Unsur seni rupa tiga dimensi yang dapat dirasakan dan disentuh oleh tangan kita adalah

tirto.id - Seni rupa tiga dimensi atau sering disingkat dengan seni rupa 3D merupakan seni rupa yang dibatasi dengan 3 sisi yaitu: sisi panjang, sisi lebar, dan sisi tinggi. Dengan kata lain, seni rupa 3D merupakan seni rupa yang memiliki volume dan ruang.

Seni rupa 3D terbagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsi dan tujuannya. Dua bagian itu merupakan seni rupa murni dan seni rupa terapan.

Seni Rupa Murni merupakan karya seni yang tercipta bebas dengan fungsi yang lebih mengutamakan keindahan dari pada fungsional, sebagai kepuasan pandangan mata saja dan biasanya sering digunakan hanya sebagai pajangan/ hiasan.

Seni Rupa Terapan merupakan karya seni yang tidak hanya sebagai pajangan rumah saja, tapi juga berfungsi untuk membantu kehidupan manusia. Seni rupa terapan lebih mengutamakan kegunaan dibandingkan keindahannya.

Unsur Seni Rupa 3D

Unsur seni rupa tiga dimensi yang dapat dirasakan dan disentuh oleh tangan kita adalah

Seni rupa 3D dibentuk dari berbagai unsur yang menjadi kesatuan sehingga dapat dinikmati oleh penikmat seni, berikut unsur-unsur seni rupa 3D dikutip dari modul Pembelajaran SMA Seni Budaya Kelas XI Tahun 2020.

Titik

Titik merupakan unsur karya seni rupa yang paling dasar dan paling kecil. Titik seperti sebuat bintik dalam seni rupa. Dengan sebuah titik, seseorang bisa mendapatkan ide baru dalam berkarya seperti membuat garis dan ruang.

Selain itu titik mempunyai pusat perhatian tersendiri bilang sendiri atau mempunyai warna yang mencolok berbeda sendiri dari yang lainnya.

Garis

Garis merupakan goresan atau batas suatu benda, ruang, bidang, warna, tekstur dan sebagainya. Garis mempunyai dimensi yang cenderung memanjang dan mempunyai arah tertentu.

Garis juga memiliki beberapa sifat seperti panjang, pendek, horizontal, vertikal, tipis, lurus, berombak, melengkung, tebal, patah-patah, miring, halus dan lain-lain.

Selain itu garis juga mempunyai berbagai bentuk seperti garis mendatar, garis tegak, garis miring, garing lengkung, garis bersilang, garis sejajar, garis zig zag, garis spiral dan garis gelombang.

Penggunaan garis dalam sebuah gambar juga memiliki kesan tertentu, seperti garis lurus mempunyai kesan kesan keras, garis patah-patah yang memiliki kesan kaku.

Bidang

Salah satu karya seni rupa yang dibentuk atau terbentuk dari hubungan beberapa garis disebut bidang. Bidang memiliki dimensi panjang, lebar atau bisa disebut juga pipih. Sedangkan bentuk memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, oleh sebab itu bentuk mempunyai isi atau volume.

Berdasarkan bentuknya, bidang dan bentuk memiliki beragam macam seperti bidang geometris, bidang simetris, bidang organis, dan lain sebagainya.

Bentuk

Bentuk bisa diartikan sebagai bangun atau plastis. Bangun mempunyai bentuk yang polos. Sedangkan bentuk plastits bukan hanya dilihat dari bentuknya saja, melainkan ada nilai dan maknanya sepeti lemari, lemari bukan hanya sebuah benda tetapi memiliki kegunaan untuk meletakkan pakaian.

Tekstur

Tekstur adalah sifat permukaan sebuah benda. Sifatnya kasar, halus, berpori, licin, mengkilap dan sifat – sifatnya bisa dirasakan lewat indra penglihatandan indra peraba. Berdasarkan jenisnya tekstur terbagi menjadi dua macam yaitu tekstur nyata dan tekstur semu.

Tekstur nyata mempunyai nilai dan kandungan yang sama dengan pengelihatan dan perabaan, sedangkan tekstur semua tidak mempunyai nilai dan kandungan yang sama dengan pengelihatan dan perabaan.

Nilai Estetis Seni Rupa 3D

Nilai estetis atau nilai keindahan dalam sebuah karya seni rupa dapat bersifat obyektif/intrinsik dan subyektif/ekstrinsik. Nilai estetis yang dipandang dari sudut pandang yang obyektif merupakan penilaian karya seni rupa yang memandang keindahan karya seni rupa pada wujud karya seni yang tampak kasat mata.

Penilaian obyektif umumnya akan menilai keindahan seni rupa dari komposisi, perpaduan warna, serta penempatan obyek yang membentuk suatu kesatuan.

Sedangkan, penilaian secara subyektif adalah penilaian yang dilihat tidak hanya pada unsur-unsur fisik yang terserap oleh mata secara visual. Biasanya penilian subyektif akan mengambil pendekatan konteksutal dalam penilaiannya.

Biasanya penilaian subyektif akan melibatkan imaji, emosi, dan suasana kejiwaan yang hidup dalam diri pengamat.

Nilai estetis dikaji berdasarkan upaya menelusuri aspek sosial, psikologis dan historis karya seni, demikian disarikan dari modul Pembelajaran SMA Seni Budaya Kelas XI Tahun 2020 dan buku Seni Budaya Edisi Revisi 2017.

Baca juga:

  • Mengenal Seni Rupa Modern dan Jenisnya: Pop Hingga Kontemporer
  • Fungsi Kritik Karya Seni Rupa dan Tahap Pembuatannya

Baca juga artikel terkait SENI RUPA atau tulisan menarik lainnya Balqis Fallahnda
(tirto.id - bqs/dip)


Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Balqis Fallahnda

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Seni rupa 3 dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki tiga ukuran atau sisi atau memiliki ruang ketiga berupa kedalaman (biasa disimbolkan dengan huruf “z”), berbeda dengan karya 2 dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar saja (x dan y). Misalnya, seni rupa 3 dimensi itu patung, sementara karya 2 dimensi itu lukisan.

Berbeda dengan karya 2 dimensi yang hanya dapat dilihat dari satu sisi (permukaan depannya saja), karya seni rupa 3 dimensi dapat dilihat dari berbagai sisi. Selain menambah sudut pandang yang dapat diambil, hal ini juga tentu memberikan tambahan ruang gerak kreasi. Ruang gerak kreasi tersebut misalnya suatu karya seni rupa 3 dimensi dapat memuat karya 2 dimensi lain di salah satu atau bahkan semua permukaan karyanya.

Perbedaan / Keunikan Karya Seni Rupa 3 dimensi

Selain perbedaan unsur ruang atau jumlah sisi, kata kunci lain dari perbedaan antara karya seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi adalah tingkat abstraksi. Seni rupa 2d memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi, sementara karya 3d memiliki tingkat kerealistikan atau kenaturalan yang lebih tinggi.

Mudahnya, 2d itu lebih kekartun-kartunan, sementara 3d itu sangat realistis, sama dengan keadaan dunia kita yang memang sudah diamini memiliki tiga dimensi. 3d adalah dunia yang kita singgahi sehari-hari, sementara 2d berada di ranah imajiner yang lebih tinggi dan membutuhkan daya imajinasi yang lebih tinggi pula untuk menikmatinya.

Namun dibalik kelebihan seni rupa 3d yang lebih realistis dan dekat dengan kita sebagai penghuni alam 3d, hal ini juga menimbulkan kekurangan. Sesuatu yang terlalu realistis dapat menjadi sangat biasa dan diabaikan oleh pemirsa. Karena sifatnya terlalu sehari-hari sehingga kurang menjadi pusat perhatian.

Seni rupa 2 dimensi menitikberatkan pada penghayatan dan daya imajinasi yang lebih untuk mengapresiasinya. Sehingga daya apresiasi audiens akan jauh lebih tinggi dan dapat dengan mudah terpancing untuk tergerak hatinya dalam menciptakan suatu penafsiran pesan atau makna karya.

Karya seni rupa 3 dimensi tidak mendapatkan kelebihan tersebut. Sehingga akan lebih sulit untuk dipahami esensi artistiknya, terutama dalam ranah keindahan batin. Maka membutuhkan ketelitian khusus agar karya dapat memancing penikmatnya untuk menjadi lebih imajinatif.

Misalnya, patung cenderung dibuat menjadi sangat monumental (lebih besar) agar menjadi lebih standout dari hal sehari-hari. Seni patung klasik juga tidak pernah diwarnai dan dibiarkan memancarkan tekstur asli bahannya agar tidak terlalu realistik dan memiliki citra pemancing imajinasi yang setara dengan karya 2d.

Misalnya, coba lihat bagaimana patung Garuda Wisnu Kencana di bawah ini berukuran sangat besar dan monumental, hingga menyamai ukuran gedung perkantoran, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter.

Unsur seni rupa tiga dimensi yang dapat dirasakan dan disentuh oleh tangan kita adalah

Karya-karya 3d juga banyak mengaplikasikan bentuk-bentuk geometris yang simetris untuk “menyaingi” keindahan alam yang serba organik. Tentunya, hal tersebut lagi-lagi diharapkan akan mengundang daya apresiasi lebih dari para penikmat karya. Seperti bagaimana gedung perkantoran sering dibuat berdasarkan bentuk geometris saja dan tidak dibuat natural seperti alam.

Contoh Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Dari pemahaman diatas, akan mudah bagi kita untuk membedakan mana karya 2d dan mana yang 3d. Lukisan tentunya dapat langsung dicoret dari contoh karya ini, sementara seni patung otomatis masuk kedalamnya. Beberapa contoh karya seni rupa 3d adalah sebagai berikut.

  1. Seni Patung. Merupakan karya seni rupa yang diciptakan dari bahan bervolume seperti batu, kemudian dapat dipahat atau dicetak untuk membentuk karya yang diinginkan.
    Unsur seni rupa tiga dimensi yang dapat dirasakan dan disentuh oleh tangan kita adalah
  2. Seni Instalasi. Karya yang memanfaatkan ruang dan tidak membedakan seni berdasarkan dimensinya, artinya seni instalasi dapat terdiri dari beberapa patung, objek non seni, lukisan, dsb yang membutuhkan pemasangan atau penyusunan untuk menjadi kesatuan yang utuh.
    Unsur seni rupa tiga dimensi yang dapat dirasakan dan disentuh oleh tangan kita adalah
  3. Arsitektur. Arsitektur adalah seni membuat bangunan hingga ke lingkungan sebagai sarana maupun prasarana kehidupan manusia dari segala aspek, baik tempat istirahat dan berlindung maupun untuk beraktivitas.
    Unsur seni rupa tiga dimensi yang dapat dirasakan dan disentuh oleh tangan kita adalah
  4. Seni Kriya. Kriya merupakan seni kerajinan tangan yang kebanyakan dibuat sebagai alat terapan yang membantu kehidupan sehari-hari. Misalnya poci dan cangkir untuk alat rumah tangga, furnitur seperti meja dan kursi, hingga ke wayang golek untuk seni pertunjukan.
    Unsur seni rupa tiga dimensi yang dapat dirasakan dan disentuh oleh tangan kita adalah
  5. Environmental Art (Seni Lingkungan). Suatu wahana besar yang terintegrasi disebuah lingkungan (terdiri dari banyak bangunan dan penunjangnya) yang dirancang sedemikian rupa untuk menjadi satu kesatuan seni. Contohnya:, taman impian jaya ancol, kampung bambu, dsb.
    Unsur seni rupa tiga dimensi yang dapat dirasakan dan disentuh oleh tangan kita adalah

Jenis Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Jenis-jenis yang terdapat pada seni rupa 3 dimensi masih sama dengan apa yang ada pada seni rupa 2 dimensi. Selain dapat dibagi berdasarkan dimensinya (2d dan 3d) seni rupa juga dapat dibagi berdasarkan fungsi dan temanya.

Berdasarkan fungsi, terdapat dua jenis seni, yaitu seni rupa terapan atau applied art dan seni rupa murni (fine art). Seni rupa terapan dibuat dengan tujuan yang lebih mengutamakan fungsi dan kenyamanan penggunannya. Sementara seni rupa murni adalah karya yang dibuat hanya untuk keindahan atau unsur estetis lainnya saja.

Sementara itu, tema adalah gagasan pokok dari suatu karya seni. Misalnya, karya seni tema cinta, relijius, lingkungan, hidup dan mati, dsb. Tema tidak selalu tampak secara kasat mata (eksplisit) justru malah lebih tampak secara tersirat (implisit).

Misalnya, tema lingkungan secara eksplisit dapat diidentifikasi dengan adanya objek-objek natural (alam) seperti flora, fauna dan pemandangan alam. Namun suatu karya tema ini justru dapat memuat objek-objek yang bertentangan dengan keindahan alam. Walaupun begitu, pesan yang ingin disampaikan oleh seniman masih sama, yaitu kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

Nilai Estetis Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Nilai estetis pada sebuah karya seni rupa dapat bersifat objektif dan subjektif. Nilai estetis objektif memandang keindahan sebuah karya seni rupa berada pada karya seni itu sendiri secara eksplisit atau kasat mata.

Selain itu pandangan bersifat objektif akan menilai bagaimana keindahan fisik karya tersebut jika dinilai berdasarkan efektifitas penerapan unsur dan prinsip seni rupa yang digunakan. Keindahan semacam ini tersusun dari komposisi yang baik, perpaduan warna harmonis, penempatan objek yang seimbang dan tampak menyatu, dsb.

Sedangkan secara subjektif, keindahan ditentukan oleh selera penikmatnya. Misalnya ketika seseorang melihat karya abstrak, ia tidak dapat menemukan nilai estetis dari penataan unsur rupa pada karya tersebut dan menganggap karya itu jelek dan terlalu mudah untuk dibuat. Ia merasa anak kecil pun sanggup membuat karya seperti itu.

Meskipun terasa sangat nyata, namun sayangnya penilaian tersebut sangatlah tidak kritis. Sebelum menghakimi suatu karya buruk, nilai dulu secara objektif. Jika unsur dan prinsipnya memang tidak menunjukkan karya yang baik, maka mulai cari sisi lain seperti apa konsep dibalik karya tersebut. Beberapa orang akan lebih menyukai karya abstrak dan merasa karya realistik justru terlalu menjemukan dan biasa saja.

Pandangan berbeda seperti itulah yang disebut dengan pandangan subjektif. Kecantikan itu relatif, orang Indonesia kebanyakan menyukai kulit putih, namun orang barat justru lebih tertarik terhadap warna kulit gelap seperti yang kita miliki.

Proses Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi

Pembuatan karya seni rupa tiga dimensi tentunya dilakukan berdasarkan suatu proses berkarya. Tahapan ini berbeda, tergantung dari karakteristik bahan, teknik, dan alat yang digunakan untuk mewujudkan suatu karya tersebut.

Baca juga: Seni Patung: Pengertian, Fungsi, Teknik, Alat & Bahan

Namun secara model umum, tahapan dalam berkarya seni 3 dimensi masih sama seperti karya seni lain pada umumnya. Yaitu, dimulai dengan motivasi untuk berkarya. Motivasi tersebut dapat dibangun atau berasal dari dalam maupun luar diri senimannya.

Misalnya, seniman sudah memiliki ide atau gagasan dan alasan falsafah kenapa ia ingin menciptakan karyanya. Atau justru mendapatkan inspirasi dari pemandangan alam ata ubenda yang ada disekitarnya. Ide atau gagasan berkarya seni rupa 3d dapat diperoleh dari beragam sumber yang berbeda.

Setelah itu, dilanjutkan pada tahap pemilihan bahan, media, alat dan teknik yang dikuasai atau justru ingin dicoba dalam nama eksplorasi sekaligus latihan. Tentunya menggambar sketsa juga merupakan salah satu pokok dasar dari proses berkarya, baik karya seni rupa, desain, maupun seni rupa 3 dimensi.

Referensi

  1. Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya: Yogyakarta, MSPI.
  2. Sedyawati, Edi dkk. (1983). Seni dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia.
  3. Zackaria Soetedja, dkk. (2017). Seni Budaya untuk SMA/SMK/MAK kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.