Puisi Derai-Derai Cemara, karya Chairil Anwar. Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan ditingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah 1949 a. Tema : Dari puisi karya Chairil Anwar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tema yang terkandung di didalamnya adalah tentang fase perubahan dalam diri manusia, perhatikan pada bait pertama baris yang berbunyi Terasa hari akan jadi malam menurut penyusun makna yang tersirat darinya adalah mengenai perubahan manusia menuju usia tua, kemudian penyair menegaskannya kembali pada bait selanjutnya yaitu pada baris yang berbunyi Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Baris tersebut menegaskan si aku yang sudah bukan kanak-kanak. Penyair kemudian menyimpulkan puisinya pada bait ke-3 pada baris yang berbunyi Hidup hanya menunda kekalahan kemudian Sebelum pada akhirnya kita menyerah. menyerah terhadap takdir dan menyerah terhadap hidup itu sendiri. b. Rasa : Pada puisi diatas sikap penyair terhadap objek (objeknya mengenai perubahan dalam manusia) adalah sedih, sikap itu dapat terasa dari tiap bait dalam puisi diatas. Pada bait pertama si aku sadar hidupnya sudah tidak muda lagi, tersirat dalam baris Terasa hari akan jadi malam, lalu pada bait kedua penyair menjelaskan bahwa si aku sudah dapat menahan diri, menahan emosi pada baris yang berbunyi Aku sekarang orangnya bisa tahan, kemudian keterangan yang menegaskan kembali bahwa ia sudah tidak muda Sudah berapa waktu bukan kanak lagi, kemudian pada bait terakhir penyair menyimpulkan semuanya dalam baris yang berbunyi Hidup hanya menunda kekalahan .kemudian Sebelum pada akhirnya kita menyerah. c. Nada : Pada puisi diatas sikap penyair terhadap pembaca adalah iba atau lebih tepatnya mengadu, perhatikan bait ke -2 disana terdapat pernyataan mengenai si aku yang sudah berubah dan tidak seperti dahulu. Bait ke-2 : Aku sekarang orangnya bisa tahan Sudah berapa waktu bukan kanak lagi Tapi dulu memang ada suatu bahan Yang bukan dasar perhitungan kini d. Diksi : Pilihan kata yang digunakan pada puisi diatas cenderung sederahana dan terkesan dingin, sehingga pembaca seakan di bawa ke suasana menderita. Coba perhatikan beberapa pilihan kata yang khas tersebut diantaranya, Terasa hari akan jadi malam penyair menggunaakan perumpamaan yang tepat dalam menggambarkan perubahan manusia menuju kepada sang maut. e. Pengimajinasian : Dari puisi diatas dapat dirasa beberapa pengimajinasian sepeti visual yang dapat memicu imajinasai pembaca membayangkan hal itu, dan imajinasi taktil yang dapat memilcu bangkitnya perasaan pembaca yang kemungkinan sama dengan perasaan penyair saat menyusun puisi tersebut. Imajinasi visual dapat dirasakan pada bait ke-1. Disana pembaca akan dapat membayangkan sebuah pohon cemara dalam suasana senja menuju malam, dan beberapa dahannya merapuh Bait ke-1 : Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan ditingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Imajinasi taktil dapat disarasakan pada bait ke-3. Disana pembaca akan lebih digiring kepada imajinasi perasaan, karena pada bait tersebut dominan menggunakan kata sifat dan kata kerja dibanding kata benda. Perhatikan. Bait ke-3 : Hidup hanya menunda kekalahan Tambah terasing dari cinta sekolah rendah Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan Sebelum pada akhirnya kita menyerah f. Kata Konkrit : Pemilihan kata yang dilakukan penyair sangat lugas dan jelas, seperti pernyataan Terasa hari akan jadi malam yang pasti langsung merujuk kepada perubahan menuju akhir, entah itu kaitannya dengan hidup ataupun pada makna yang sebenarnya. g. Gaya Bahasa : Pada puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar diatas cenderung tidak macam macam dan sederhana, namun terdapat beberapa baris disana yang menggunakan gaya bahasa atau majas perhatikan pada baris Cemara menderai sampai jauh kemudian Dipukul angin yang terpendam. Pada kedua baris diatas penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi yaitu penggambaran mengenai benda mati atau seolah-olah memiliki sifat layaknya manusia. h. Irama : Pada puisi diatas penyair menggunakan ritme yang damai dan mendayu dayu. Walaupun dalam puisi diatas terdapat pernyataan yang menegaskan bahwa ia sudah berubah, namun tetap dalam ritme yang damai. i. Rima : Dari puisi diatas terdapat pengulangan bunyi diantaranya rima berselang (a,b,a,b), Sebuah ciri khas Chairil Anwar yang selalu memperhatikan rima dalam setiap puisi-puisinya. Perhatikan kembali tiap baris dalam puisi Derai-Derai Cemara diatas yang akhirannya berpola a,b,a,b. j. Tipografi : Penampang dalam puisi Derai-Derai Cemara, pada dasarnya seperti puisi-puisi baru pada umumnya, pengungkapannya sudah bebas namun masih memperhatikan aturan aturan puisi lama. Seperti pada jumlah baris yang sama pada tiap baitnya, kemudian pengulangan bunyi atau rimanya yang berpola berselang a,b,a,b seperti ciri khas pada pantun. k. Amanat : Pesan yang disampaikan penyair, kurang lebih seperti ini kehidupan manusia hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh dan setiap manusia akan mati dengna tenang bila apa yang diharapkannya tercapai. Kata puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata poet yang artinya orang yang menciptakan sesuatu lewat imajinasi pribadi (berdasarkan pengalaman dan belum pernah ada sebelumnya). Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Di Indonesia, puisi merupakan bentuk kesusastraan yang paling tua. Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia, perkembangan puisi terdiri atas dua periode, yaitu puisi lama dan puisi modern. ■ Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa puisi lama adalah puisi yang terikat berbagai aturan baik dari segi substansi maupun dari segi sistematika penulisan. ■ Puisi modern adalah puisi yang tidak terikat sama sekali dengan aturan-aturan yang ada pada puisi lama. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga-pujangga baru dan mulai terkenal pada tahun 1945. Saat itu itu Chairil Anwar adalah pelopor dari lahirnya puisi baru ini. Unsur-Unsur Intrinsik Puisi Unsur intrinsik puisi merupakan unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi itu sendiri. Adapun unsur intrinsik puisi sebagai berikut : ■ Tema (sense) merupakan gagasan utama dari puisi baik itu yang tersirat maupun yang tersurat. ■ Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi merupakan tatanan larik, bait, kalimat, frasem kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana. ■ Amanat (intention) atau pesan merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh penyair melalui karyanya. ■ Nada (tone) merupakan sikap penyair terhadap pembacanya, misalkan sikap rendah hati, menggurui, mendikte, persuasif dan yang lainnya. ■ Perasaan (feeling) merupakan sikap pengarang terhadap tema dalam puisinya, misalnya kepuasan, kesedihan, kemarahan, keheranan, konsisten, simpatik, senang, sedih, kecewa, dan yang lainnya. ■ Enjambemen merupakan pemotongan kalimat atau frase dengan diakhiri lirik. Kemudian meletakkan potongan itu diawal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberikan tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian-bagian yang berikutnya. ■ Kata konkret, merupakan penggunaan kata-kata yang tepat atau bermakna denotasi oleh penyair. ■ Diksi merupakan pilihan kata yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui puisi tersebut. ■ Akulirik merupakan tokoh aku yang terdapat dalam puisi. ■ Rima merupakan pengindah dalam puisi yang berbentuk pengulangan bunyi baik di awal, tengah, ataupun di akhir. ■ Verifikasi merupakan berupa rima dan ritma. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi dan sedangkan ritma adalah tinggi rendahnya, panjang pendeknya, keras lemahnya bunyi dalam puisi) ■ Majas merupakan cara penyair menjelaskan pikiran dan perasaannya dengan gaya bahasa yang sangat indah dalam bentuk puisi. ■ Citraan merupakan gambaran-gambaran yang ada di dalam pikiran penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran ini merupakan sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang bisa dilihat oleh mata. Unsur-Unsur Esktrinsik Puisi Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang tepatnya berada diluar teks atau naskah puisi. Umumnya unsur ekstrinsik ini berawal dari dalam diri pengarang atau lingkungan-lingkungan tempat sang pengarang ketika menulis karya puisinya. Adapun unsur-unsur ekstrinsik puisi adalah sebagai berikut. ■ Unsur Biografi Unsur boigrafi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang cukup berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar belakangnya berasal dari keluarga miskin, maka jika ia membuat puisi akan sangat menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar belakang penulis sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi. ■ Unsur Sosial Unsur sosial sangat erat kaitanya dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu dibuat. Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir. Pada saat itu kondisi masyarakat itu sedang sangat kacau dan keadaan pemerintahan pun sangat carut marut, sehingga puisi yang dibuat pada saat itu adalah puisi yang mengandung sindiran-sindiran terhadap masyarakat. ■ Unsur Nilai Unsur nilai dalam puisi ini meliputi unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni, ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-lain. Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri sehingga sangat mempengaruhi baik atau tidaknya puisi. Contoh Puisi dengan Unsur-Unsur Intrinsik dan Ekstrinsiknya Contoh 1:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Doa” Karya Chairil Anwar 1. Tema: Ketuhanan 2. Nada dan Suasana: Nama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi. Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca, maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah “pengembaraan di negeri asing”. 3. Perasaan: Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi ”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa berpaling. 4. Amanat: Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut: Tuhanku, Di Puntu-Mu Aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling Contoh 2:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Karangan Bunga” Karya Taufiq Ismail 1. Tema: Kepahlawanan 2. Amanat: Kita harus menghargai jasa para pahlawan dan Kita harus meneruskan perjuangan para pahlawan. 3. Sudut Pandang: Orang ketiga 4. Nada dan suasana: Nada sedih menimbulkan suasana duka 5. Tipografi: Bentuknya rapi, terdiri dari 2 bait, bait pertama terdiri dari 4 baris, bait kedua terdiri dari 5 baris. 6. Irama: Bait pertama bersajak a b c b Bait kedua bersajak a a a b b 7. Penginderaan/Citraan/Imaji Penglihatan: ● bait pertama baris 1-4 ● bait kedua baris 1-2 ● bait kedua baris 4-5 Perasaan: ● bait kedua baris 3 8. Bahasa: ■ Ungkapan/Pilihan Kata ● Tiga anak kecil: tiga tuntunan rakyat yang mekar dan baru lahir. ● Pita hitam sebagai tanda berduka cita/berkabung. ● Kakak kami berarti orang yang dianggap sebagai kakak. ( AR Hakim) ● Salemba: markas mahasiswa UI yang tergabung dalam KAMI ■ Majas ● Datang ke Salemba: Alegori ● Pita hitam pada karangan bunga: Metafora Contoh 3:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Berdiri Aku” Karya Amir Hamzah 1. Tema: ■ Tema Umum Tema umum dari sajak ini adalah kesedihan. ■ Tema Khusus Sajak “Berdiri Aku” ini merupakan ekspresi kesedihan yang ditampilkan penyair dengan suasana sunyi. Kesedihan ini tidak lain dikarenakan oleh perpisahannya dengankekasihnya dan dia harus pulang ke Medan dan menikah dengan putrid pamannya. Perasan sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan suasana sunyi pantai disore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu melihat keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan telah hilang. 2. Feeling atau Rasa: Dalam sajak berdiri aku tergambar sikap pesimis penyair dalam mengadapi permasalahan hidupnya, sikap pesimis ini mejadikannya melankolis. 3. Amanat: Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan pemikiranya untuk yang membacanya supaya menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena hanya dialah yang mampu memberi kepastian dalam kehidupan di dunia ini. 4. Tipograf/Tata Wajah: Tipografi dalam sajak ini penyair memanfaatkan margin halaman kertas dan dalam penulisan sajak ini. Penyair begitu memperhatikan EYD. 5. Diksi: Kata-kata seperti, senyap, mengurai, mengempas, berayun-ayun dan sayap tergulung identik dengan kesunyian. Kata-kata tersebut membentuk makna kesendirian yang ingin digambarkan pengarang. Kata “maha sempurna” dalam akhir bait juga merupakan arti konotasi dari tuhan yang maha sempurna. Kata “mengecap” memiliki arti yang ingin dirasakan. Permainan kata-kata yang digunakan yang ditulis memang sebuah misteri untuk menyembunyikan ide pengarang. 6. Citraan: Sajak Berdiri Aku ini menimbulkan imaji penglihatan ”visualimagery”, seolah-olah kita melihat suasana pantai yang indah. Dalam kalimat pertama imaji kita akan merasakan kesejukan dengan kata-kata tersebut tetapi satyang angin itulah yang menghempaskan harapan dan membawa lari sehingga yang terasa hanyalah sunyi yang semakin dalam. Dengan berbagai citraan yang mampu ditampilkan penyair ini pembaca akan ikut merasakan apa yang ditulis oleh penyair dengan inderanya sendiri. Contoh 4:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Ibu” 1. Rima: Adalah persamaan bunyi yang terdapat pada larik-larik sajak. Pada sajak “Ibu” tampak terutama berupa dominasi rima akhir, walau juga terdapat rima tengah. 2. Diksi: Yaitu pilihan kata sebagai simbol, hal ini karena bukan makna yang sebenarnya. Pada sajak “Ibu” terdapat diksi pada kata gua pertapaanku sebagai simbol makna kehidupan di dalam kandungan. Kemudian kata pahlawan adalah sebagai simbol seseorang yang telah berjasa besar dan telah rela berkorban. Kata bidadari juga menyiratkan suatu simbol kecantikan lahiriah maupun keelokan akhlak/budi pekerti. Dan kata bianglala adalah pelangi sebagai suatu simbol keindahan. 3. Majas: Adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang menunjukkan kepiawaian penyair. Pada sajak “Ibu” pengarang menggunakan majas perbandingan yang disebut metafora. 4. Imaji (pencitraan): Yakni pembayangan kembali (reproduksi mental suatu ingatan) terhadap pengalaman sensasional (perasaan) dan pengalaman persepsional (fikiran). Pencitraan pada sajak “Ibu” berupa imaji visual yaitu pembayangan kembali pengalaman sensasional-perseptual terhadap gambaran yang nampak, terdapat pada: sumur-sumur, daunan, reranting, mataair, airmata, ibu, mayang siwalan, bunga, langit, bumi, samudra, lautan, lumut, diri, pukat, sauh, lokan-lokan, mutiara, kembang laut, bidadari, bianglala. Kemudian imaji gerakan yaitu pembayangan kembali pengalaman sensasional-perseptual yang berhubungan dengan gerakan, terdapat pada: merantau, mengalir, ronta, meletakkan, menunjuk, mengangguk, mandi, mencuci, berlayar, menebar, melempar, ditanya, kusebut, tunjukkan, berselendang, dan menulis. 5. Amanat: Amanat penyair yang disampaikan dalam sajak Ibu adalah ajakan menyukuri nikmat karunia Tuhan lewat sosok dan peranan seorang ibu, yang kasih sayangnya diibaratkan sepanjang jalan bila dibanding bakti anak yang hanya sepanjang galah. Contoh 5:
1. Tema: Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema “Perjuangan” 2. Diksi: Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna denotasi. 3. Majas: Majas yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi adalah Majas Metafora, adapun kutipan dalam puisi tersebut adalah “Aku sekarang api aku sekarang laut”, Sang Penyair mengibaratkan dirinya seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang selalu membakar dan panas. 4. Rima: Adapun Rima yang digunakan adalah sebagai berikut : ● Pada bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa} ● Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan bersajak {ab-aa}, dan ada perulangan kata “Kami” ● Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan “wa”. ● Pada bait ke empat terdapat rima tertutup dan bersajak {bab}. ● Pada bait ke lima terdapat rima sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}. ● Pada bait ke enam terdapat rima rangkai bersajak {aaaa} ● Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami. 5. Amanat: ● Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan ● Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan. ● Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil. Contoh 6:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Serenada Kelabu” Karya W.S. Rendra 1. Tema: Tema dari puisi Serenada Kelabu ini adalah kerinduan yang mendalam dalam diri seseorang. 2. Diksi (pilihan kata): Dalam puisi ini, Rendra menggunakan pilihan kata yang tepat sehingga menimbulkan daya/kekuatan yang diinginkannya. Seperti pada bait Ketika melewati kali terbayang gelakmu. Penyair memilih kata gelak untuk menggantikan kata tawa, dengan tujuan untuk menambah nilai estetis puisi. Diksi (pilihan kata) dalam puisi ini cukup sederhana, namun dalam kesederhanaan itulah letak kekuatan dan keindahan puisi Serenada Kelabu ini. 4. Rima: Rima adalah pengulangan bunyi untuk membentuk keindahan bunyi. Dalam puisi Serenada Kelabu ini, Rendra juga bermain dengan bunyi untuk mencapai keindahan. Seperti pada bait berikut ini, Rendra memanfaatkan rima akhir –an untuk menambah nilai estetis puisi. Ketika melewati rumputan terbayang segala kenangan. Rima akhir dengan vocal –i juga membantu menambah nilai keindahan puisi: Awan lewat indah sekali. Angin datang lembut sekali. Gambar-gambar di rumah penuh arti. 5. Tipografi: Tipografi adalah penataan bentuk larik/baris dalam puisi yang dapat menambah aspek kekuatan makna dan ekspresi penyair. Dalam hal ini, puisi Serenada Kelabu memiliki tipografi atau bentuk yang biasa, Rendra tidak melakukan eksperimen pada bentuk puisi. Namun isi dan unsur lain yang terkandung dalam puisi ini sudah cukup untuk menjadi kekuatan makna dan ekspresi Rendra. Contoh 7:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Derai-Derai Cemara” Karya Chairil Anwar 1. Tema: Perubahan dalam diri manusia yang terpisah dari kehidupan masa lalu. 2. Rasa: sedih. 3. Nada: iba atau merengek. 4. Amanat: kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh dan setiap manusia akan mati dengan tenang kalau apa yang harapkannya tercapai. 5. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini sangat sederhana dan dingin, sehingga pembaca seolah-olah mengalami pesakitan yang dialami oleh pengarang. 6. Imajinasi: imajinasi yang digunakan oleh pengarang sangat tinggi walaupun menggunakan kata-kata yang sederhana tetapi sangat menyentuh hati pembaca. 7. Kata-kata konkret: kata-kata yang jika dilihat secara denotative sama, tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya. 8. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan. 9. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah. 10. Rima: unsur bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan kemerduan puisi, dan dapat memberikan efek terhadap makna, nada dan suasana puisi tersebut. Contoh 8:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Jalan Segera” Karya Taufiq Ismail 1. Tema: keprihatinan terhadap suatu kondisi Negara. 2. Rasa: prihatin mengingat kejadian yang telah terjadi. 3. Nada: sedih. 4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau tidak menggunakan kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain. 5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan. 6. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah. Contoh 9:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah 1. Tema: penantian. 2. Rasa: kesedihan. 3. Nada: sedih. 4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau tidak menggunakan kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain. 5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan. 6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah. Contoh 10:
Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini” Karya Taufiq Ismail 1. Tema: perjuangan. 2. Rasa: semangat. 3. Nada: keras dan penuh semangat. 4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau tidak menggunakan kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain. 5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan. 6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah. Referensi: https://www.slideshare.net/UtamiTrianti/kumpulan-puisi-dan-unsur-intrinsiknya |