanika klasik. Karyanya Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai dunia semesta selama tiga seratus tahun. Newton sukses menunjukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum-hukum dunia yang sama. Beliau membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi selang hukum gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya. Karyanya ini kesudahannya menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah.

Dalam anggota mekanika, Newton mencetuskan demikianlah keadaanya prinsip kekekalan momentum dan momentum sudut. Dalam anggota optika, beliau sukses membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan teori warna berlandaskan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih menjadi warna-warna lainnya. Beliau juga merumuskan hukum pendinginan dan mempelajari kecepatan suara.

Dalam anggota matematika pula, bersama dengan karya Gottfried Leibniz yang diterapkan secara terpisah, Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Beliau juga sukses menjabarkan teori binomial, mengembangkan "metode Newton" untuk melaksanakan pendekatan terhadap nilai nol suatu fungsi, dan berkontribusi terhadap kajian deret pangkat. (Selengkapnya.... )

Tokoh pilihan sebelumnya: Leonhard Euler - Carl Friedrich Gauss

Tahukah anda?

Artikel


Sumber :
ilmuwan.web.id, p2k.gilland-group.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb.


Page 24

PORTAL ASIA

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Benua Asia merupakan benua terbesar dengan populasi terpadat di dunia dengan wilayah yang mencakup 8,6% permukaan Bumi yang meliputi daratan lapang Afrika-Eurasia tanpa Eropa dan Afrika. Batasan selang Asia dan Eropa sangat kabur, yakni berasa di wilayah Dardanella, Laut Marmara, selat Bosforus, Laut Hitam, pegunungan Kaukasus, Laut Kaspia, Sungai Ural (atau Sungai Emba), dan Pegunungan Ural sampai Novaya Zemlya, sedangkan dengan Afrika, Asia berjumpa di sekitar Terusan Suez. Sekitar 60% populasi dunia tinggal di Asia. Lihat pula Eurasia. Wilayah Asia merupakan benua Asia ditambah kepulauan di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik.

Selengkapnya.........

Artikel pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di selang benua Asia dan Australia serta selang Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi sekitar sebesar 260 juta jiwa pada tahun 2013, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sekitar 230 juta meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Wujud pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Kawasan dan Presiden yang dipilih langsung.

Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor (mantan segi provinsi dari indonesia). Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Dari Sabang sampai Merauke,Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan bangsa yang semakin spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa yang termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Deutero dan terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang lapang, Indonesia memiliki wilayah dunia yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

(Selengkapnya......... )

Gambar pilihan

Negara di Asia

Peta Asia

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Tahukah anda?

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

  • ......... bahwa penduduk Arab Saudi adalah pengguna parfum terbanyak di dunia per kapita, yaitu sekitar 0,95 liter bagi setiap orangnya, laki-laki, perempuan, dan anak-anak?
  • ......... bahwa semenanjung Malaya disebut oleh Ptolemeus, pakar geografi dan astronom Helenis-Mesir dalam peta yang disusunnya sebagai Aurea Chersonesus, sementara Selat Malaka disebutnya Sinus Sabaricus?
  • ......... bahwa mutiara terbesar di dunia ditemukan di pulau Palawan, Filipina, pada tanggal 7 Mei 1934? Mutiara seberat 6,73 kg ini kemudian diberi nama Pearl of Allah dan dinobatkan sebagai mutiara terbesar di dunia.
  • ......... bahwa Jepang adalah importir bijih besi terbesar di dunia?

Kategori


Sub Portal

Azerbaijan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
India

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Indonesia

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Jepang

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Korea

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Thailand

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Tibet


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb.


Page 25

PORTAL ASIA

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Benua Asia merupakan benua terbesar dengan populasi terpadat di dunia dengan wilayah yang mencakup 8,6% permukaan Bumi yang meliputi daratan lapang Afrika-Eurasia tanpa Eropa dan Afrika. Batasan selang Asia dan Eropa sangat kabur, yakni berasa di wilayah Dardanella, Laut Marmara, selat Bosforus, Laut Hitam, pegunungan Kaukasus, Laut Kaspia, Sungai Ural (atau Sungai Emba), dan Pegunungan Ural sampai Novaya Zemlya, sedangkan dengan Afrika, Asia berjumpa di sekitar Terusan Suez. Sekitar 60% populasi dunia tinggal di Asia. Lihat pula Eurasia. Wilayah Asia merupakan benua Asia ditambah kepulauan di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik.

Selengkapnya.........

Artikel pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di selang benua Asia dan Australia serta selang Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi sekitar sebesar 260 juta jiwa pada tahun 2013, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sekitar 230 juta meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Wujud pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Kawasan dan Presiden yang dipilih langsung.

Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor (mantan segi provinsi dari indonesia). Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Dari Sabang sampai Merauke,Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan bangsa yang semakin spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa yang termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Deutero dan terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang lapang, Indonesia memiliki wilayah dunia yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

(Selengkapnya......... )

Gambar pilihan

Negara di Asia

Peta Asia

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Tahukah anda?

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

  • ......... bahwa penduduk Arab Saudi adalah pengguna parfum terbanyak di dunia per kapita, yaitu sekitar 0,95 liter bagi setiap orangnya, laki-laki, perempuan, dan anak-anak?
  • ......... bahwa semenanjung Malaya disebut oleh Ptolemeus, pakar geografi dan astronom Helenis-Mesir dalam peta yang disusunnya sebagai Aurea Chersonesus, sementara Selat Malaka disebutnya Sinus Sabaricus?
  • ......... bahwa mutiara terbesar di dunia ditemukan di pulau Palawan, Filipina, pada tanggal 7 Mei 1934? Mutiara seberat 6,73 kg ini kemudian diberi nama Pearl of Allah dan dinobatkan sebagai mutiara terbesar di dunia.
  • ......... bahwa Jepang adalah importir bijih besi terbesar di dunia?

Kategori


Sub Portal

Azerbaijan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
India

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Indonesia

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Jepang

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Korea

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Thailand

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Tibet


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb.


Page 26

PORTAL ASIA

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Benua Asia merupakan benua terbesar dengan populasi terpadat di dunia dengan wilayah yang mencakup 8,6% permukaan Bumi yang meliputi daratan lapang Afrika-Eurasia tanpa Eropa dan Afrika. Batasan selang Asia dan Eropa sangat kabur, yakni berasa di wilayah Dardanella, Laut Marmara, selat Bosforus, Laut Hitam, pegunungan Kaukasus, Laut Kaspia, Sungai Ural (atau Sungai Emba), dan Pegunungan Ural sampai Novaya Zemlya, sedangkan dengan Afrika, Asia berjumpa di sekitar Terusan Suez. Sekitar 60% populasi dunia tinggal di Asia. Lihat pula Eurasia. Wilayah Asia merupakan benua Asia ditambah kepulauan di sekitar Samudra Hindia dan Pasifik.

Selengkapnya.........

Artikel pilihan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di selang benua Asia dan Australia serta selang Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Nama alternatif yang biasa dipakai merupakan Nusantara. Dengan populasi sekitar sebesar 260 juta jiwa pada tahun 2013, Indonesia merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sekitar 230 juta meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Wujud pemerintahan Indonesia merupakan republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Kawasan dan Presiden yang dipilih langsung.

Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor (mantan segi provinsi dari indonesia). Negara tetangga yang lain merupakan Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Dari Sabang sampai Merauke,Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan bangsa yang semakin spesifik, suku bangsa Jawa merupakan suku bangsa yang termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Deutero dan terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), faedahnya keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang lapang, Indonesia memiliki wilayah dunia yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

(Selengkapnya......... )

Gambar pilihan

Negara di Asia

Peta Asia

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

Tahukah anda?

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari

   
  • ......... bahwa penduduk Arab Saudi merupakan pengguna parfum terbanyak di dunia per kapita, merupakan sekitar 0,95 liter bagi setiap orangnya, laki-laki, perempuan, dan anak-anak?
  • ......... bahwa semenanjung Malaya disebut oleh Ptolemeus, pakar geografi dan astronom Helenis-Mesir dalam peta yang disusunnya sebagai Aurea Chersonesus, sementara Selat Malaka disebutnya Sinus Sabaricus?
  • ......... bahwa mutiara terbesar di dunia ditemukan di pulau Palawan, Filipina, pada tanggal 7 Mei 1934? Mutiara seberat 6,73 kg ini kemudian diberi nama Pearl of Allah dan dinobatkan sebagai mutiara terbesar di dunia.
  • ......... bahwa Jepang merupakan importir bijih besi terbesar di dunia?

Kategori

Sub Portal

Azerbaijan

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
India

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Indonesia

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Jepang

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Korea

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Thailand

Untuk 1 persen terdekat berapa persen massa Tata surya di Matahari
Tibet


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb.