Topik permasalahan dari teks yang berjudul aturan menonton Televisi di rumah

Liputan6.com, Jakarta Banyak hal dan aktivitas yang disukai setiap anggota keluarga. Ada keluarga yang menyukai menonton bioskop bersama. Ada juga yang suka menonton film di rumah saja bersama keluarga.

Namun sebelum menghabiskan waktu bersama keluarga, ada baiknya jika lebih dulu menerapkan aturan sehat tentang menonton televisi (TV). Jangan sampai aktivitas menonton TV yang menyenangkan, justru malah membosankan.

Aturan menonton pertama adalah memilih program TV yang akan ditonton bersama. Pastikan juga Anda memilih film yang menginspirasi dan mengedukasi untuk semua anggota keluarga.

Aturan sehat yang kedua adalah tentang jarak yang disarankan saat menonton TV. Untuk diketahui, ukuran ideal TV yang memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia adalah 32 inci. Oleh karena itu, sebelum membeli TV pastikan Anda sudah mempertimbangkan ukuran TV dengan ruangan.

Bila salah memilih, tentunya akan menyulitkan Anda untuk meletakkan TV tersebut. Hasilnya akan memengaruhi kesehatan mata Anda. Oleh karena itu, jarak meletakkan TV sekitar 4.07 meter dari tempat duduk. Kalau ukuran televisi 20 inci, jarak yang disarankan adalah 2,54 meter.

Dengan kata lain, rumus jarak layar televisi ke mata penonton adalah lima kali diagonal layar. Artinya dari diagonal layar adalah jarak ujung layar kiri atas ke ujung layar kanan bawah.

Topik permasalahan dari teks yang berjudul aturan menonton Televisi di rumah

Perbesar

Polytron satu-satunya LED TV yang bergaransi 5 tahun.

Selain ukuran televisi, pengalaman menonton televisi bakal terpuaskan jika Anda memilih produk yang memiliki berbagai fitur canggih. Misalnya Polytron dengan layar LED yang menghasilkan gambar lebih baik, seperti jernih dan detail. Selain itu daya konsumsi listrik pun hemat.

Hal lain yang menarik karena Polytron satu-satunya merek LED TV yang mampu memberikan garansi lima tahun, hanya pada 15 tipe produk TV dengan ukuran 20 inci sampai dengan 32 inci.

Garansi diberikan jika terjadi kerusakan seperti, panel, tersambar petir, suku cadang, remote control, dan jasa perbaikan. Denga nada garansi suku cadang keseluruhan, Anda dan keluarga tak perlu takut lagi, kehilangan momen berharga bersama keluarga di rumah.

KOMPAS.com - Menonton TV bagaikan mengonsumsi gula, jika terlalu banyak bisa berbahaya.  Para ahli juga merekomendasikan agar anak tidak menonton televisi lebih dari dua jam setiap hari, bahkan anak yang berusia kurang dari dua tahun tidak dianjurkan menonton TV sama sekali.

Beberapa penelitian menunjukkan, makin banyak waktu yang dihabiskan di depan TV, makin besar risiko kegemukan. Hal itu bukan hanya berlaku bagi orang dewasa tapi juga anak-anak. Psikolog Ratih Ibrahim bahkan mengatakan terlalu banyak menonton membuat anak jadi pembosan. Hal ini dikarenakan cahaya yang terang dari layar TV membuat kehidupan nyata terlihat lebih suram.

Meski begitu, sebenarnya beberapa program di TV bisa dijadikan sumber pelajaran bagi anak. Jadi tidak ada salahnya memberikan izin bagi si kecil untuk menyaksikan acara-acara yang bersifat mendidik. 

Berikut beberapa kiat untuk memonitor kegiatan menonton TV anak.

1. Batasi waktunya
Tidak lebih dari dua jam perhari. Jika anak sudah terlanjur ketagihan nonton, maka kurangilah waktu menontonnya secara bertahap. Hindari meletakkan TV di kamar dan mematikan TV setiap waktu makan tiba.

2. Dampingi
Dengan mendampinginya langsung, orangtua dapat memberikan pendidikan yang lebih efektif pada anak. Terutama bagi tayangan-tayangan yang tidak boleh mereka tonton. Anak juga akan menangkap pesan bahwa apa yang sedang mereka lakukan penting bagi orangtuanya karena Anda menyempatkan diri untuk mendampinginya.

3. Letakkan TV di tempat yang tidak nyaman
Satu alasan mengapa orang betah berlama-lama menonton TV adalah suasana menonton yang dibuat nyaman. Maka cobalah ubah suasana menonton TV menjadi tidak nyaman. Seperti di tempat yang ramai, sempit, dan terpencil.

4. Pilih tayangan yang tenang
Selain membatasi waktu menonton, tayangan yang ditonton juga perlu jadi perhatian. Tayangan yang tenang dengan tempo yang lambat akan memberikan kesempatan bagi anak untuk berpikir. Kartun petualangan atau action yang penuh kekerasan akan membingungkan anak, bahkan mempengaruhi perilaku anak menjadi lebih agresif. Begitu pula dengan tayangan menyeramkan. Sebaiknya, pilihlah tayangan yang penuh interaksi yang menginspirasi anak untuk membuat suara, mengucapkan kata, bernyanyi, dan menari.

5. Tontonlah tayangannya, bukan TV-nya.
Daripada membiarkan anak Anda duduk dan menonton tayangan apapun di TV, lebih baik susunlah tayangan yang anak akan tonton. Dan matikan TV langsung setelah tayangan selesai. Hindari kebiasaan menjadikan TV sebagai suara latar di rumah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Topik permasalahan dari teks yang berjudul aturan menonton Televisi di rumah

Topik permasalahan dari teks yang berjudul aturan menonton Televisi di rumah
Lihat Foto

freepik.com

Ilustrasi dampak menonton televisi

KOMPAS.com - Televisi merupakan salah satu media hiburan yang masih memiliki banyak penggemar, di tengah-tengah gencarnya media online. 

Televisi memberikan hiburan sekaligus informasi kepada penonton. Sehingga media televisi tidak terbatas usia, jenis kelamin, atau status sosial.

Sebagai sebuah media, televisi memberikan dampak positif maupun negatif. Tergantung dari individu yang menyikapinya. 

Dikutip dalam buku Awas Tayangan Televisi (2013) oleh E. B. Surbakti, televisi membrikan kontribusi terhadap kemajuan pengetahuan masyarakat. Namun juga memberikan dampak kemerosotan nilai-nilai kehidupan. 

Beberapa fungsi televisi, yakni sebagai media komunikasi, sarana pendidikan, hiburan dan informasi, serta sarana tayangan komersial. 

Baca juga: Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Menurut Sutisno dalam buku Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio (1993), televisi adalah sistem komunikasi menggunakan rangkaian gambar elektronik yang ditampilkan secara berurutan dengan menampilkan audio atau suara.

Berikut pengaruh positif dan negatif televisi bagi kehidupan di masyarakat, yakni: 

Pengaruh positif televisi 

Dalam buku Anak vs Media: Kuasailah Media Sebelum Anak Anda Dikuasainya (2008), disebutkan beberapa pengaruh positif televisi, yakni:

Menambah ilmu pengetahuan

Siaran televisi juga bisa menambah ilmu pengetahuan kita tentang bidang pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, hingga politik. Contohnya siaran wisata di Indonesia, yang menambah pengetahuan kita tentang keindahan wilayah Indonesia.

Munculnya kreativitas

Televisi juga memberi pengaruh positif berupa munculnya kreativitas. Beberapa siaran televisi yang sifatnya mendidik bisa menambah kreativitas kita. Contohnya siaran tentang permainan tradisional, yang memunculkan kreativitas untuk membuat permainan tradisional.

Oleh: Fitri Indriani

Dosen PGSD UAD Yogyakarta

Seiring adannya kemajuan teknologi, media televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semakin menarik untuk dinikmati,  baik dari desain media maupun konten media itu sendiri. Televisi merupakan salah satu media yang paling mudah diakses dan hampir setiap keluarga memiliki pesawat televisi, bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini kita dapat menerima siaran televisi melalui telepon seluler (Handphone).

Sayang, secara kualitas tayangan yang ditampilkan di televisi saat ini dapat dikatakan sangat minim. Menurut tim TIFA disebabkan beberapa hal: (1) industri televisi padat teknologi yang tentunya membutuhkan peralatan yang canggi dan itu membutuhkan biaya yang sangat mahal. (2) sebagian industri program acara di televisi sengaja dibuat untuk meraih keuntungan, (3) semua tayangan televisi sengaja diciptakan dengan kreatifitas dan aturan pengelola televisi, melalui pemilihan, pengulangan, penonjolan audio visual (suara dan gambar); (4) industri televisi bisa terus berlangsung karena didukung pendapatan dari iklan. Salah satu ukuran dari perusahaan iklan untuk menempatkan iklannya di program siaran televisi adalah rating pemirsa, yaitu siaran yang paling banyak ditonton pemirsa (yang datanya didapat berdasarkan sampel survei). Maka, industri televisi bersaing agar siaran-siarannya memperoleh rating tinggi, untuk mendapatkan masukkan iklan yang banyak. Risikonya, yang menjadi prioritas adalah program siaran yang diperkirakan menarik untuk ditonton. Tujuannya untuk mendongkrak rating, bukan siaran bermutu yang bermanfaat bagi publik; (5) bisnis televisi adalah bisnis waktu. Di dalam bisnis waktu ini, faktor kecepatan diutamakan. Konsekuensinya, acara-acara yang diproduksi seperti sinetron, variety show seringkali sifatnya kejar tayang dan mengabaikan ketepatan informasi serta dampak yang ditimbulkannya.

Saat ini, betapa banyak tayangan televisi terutama sinetron maupun iklan yang tidak mendidik bagi anak-anak. Hal tersebut berdampak pada prilaku atau karakter anak. Adapun dampak yang ditimbulkan dari tayangan televisi terhadap karakter anak, antara lain; (1) meniru adegan yang ditonton seperti melakukan kekerasan, memaki, berkata kasar, menghina; (2) meniru gaya hidup mewah (hedonis); (3) konsumtif karena mudah terpengaruh “rayuan” iklan. (4) tidak empati atau tidak peka saat melihat kekerasan dan kejahatan, karena sudah terbiasa menonton kekerasan; (5) anak-anak dan remaja cenderung lebih cepat dewasa seperti mengenal seks dan perselingkuhan; (6) menghabiskan waktu untuk menonton televisi; (7) anak menjadi pasif, tidak kreatif dan kurang bersosialisasi dengan teman sebaya; (8) gangguan penglihatan akibat warna televisi; (9) tidak kritis dan kecanduan karena penasaran melihat lanjutan sinetron yang ditonton; (10) semangat belajar menurun dan menunda-nunda pekerjaan karena menunggu tayangan selesai; (11) merenggangkan hubungan keluarga karena rebutan remot TV, dan sebagainya.

Melihat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari tayangan televisi, maka penting bagi para orang tua untuk melakukan perhatian pada anak. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua antara lain; (1) mendampingi anak saat menonton televisi. Anak terutama usia TK dan SD, pada dasarnya belum mampu menyaring informasi yang mereka peroleh baik dari penglihatan ataupun dari  pendengaran. Jika tidak ada pendampingan, dikhawatirkan informasi negatif yang didapatkan dari televisi akan dicerna tanpa ada penyaringan, baik prilaku maupun bahasa; (2) selektif memili tayangan televisi yang mendidik, hal ini dikarenakan tidak semua tayangan televisi baik untuk ditonton oleh anak-anak, baik kartun maupun sinetron ataupun yang lainnya; (3) membuat aturan menonton televisi seperti membuat jadwal, menentukan tayangan yang boleh ditonton dan yang tidak boleh ditonton, dan tentunya aturan yang dibuat harus konsisten; (4) mengalihkan perhatian anak dari menonton televisi dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat, seperti; mendongeng, membaca buku, bersepeda, jalan-jalan ke pameran buku, mengajak anak memasak dan lain-lain,  

Ungkapkan di atas hanyalah salah satu usaha dalam mengatasi dampak negatif televisi. Dukungan dari semua pihak juga diperlukan, baik orangtua, lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat dan pertelevisian itu sendiri.