Tuliskan rasa malu dalam hal apa yang harus ditanamkan pada diri seseorang tuliskan 5 hal tersebut?

Dari Ibnu Umar RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW melewati seorang Anshor yang sedang memberi nasihat kepada saudaranya, lalu beliau SAW bersabda, “Biarkan ia pemalu. Sesungguhnya sikap malu merupakan bagian dari iman,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis tersebut sungguh menarik untuk direnungkan. Betapa pentingnya menjaga rasa malu. Tidaklah sempurna iman seseorang jika tidak ada rasa malu dalam dirinya. Rasa malu merawat kita dari tindakan berdosa walaupun mungkin tidak ada manusia yang tahu apa yang sedang dilakukan. Rasa malu melindungi kita dari perbuatan tak pantas, karena hati nurani dapat menilai mana yang pantas dan kurang tepat.

Malu berkaitan erat dengan iman. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang, tak bisa dipisahkan. Rasulullah SAW bersabda, “Iman dan malu merupakan pasangan dalam segala situasi dan kondisi. Apabila rasa malu sudah tidak ada, maka iman pun sirna,” (HR. Al-Hakim).

Rasa malu memiliki keutamaan yang sangat agung dalam syariat Islam. Jika manusia tidak memiliki lagi rasa malu atau kurang rasa malunya, maka berbagai kerusakan akan terjadi di muka bumi ini. “Jika kamu tidak memiliki rasa malu, berbuatlah sesukamu,” (HR. Bukhari).

Apabila kita perhatikan, salah satu penyebab rusaknya tatanan sosial antara lain karena hilangnya rasa malu. Maraknya korupsi, praktik kebohongan yang diproduksi selama ini seperti mengaku jadi raja dan ratu, memberikan bukti bahwa rasa malu dan bersalah itu sudah menipis atau mungkin hilang. Orang tua menghamili anaknya, anak membunuh orang tuanya, prostitusi online, pencurian, perampokan, pemerkosaan dan kejahatan lainnya merupakan contoh dari hilangnya rasa malu.

Rasa malu adalah tameng, sekaligus benteng dari melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Seseorang yang senantiasa memelihara dan menjaga rasa malu akan berhati-hati, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Selalu mempertimbangkan baik buruknya sesuatu dan berpikir sebelum bertindak. Perasaan malu selalu mendatangkan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, “Sifat malu seluruhnya merupakan kebaikan.” (HR. Muslim)

Orang yang memiliki rasa malu berarti berusaha untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri (iffah). Memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Bagi Mukmin sejati, ia akan merasa malu kalau ucapannya tidak sesuai dengan kenyataan, penuh dusta dan kebohongan. Malu melanggar aturan, malu jika perbuatannya merugikan orang lain, atau mendatangkan keburukan bagi dirinya.

Sangat penting bagi kita untuk memupuk dan menghiasi diri dengan rasa malu. Berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela, dan berupaya menebar kebaikan. Kesadaran seorang Muslim yang didorong oleh iman, islam dan ihsannya menjadi kekuatan.

Ibnu Rajab membagi malu menjadi dua macam. Pertama, malu yang menjadi karakter dan tabiat bawaan, dia tidak diusahakan melainkan Allah anugerahkan kepada seorang hamba-Nya. Tentu saja hal tersebut ekslusif miliknya para nabi dan rasul serta wali Allah Swt.

Kedua, malu yang diperoleh dari mengenal Allah dan mengenal keagungan-Nya, serta keyakinannya tentang Maha Tahu-nya Allah Swt. Malu jenis ini merupakan bagian dari buahnya iman yang dimiliki oleh seorang hamba, bahkan termasuk derajat ihsan yang paling tinggi. Menyadari bahwa Allah Swt selalu melihat dan mengawasi apa yang dilakukan baik dalam gelap maupun terang, lapang ataupun sempit. Maka berbahagialah mereka yang rasa malunya terjaga, imannya mengendalikan seluruh nadi kehidupan, islam dan ihsannya menjadi perhiasan semua amal perbuatan. Wallaahu’alam.

Iu Rusliana, dosen Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung.

Sumber, Hikmah Republika 18 Februari 2020

Ada tiga macam rasa malu yang mesti melekat pada diri seorang Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Firdaus

Malu adalah sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari melakukan yang rendah atau kurang sopan. Islam memerintahkan pemeluknya memiliki sifat malu karena dapat meningkatkan akhlak seseorang menjadi tinggi. Orang yang tidak memiliki sifat malu, akhlaknya akan rendah dan tidak mampu mengendalikan hawa nafsu.

Sifat malu merupakan ciri khas akhlak orang beriman. Orang yang memiliki sifat ini apabila melakukan kesalahan atau yang tidak patut bagi dirinya akan menunjukkan penyesalan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki malu merasa biasa saja ketika melakukan kesalahan dan dosa meskipun banyak orang mengetahuinya.

Islam menempatkan malu sebagai bagian dari iman. Orang beriman pasti memiliki sifat malu. Orang yang tidak memiliki malu berarti tidak ada iman dalam dirinya meskipun lidahnya menyatakan beriman. Rasulullah SAW bersabda, ''Iman itu lebih dari 70 atau 60 cabang, cabang iman tertinggi adalah mengucapkan 'La ilaha illallah', dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari jalan, dan rasa malu merupakan cabang dari iman.'' (HR Bukhari-Muslim).

Sifat malu perlu ditampilkan seseorang dalam semua aktivitas kehidupan. Melaluinya, seseorang dapat menahan diri dari perbuatan tercela, hina, dan keji. Melalui sifat malu, seseorang akan berusaha mencari harta yang halal dan akan menyesal kalau ketinggalan melakukan kebaikan.

Apabila seseorang hilang malunya, secara bertahap perilakunya akan buruk, kemudian menurun kepada yang lebih buruk, dan terus meluncur ke bawah dari yang hina kepada lebih hina sampai ke derajat paling rendah. Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya Allah apabila hendak membinasakan seseorang, Dia mencabut rasa malu dari orang itu.

Apabila rasa malunya sudah dicabut, kamu tidak menjumpainya kecuali dibenci. Apabila tidak menjumpainya kecuali dibenci, dicabutlah darinya sifat amanah. Apabila sifat amanah sudah dicabut darinya maka tidak akan didapati dirinya kecuali sebagai pengkhianat dan dikhianati. Kalau sudah jadi pengkhianat dan dikhianati, dicabutlah darinya rahmat. Kalau rahmat sudah dicabut darinya, tidak akan kamu dapati kecuali terkutuk yang mengutuk. Apabila terkutuk yang mengutuk sudah dicabut darinya, maka akhirnya dicabutlah ikatan keislamannya.'' (HR Ibn Majah).

Tiga Macam Rasa Malu

Ada tiga macam malu yang perlu melekat pada seseorang. Pertama, malu kepada diri sendiri ketika sedikit melakukan amal saleh kepada Allah dan kebaikan untuk umat dibandingkan orang lain. Malu ini mendorongnya meningkatkan kuantitas amal saleh dan pengabdian kepada Allah dan umat.

Kedua, malu kepada manusia. Ini penting karena dapat mengendalikan diri agar tidak melanggar ajaran agama, meskipun yang bersangkutan tidak memperoleh pahala sempurna lantaran malunya bukan karena Allah. Namun, malu seperti ini dapat memberikan kebaikan baginya dari Allah karena ia terpelihara dari perbuatan dosa.

Ketiga, malu kepada Allah. Ini malu yang terbaik dan dapat membawa kebahagiaan hidup. Orang yang malu kepada Allah, tidak akan berani melakukan kesalahan dan meninggalkan kewajiban selama meyakini Allah selalu mengawasinya.

Mengingat sifat malu penting sebagai benteng memelihara akhlak seseorang dan sumber utama kebaikan, maka sifat ini perlu dimiliki dan dipelihara dengan baik. Sifat malu dapat memelihara iman seseorang.

sumber : Pusat Data Republika

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Contoh budaya malu yaitu, malu untuk berkata bohong, malu tidak berkata sopan, malu jika tidak bertanggung jawab, malu datang terlambat kesekolah, malu membuang sampah sembarangan.

Contoh budaya tertib, yaitu tertib dalam berlalu lintas, tertib dalam antrean, tertib saat berada dikendaraan umum, tertib saat mengukuti sebuah kegiatan atau pertemuan, tertib dalam kegiatan upacara disekolah.

Contoh budaya bersih adalah, rajin membersihkan rumah, bersih dalam berpakaian, mandi dan menggosok gigi sebelum kesekolah, tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan kelas dengan melaksanakan piket kelas.

Pembahasan

Budaya malu adalah cara hidup yang menerapkan rasa malu jika melakukan kesalahan atau tidak sesuai dengan aturan yang ada.

Budaya bersih adalah cara hidup yang menerapkan pola hidup bersih baik dilingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

Budaya tertib adalah cara hidup yang menerapkan pola hidup sesuai aturan yang telah dibuat.

Budaya malu, harus ditumbuhkan sejak dini. Dengan menerapkan budaya malu kita akan berpikir terlebih dahulu jika ingin melakukan kesalahan dan pelanggaran.

Budaya bersih yang diterapkan dikehidupan akan memberikan banyak manfaat, dan harus dilatih sejka dini. Dengan menerapkan budaya bersih kita terhidar dari penyakit.

Budaya tertib akan membuat hidup kita berjalan dengan baik. misalnya saja tertib berlalu lintas, maka kita akan merasa nyaman saat berkendra dijalan raya.

Pelajari lebih lanjut

Detil jawaban

Kelas: II

Mapel: PPKn

Bab: Kedisiplinan

Kode: 2.9.6

Kata kunci: budaya, malu, bersih, tertib, kebiasaan

#AyoBelajar

Malu adalah sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari melakukan yang rendah atau kurang sopan. Agama Islam memerintahkan pemeluknya memiliki sifatmalu karena dapat meningkatkan akhlak seseorang menjadi tinggi. Orang yang tidak memiliki sifat malu, akhlaknya akan rendah dan tidak mampu mengendalikan hawa nafsu.

Sifat malu merupakan ciri khas akhlak dari orang beriman. Orang yang memiliki sifat ini jika melakukan kesalahan atau yang tidak patut bagi dirinya makan akan menunjukkan rasa penyesalan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki rasa malu, merasa biasa saja ketika melakukan kesalahan dan dosa walaupun banyak orang lain yang mengetahui apa yang telah dilakukannya.

Islam menempatkan budaya rasa malu sebagai bagian dari keimanan seseorang. Orang yang beriman pasti memiliki sifat malu dalam menjalani kehidupan. Orang yang tidak memiliki rasa malu berarti seseorang bisa dikatakan tidak memiliki iman dalam dirinya meskipun lidahnya menyatakan beriman. Rasulullah SAW bersabda, ''Iman itu lebih dari 70 (tujuh puluh) atau 60 (enam puluh) cabang, cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan 'La ilaha illallah', dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari jalan, danrasa malu merupakan cabang dari iman.'' (HR Bukhari-Muslim). Sifat malu perlu ditampilkan seseorang dalam semua aktivitas kehidupan. Melewati, seseorang dapat menahan diri dari perbuatan tercela, hina, dan keji. Melalui sifat malu, seseorang akan berusaha mencari rezeki yang halal dan merasa menyesal jika tidak bisa melakukan kebaikan setiap hari.

Apabila seseorang hilang rasa malunya, secara bertahap perilakunya akan buruk, kemudian menurun kepada yang lebih buruk, dan terus meluncur ke bawah dari yang hina kepada lebih hina sampai ke derajat paling rendah. Rosulullah SAW bersabda,’’ Sesungguhnya Allah apabila hendak membinasakan seseorang, Dia mencabut rasa malu dari orang tersebut.

Apabila rasa malunya sudah dicabut, maka orang tersebut tidak menjumpainya kecuali dijauhi. Apabila tidak menjumpainya kecuali dibenci dan dijauhi, maka dicabutlah darinya sifat amanah. Apabila sifat amanah sudah dicabut darinya maka tidak akan didapati dirinya kecuali sebagai pengkhianat dan dikhianati. Kalau sudah jadi pengkhianat dan dikhianati, dicabutlah darinya rahmat. Kalau rahmat sudah dicabut darinya, tidak akan kamu dapati kecuali terkutuk yang mengutuk. Apabila terkutuk yang mengutuk sudah dicabut darinya, maka akhirnya dicabutlah ikatan keislamannya.'' (HR Ibn Majah).

Sudah seharusnya sebagai insan yang beriman dan bertakwa harus selalu menjaga marwah dirinya dan menjaga dari perasaan malu jika melakukan perbuatan yang tidak pantas, meskipun tidak dilihat oleh orang lain, karena sedikit banyak akan membawa pengaruh dari kwalitas keimanan seseorang.

Sifat rasa malu

Ada tiga macam sifat malu yang perlu melekat pada seseorang.

Sifat pertama, rasa malu kepada diri sendiri ketika sedikit melakukan amal saleh dihadapan Allah dan kebaikan untuk umat dibandingkan orang lain. Rasa malu ini mendorongnya meningkatkan kuantitas amal soleh serta pengabdian seseorang kepada Allah SWT dan umat manusia.

Sifat kedua, rasa malu kepada sesame manusia.

Ini penting karena dapat mengendalikan diri agar tidak melanggar ajaran dan tuntunan agama, meskipun yang bersangkutan tidak memperoleh pahala sempurna lantaran rasa malunya bukan karena Allah. Namun, malu seperti ini dapat memberikan kebaikan baginya dari Allah karena ia terpelihara dari dosa.

Sifat ketiga, malu kepada Allah. Ini malu yang terbaik dan dapat membawa kebahagiaan hidup. Orang yang malu kepada Allah, tidak akan berani melakukan kesalahan dan meninggalkan kewajiban selama meyakini sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan maha melihat apa yang diperbuat hambanya.

Mengingat sifat malu merupakan hal yang sangat penting sebagai benteng pertahanan untuk memelihara akhlak seseorang dan sumber utama dari kebaikan, maka sifat inilah yang perlu dimiliki dan dipelihara dengan baik oleh setiap individu muslim baik didalam kantor, lingkungan masyarakat, keluarga dan dimanapun berada, karena sifat malu dapat memilihara serta menjaga dan menunjukkan keimanan seseorang.