Ada berbagai jenis penyakit yang bisa menyerang ternak, dan tentunya akan sangat merugikan sobaternak. Untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi, berikut penyakit-penyakit yang umum menyerang ternak sapi! (IACCB)
Oleh: Muhammad Yani, S.Pt., M.Si. Keberhasilan Program NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB BSS) 2009-2013 dalam meningkatkan populasi khususnya ternak Sapi yang sampai tahun 2013 telah mencapai lebih dari 1 Juta ekor populasi sapi, hal ini berdampak pada tingginya permintaan terhadap ternak sapi oleh provinsi lain untuk memenuhi kebutuhan ternak bibit maupun ternak potong. Selain keberhasilan meningkatkan populasi NTB mampu bebas terhadap beberapa penyakit hewan menular strategis (bebas Brucellosis di Pulau Lombok dan Sumbawa, dan Bebas Anthrax dan SE untuk Pulau Lombok), sementara untuk penyakit-penyakit lainnya kasusnya masih mampu dikendalikan. Pembangunan Peternakan khususnya Kesehatan Hewan di Provinsi NTB bertujuan untuk menjamin masyarakat terbebas dari penyakt zoonosis, menjaga dan mengamankan potensi NTB sebagai sentra ternak sapi bali nasional dengan melindungi ternak dari ancaman penyakit untuk terciptanya lingkungan budidaya yang aman, ternak yang sehat dan produktif sehingga tercapainya Program NTB Bumi Sejuta Sapi dan mendukung Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal. Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, dari 43 jenis penyakit yang bersifat ekonomis, 14 jenis penyakit diantaranya bersifat strategis karena masih sering muncul dan mewabah diantaranya adalah Avian Influenza/Flu Burung, BEF, Rabies, SE, Anthrax, Brucellosis, Gumboro, Jembrana, Anaplasmosis, Surra, Babesiosis, ND, BVD, MCF dan IBR. Sementara di Provinsi NTB sendiri kasus Penyakit-penyakit tersebut masih terjadi di Tahun 2015 seperti Penyakit Anthrax sebanyak 2 kasus yaitu di Kabupaten Sumbawa, Penyakit Avian Influenza/Flu Burung sebanyak 28 kasus di Kabupaten Lombok Tengah, Kasus SE di Pulau Sumbawa sebanyak 82 kasus, kasus Penyakit Scabies sebanyak 8.074 kasus yang menyebar di 10 Kabupaten/kota se NTB, dan kasus-kasus penyakit lainnya ( Penyakit MCF : 132 Kasus, BEF : 2.776 Kasus, Helmintiasis : 8.338 kasus,Surra 38 Kasus dan Stangles : 227 kasus). Penyakit antraks (Anthrax) atau radang limpa merupakan salah satu penyakit yang bersifat zoonosis, endemi di beberapa wilayah di Indonesia, bersifat sporadis dan perlu diwaspadai cukup. Penyebaran penyakit ini cukup luas di dunia sedangkan di Indonesia tercatat 15 propinsi yang pernah terdapat kejadian penyakit antraks termasuk salah satunya NTB. Catatan kejadian antraks pertama kali di Indonesia adalah tahun 1885. Antraks yang sering disebut dengan radang limpa menyerang hewan khususnya ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing, babi), burung unta dan hewan menyusui lainnya. Antraks relatif membahayakan manusia dan berdampak pada kerugian ekonomi. Antraks juga banyak mendapat perhatian karena di masa lalu sering digunakan dalam perang biologi, dengan cara menyebarkan spora melalui udara dan menyebabkan penyakit. Penyebab Terjadinya Penyakit Penyebab penyakit ini adalah Bacillus anthracis. Kuman Anthrax dapat membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh sebab itu, hewan yang mati karena menderita Anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya agar tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis. Penularan Penyakit Tanda tanda penyakit Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Pengobatan penyakit antraks pada ternak sebetulnya tidak menguntungkan untuk strategi pengendalian jangka panjang. Ternak terserang antraks jika ditangani dengan cepat akan tertolong dengan antibiotika seperti penisilin, tetrasiklin, streptomisin dan antibiotika lainnya. Antibiotika tersebut juga sering digunakan pada orang yang secara klinis terkontaminasi antraks. Walaupun demikian spora yang ada mungkin sulit dimusnahkan. Daerah terserang antraks sebaiknya dibebaskan untuk sementara dari ternak berdarah panas dan lakukan sanitasi dan fumigasi secara besar-besaran. Hewan yang mati tersangka antraks sangat dilarang untuk dibuka bangkainya. Bangkai harus dibakar atau dikubur dalam lubang sedalam 2 meter kemudian diberi desinfektan misalnya dengan formalin 10% dan ditimbun tanah. Tidak diperkenankan untuk membawa ternak keluar dari daerah terserang antrak. Begitu pula produk-produk hasil ternak seperti air susu dan lain-lainnya tidak diperkenankan untuk dibawa keluar dari daerah tersebut. Mengingat penyakit Anthrax merupakan penyakit zoonosis (suatu penyakit yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia) yang sangat berbahaya, oleh karena itu hewan yang menderita Anthrax dilarang keras untuk dipotong dan dikonsumsi.
Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau. Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas. Penyebab Penyakit Penularan Tanda tanda penyakit
Pencegahan Penyakit Pengobatan Penyakit Ternak yang terserang penyakit dapat dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi dibawah pengawasan Dokter Hewan/ petugas kesehatan hewan. Jaringan yang terserang terutama paru paru dimusnahkan dengan dibakar atau dikubur. Semua pakan dan minuman yang tercemar harus dimusnahkan dan wadahnya disucihamakan.
Penyakit ingusan merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan fatal pada sapi dan kerbau. Gejala yang sangat menyolok adalah keluarnya ingus yang hebat dari hidung disertai demam yang tinggi, radang mukopurelen pada selaput epitel pernapasan maupun selaput mata dan encephalitis. Penyakit ini tersebar luas diberbagai negara di dunia. Di Indonesia, kejadian yang terbanyak adalah pada sapi Bali dan kerbau. Penyakit ingusan ini dapat menyerang ternak segala umur, namun kebanyakan yang terserang berumur 4 – 6 tahun. Jenis kelamin dan musim tidak mempengaruhi kejadian penyakit. Angka kematian akibat penyakit ingusan sangat tinggi ( 95 % ) Penyebab Penyakit Penularan Penyakit Tanda tanda penyakit
Pencegahan dan PengobatanPenyakit
Ternak yang menderita atau tersangka penyakit MCF/Ingusan dapat dipotong dibawah pengawasan Dokter Hewan yang berwenang/ petugas kesehatan hewan dan dagingnya dapat dikonsumsi. Seluruh jaringan yang mengalami perubahan/ menyimpang dari normal diafkir. Sisa hasil pemotongan harus dimusnahkan dengan dibakar dan dikubur.
BEF hanya menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menulari dan menimbulkan penyakit pada hewan lain. Sapi/ kerbau yang terserang penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari kemudian (2 – 3 hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1 % tetapi angka kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti karena hewan yang sedang berlaktasi turun produksi sususnya dan hewan pekerja tidak mampu bekerja selama 3 –5 hari. Penyebab Penyakit Penularan Penyakit Tanda tanda penyakit. Pencegahan Pengobatan Ternak penderita BEF dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi dan diperdagangkan. Namun, mengingat angka kematian relatif sangat rendah maka pemotongan sebaiknya hanya dilakukan pada keadaan sangat terpaksa ditinjau dari segi medis dan atas anjuran seorang Dokter Hewan. Sisa pemotongan beserta sisa pakan yang masih tertinggal harus dibakar dan dikubur dalam dalam. Tempat pemotongan dibersihkan dan disucihamakan. Penyakit ini merupakan penyakit parasiter yang bersifat akut ataupun kronis. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah berupa penurunan berat badan, gangguan pertumbuhan, penurunan produksi susu, penurunan tenaga kerja dan berkahir dengan kematian. Penyebab Penularan Apabila kondisi tubuh menurun atau tedapat cekaman misalnya stres, kurang pakan, kelelahan, kedinginan dan sebagainya merupakan pemicu terjadinya penyakit. Tanda tanda penyakit
Pencegahan
Pengobatan
Ternak yang menderita penyakit Surra dapat dipotong di bawah pengawasan Dokter Hewan berwenang dan dagingnya dapat dikonsumsi/ diperdagangkan setelah dilayukan sekurang kurangnya 10 jam setelah pemotongan. Penyakit Scabies adalah penyakit pada ternak yang dikenal oleh masyarakat petani peternak disebut Kudis. Penyakit Scabies bersifat zoonosa, artinya dapat menular kepada manusia. Ternak yang terserang penyakit ini akan mengalami penurunan kondisi terutama berat badan, penurunan kualitas daging/ karkas, kerusakan dan penurunan nilai kulit. Penyebab Cara penularan. Tanda tanda penyakit
Pencegahan
Pengobatan Pengobatan secara Medis :
Pengobatan secara Tradisional:
Ternak yang menderita penyakit diperbolehkan dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi sepanjang mutunya/ kualitasnya masih baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Keputusan ini adalah wewenang Dokter Hewan/ petugas lapangan yang ditunjuk. |