Tokoh yang dapat diteladani dalam perumpamaan orang samaria yang baik hati adalah

assalamualaikum, emang benar ya kalo masih remaja gak boleh dzikir banyak banyak? saya umur 14 tahun​

assalamualaikum,,kakak tolong bantu besok mau kumpul,, jgn asal asalan ya kak​

1. Jelaskan pengertian hari akhir menurut 3 ulama!2. Tuliskan nama nama selain hari akhir!​terimakasiii

apakah bahasa arabnya 1 sampek 12tapi pakek translate Indonesia?​

berbeda dengan manusia dan makhluk hidup lainnya Allah Wa Ta'ala tidak mengalami​

lailahaillallah wahdahula syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli syai-in qadir arti

lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumitu wahuwa ala kulli syai-in qadir arab

lailahaillallah wahdahula syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli syai-in qadir arti

ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk ibadah disebut

Tolong jawab kak harus dikumpulin hr ini : (( Apa yang dimaksud dengan beriman kepada rasul? Apa tugas utama para rasul? Sebutkan lima nama rasul yang … bergelar ulul azmi jelaskan perbedaan nabi dan rasul

Bagi orang Kristen, kisah orang samaria yang baik hati sudah cukup familiar. Orang samaria yang murah hati adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya. Perumpamaan ini menggambarkan sebuah cinta kasih, bahkan cinta kasih kepada orang yang membenci kita sekalipun. Cerita orang samaria yang murah hati harus dimaknai secara terus-menerus oleh umat Kristen sebab itu adalah salah satu dasar agama Kristen yaitu : cinta kasih.

Pertama kalinya, Yesus mengisahkan cerita ini kepada seorang ahli taurat yang menanyakan kepadanya, apa yang harus diperbuat untuk mendapatkan hidup yang kekal dan tentang siapa itu sesama manusia. Maka saat itu Yesus menjawabnya sambil bercerita "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho ;ia jatuh ketangan penyamun-penyamun ,yang bukan saja merampokknya habis-habisan,tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu;ia melihat orang itu tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

Demikian juga seorang Lewi, datang ketempat itu,ketika ia melihat orang itu ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan, ketempat itu;dan ketika ia melihat orang itu,tergerakklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya,sesudah itu ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu keatas keledai tungganganya sendiri lalu membawanya ketempat penginapan dan merawatnya.Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,katanya;rawatlah dia,dan jikalau kau belanjakan lebih dari ini,aku akan menggantinya waktu aku kembali. Siapakah diantara ketiga orang ini menurut pendapatmu adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ketangan penyamun itu ? Jawab orang itu : Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.Kata Yesus kepadanya,pergilah dan perbuatlah demikian.!"

Apa yang sudah dilakukan orang samaria dalam cerita sebetulnya kurang masuk akal. Sebab, orang Samaria adalah orang yang dimusuhi dan dibenci oleh orang Jahudi. Karena itu, si korban dalam kisah tersebut sama sekali tidak mengharapkan pertolongannya. Namun, dari ketiga orang yang sudah melihatnya, justru orang Samaria itulah yang bersedia menolongnya.

Frase “orang samaria yang murah hati” kemudian menjadi ungkapan sehari-hari bagi seseorang yang bersedia menolong orang lain, bahkan yang tidak dikenalnya sekalipun.Tetapi diluar itu semua, selain pesan untuk senantiasa berbuat baik, ada pelajaran penting yang dapat diambil dan konstektual dengan masa kekinian. Ada beberapa poin penting yang dapat menjadi pelajaran seiring berubahnya jaman,dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang terus berkembang. Beberapa poin yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Memahami Sebuah Kebenaran, Belum Tentu Bersedia Melakukan Kebenaran Itu.

Berdasarkan percakapan yang tercatat dalam kitab Lukas, semua orang tahu dan yakin bahwa Sang ahli taurat sangat paham dan menguasai isi kitab suci. Sang ahli taurat terbukti dengan lancar bisa mengutip dengan benar hukum yang utama, yang merangkum hukum-hukum yang lainya. Tetapi ketika dia diminta menerapkan apa yang diketahuinya dia kemudian berkelit. Sambil berkata “Siapakah sesama
manusia ? katanya, untuk membenarkan diri (ayat 29).

Dalam kehidupan sehari-hari,bisa jadi seseorang sudah mendengar bahkan memahami kebenaran itu. Dan mungkin saja sudah mendengarnya secara berulang. Namun pada prakteknya tidak pernah melakukanya. Yang terjadi adalah selalu berkelit dan mencari pembenaran. Kebenaran yang dimaksud tidak saja hanya yang berasal dari Alkitab. Tetapi juga kebenaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekali yang terjadi adalah piawai dalam menjelaskan kebenaran itu, tapi miskin implementasi. Sebab, memahami sesuatu belum tentu bersedia melakukanya.

2. Mulut Berbicara Kebenaran, Tidak Menjamin Seseorang Berhati Benar

Sisi yang cukup menarik dari kisah ini adalah ;bahwa kisah samaria yang murah hati merupakan sebuah perumpamaan untuk menjawab pertanyaan tidak tulus dan terkesan menjebak dari seorang ahli taurat. Sebetulnya, Sang alhi taurat tidak dengan sungguh-sungguh ingin mengetahui jawaban dari pertanyaanya. Tetapi hanya mencoba menjebak Yesus. Yang terjadi berdasarkan cerita itu adalah, Yesus menjawab dengan menceritakan sebuah kisah tentang orang samaria yang murah hati. Didalam catatan Lukas sebelumnya, Ahli-ahli taurat dan orang Farisi memang bermaksud mencari-cari kesalahan Yesus.

Dalam kehidupan saat ini, sering kita jumpai terjadi diskusi-diskusi didasarkan pada motivasi yang keliru. Diskusi terselenggara bukan untuk mencari jawaban tentang sebuah kebenaran, tetapi lebih kepada memuaskan hasrat intelektual,pencitraan atau bahkan, hanya ingin menjebak lawan bicara. Sebenarnya kejadian seperti ini sudah menjadi rahasia umum. Biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menganggap dirinya pintar karena gelar akademik. Menganggap pintar karena berteman dengan orang-orang besar seperti pejabat dan lain sebagainya. Kisah orang samaria yang murah hati harus dijadikan pelajaran bahwa, segala sesuatu harus dilakukan dengan niat yang tulus. Dalam poin ini, hati dan pikiran (otak) diharapkan untuk selalu berkolaborasi.


Page 2

Bagi orang Kristen, kisah orang samaria yang baik hati sudah cukup familiar. Orang samaria yang murah hati adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya. Perumpamaan ini menggambarkan sebuah cinta kasih, bahkan cinta kasih kepada orang yang membenci kita sekalipun. Cerita orang samaria yang murah hati harus dimaknai secara terus-menerus oleh umat Kristen sebab itu adalah salah satu dasar agama Kristen yaitu : cinta kasih.

Pertama kalinya, Yesus mengisahkan cerita ini kepada seorang ahli taurat yang menanyakan kepadanya, apa yang harus diperbuat untuk mendapatkan hidup yang kekal dan tentang siapa itu sesama manusia. Maka saat itu Yesus menjawabnya sambil bercerita "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho ;ia jatuh ketangan penyamun-penyamun ,yang bukan saja merampokknya habis-habisan,tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu;ia melihat orang itu tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

Demikian juga seorang Lewi, datang ketempat itu,ketika ia melihat orang itu ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan, ketempat itu;dan ketika ia melihat orang itu,tergerakklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya,sesudah itu ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu keatas keledai tungganganya sendiri lalu membawanya ketempat penginapan dan merawatnya.Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,katanya;rawatlah dia,dan jikalau kau belanjakan lebih dari ini,aku akan menggantinya waktu aku kembali. Siapakah diantara ketiga orang ini menurut pendapatmu adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ketangan penyamun itu ? Jawab orang itu : Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.Kata Yesus kepadanya,pergilah dan perbuatlah demikian.!"

Apa yang sudah dilakukan orang samaria dalam cerita sebetulnya kurang masuk akal. Sebab, orang Samaria adalah orang yang dimusuhi dan dibenci oleh orang Jahudi. Karena itu, si korban dalam kisah tersebut sama sekali tidak mengharapkan pertolongannya. Namun, dari ketiga orang yang sudah melihatnya, justru orang Samaria itulah yang bersedia menolongnya.

Frase “orang samaria yang murah hati” kemudian menjadi ungkapan sehari-hari bagi seseorang yang bersedia menolong orang lain, bahkan yang tidak dikenalnya sekalipun.Tetapi diluar itu semua, selain pesan untuk senantiasa berbuat baik, ada pelajaran penting yang dapat diambil dan konstektual dengan masa kekinian. Ada beberapa poin penting yang dapat menjadi pelajaran seiring berubahnya jaman,dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang terus berkembang. Beberapa poin yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Memahami Sebuah Kebenaran, Belum Tentu Bersedia Melakukan Kebenaran Itu.

Berdasarkan percakapan yang tercatat dalam kitab Lukas, semua orang tahu dan yakin bahwa Sang ahli taurat sangat paham dan menguasai isi kitab suci. Sang ahli taurat terbukti dengan lancar bisa mengutip dengan benar hukum yang utama, yang merangkum hukum-hukum yang lainya. Tetapi ketika dia diminta menerapkan apa yang diketahuinya dia kemudian berkelit. Sambil berkata “Siapakah sesama
manusia ? katanya, untuk membenarkan diri (ayat 29).

Dalam kehidupan sehari-hari,bisa jadi seseorang sudah mendengar bahkan memahami kebenaran itu. Dan mungkin saja sudah mendengarnya secara berulang. Namun pada prakteknya tidak pernah melakukanya. Yang terjadi adalah selalu berkelit dan mencari pembenaran. Kebenaran yang dimaksud tidak saja hanya yang berasal dari Alkitab. Tetapi juga kebenaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekali yang terjadi adalah piawai dalam menjelaskan kebenaran itu, tapi miskin implementasi. Sebab, memahami sesuatu belum tentu bersedia melakukanya.

2. Mulut Berbicara Kebenaran, Tidak Menjamin Seseorang Berhati Benar

Sisi yang cukup menarik dari kisah ini adalah ;bahwa kisah samaria yang murah hati merupakan sebuah perumpamaan untuk menjawab pertanyaan tidak tulus dan terkesan menjebak dari seorang ahli taurat. Sebetulnya, Sang alhi taurat tidak dengan sungguh-sungguh ingin mengetahui jawaban dari pertanyaanya. Tetapi hanya mencoba menjebak Yesus. Yang terjadi berdasarkan cerita itu adalah, Yesus menjawab dengan menceritakan sebuah kisah tentang orang samaria yang murah hati. Didalam catatan Lukas sebelumnya, Ahli-ahli taurat dan orang Farisi memang bermaksud mencari-cari kesalahan Yesus.

Dalam kehidupan saat ini, sering kita jumpai terjadi diskusi-diskusi didasarkan pada motivasi yang keliru. Diskusi terselenggara bukan untuk mencari jawaban tentang sebuah kebenaran, tetapi lebih kepada memuaskan hasrat intelektual,pencitraan atau bahkan, hanya ingin menjebak lawan bicara. Sebenarnya kejadian seperti ini sudah menjadi rahasia umum. Biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menganggap dirinya pintar karena gelar akademik. Menganggap pintar karena berteman dengan orang-orang besar seperti pejabat dan lain sebagainya. Kisah orang samaria yang murah hati harus dijadikan pelajaran bahwa, segala sesuatu harus dilakukan dengan niat yang tulus. Dalam poin ini, hati dan pikiran (otak) diharapkan untuk selalu berkolaborasi.


Tokoh yang dapat diteladani dalam perumpamaan orang samaria yang baik hati adalah

Lihat Puisi Selengkapnya


Page 3

Bagi orang Kristen, kisah orang samaria yang baik hati sudah cukup familiar. Orang samaria yang murah hati adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya. Perumpamaan ini menggambarkan sebuah cinta kasih, bahkan cinta kasih kepada orang yang membenci kita sekalipun. Cerita orang samaria yang murah hati harus dimaknai secara terus-menerus oleh umat Kristen sebab itu adalah salah satu dasar agama Kristen yaitu : cinta kasih.

Pertama kalinya, Yesus mengisahkan cerita ini kepada seorang ahli taurat yang menanyakan kepadanya, apa yang harus diperbuat untuk mendapatkan hidup yang kekal dan tentang siapa itu sesama manusia. Maka saat itu Yesus menjawabnya sambil bercerita "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho ;ia jatuh ketangan penyamun-penyamun ,yang bukan saja merampokknya habis-habisan,tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu;ia melihat orang itu tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

Demikian juga seorang Lewi, datang ketempat itu,ketika ia melihat orang itu ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan, ketempat itu;dan ketika ia melihat orang itu,tergerakklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya,sesudah itu ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu keatas keledai tungganganya sendiri lalu membawanya ketempat penginapan dan merawatnya.Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,katanya;rawatlah dia,dan jikalau kau belanjakan lebih dari ini,aku akan menggantinya waktu aku kembali. Siapakah diantara ketiga orang ini menurut pendapatmu adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ketangan penyamun itu ? Jawab orang itu : Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.Kata Yesus kepadanya,pergilah dan perbuatlah demikian.!"

Apa yang sudah dilakukan orang samaria dalam cerita sebetulnya kurang masuk akal. Sebab, orang Samaria adalah orang yang dimusuhi dan dibenci oleh orang Jahudi. Karena itu, si korban dalam kisah tersebut sama sekali tidak mengharapkan pertolongannya. Namun, dari ketiga orang yang sudah melihatnya, justru orang Samaria itulah yang bersedia menolongnya.

Frase “orang samaria yang murah hati” kemudian menjadi ungkapan sehari-hari bagi seseorang yang bersedia menolong orang lain, bahkan yang tidak dikenalnya sekalipun.Tetapi diluar itu semua, selain pesan untuk senantiasa berbuat baik, ada pelajaran penting yang dapat diambil dan konstektual dengan masa kekinian. Ada beberapa poin penting yang dapat menjadi pelajaran seiring berubahnya jaman,dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang terus berkembang. Beberapa poin yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Memahami Sebuah Kebenaran, Belum Tentu Bersedia Melakukan Kebenaran Itu.

Berdasarkan percakapan yang tercatat dalam kitab Lukas, semua orang tahu dan yakin bahwa Sang ahli taurat sangat paham dan menguasai isi kitab suci. Sang ahli taurat terbukti dengan lancar bisa mengutip dengan benar hukum yang utama, yang merangkum hukum-hukum yang lainya. Tetapi ketika dia diminta menerapkan apa yang diketahuinya dia kemudian berkelit. Sambil berkata “Siapakah sesama
manusia ? katanya, untuk membenarkan diri (ayat 29).

Dalam kehidupan sehari-hari,bisa jadi seseorang sudah mendengar bahkan memahami kebenaran itu. Dan mungkin saja sudah mendengarnya secara berulang. Namun pada prakteknya tidak pernah melakukanya. Yang terjadi adalah selalu berkelit dan mencari pembenaran. Kebenaran yang dimaksud tidak saja hanya yang berasal dari Alkitab. Tetapi juga kebenaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekali yang terjadi adalah piawai dalam menjelaskan kebenaran itu, tapi miskin implementasi. Sebab, memahami sesuatu belum tentu bersedia melakukanya.

2. Mulut Berbicara Kebenaran, Tidak Menjamin Seseorang Berhati Benar

Sisi yang cukup menarik dari kisah ini adalah ;bahwa kisah samaria yang murah hati merupakan sebuah perumpamaan untuk menjawab pertanyaan tidak tulus dan terkesan menjebak dari seorang ahli taurat. Sebetulnya, Sang alhi taurat tidak dengan sungguh-sungguh ingin mengetahui jawaban dari pertanyaanya. Tetapi hanya mencoba menjebak Yesus. Yang terjadi berdasarkan cerita itu adalah, Yesus menjawab dengan menceritakan sebuah kisah tentang orang samaria yang murah hati. Didalam catatan Lukas sebelumnya, Ahli-ahli taurat dan orang Farisi memang bermaksud mencari-cari kesalahan Yesus.

Dalam kehidupan saat ini, sering kita jumpai terjadi diskusi-diskusi didasarkan pada motivasi yang keliru. Diskusi terselenggara bukan untuk mencari jawaban tentang sebuah kebenaran, tetapi lebih kepada memuaskan hasrat intelektual,pencitraan atau bahkan, hanya ingin menjebak lawan bicara. Sebenarnya kejadian seperti ini sudah menjadi rahasia umum. Biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menganggap dirinya pintar karena gelar akademik. Menganggap pintar karena berteman dengan orang-orang besar seperti pejabat dan lain sebagainya. Kisah orang samaria yang murah hati harus dijadikan pelajaran bahwa, segala sesuatu harus dilakukan dengan niat yang tulus. Dalam poin ini, hati dan pikiran (otak) diharapkan untuk selalu berkolaborasi.


Tokoh yang dapat diteladani dalam perumpamaan orang samaria yang baik hati adalah

Lihat Puisi Selengkapnya


Page 4

Bagi orang Kristen, kisah orang samaria yang baik hati sudah cukup familiar. Orang samaria yang murah hati adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya. Perumpamaan ini menggambarkan sebuah cinta kasih, bahkan cinta kasih kepada orang yang membenci kita sekalipun. Cerita orang samaria yang murah hati harus dimaknai secara terus-menerus oleh umat Kristen sebab itu adalah salah satu dasar agama Kristen yaitu : cinta kasih.

Pertama kalinya, Yesus mengisahkan cerita ini kepada seorang ahli taurat yang menanyakan kepadanya, apa yang harus diperbuat untuk mendapatkan hidup yang kekal dan tentang siapa itu sesama manusia. Maka saat itu Yesus menjawabnya sambil bercerita "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho ;ia jatuh ketangan penyamun-penyamun ,yang bukan saja merampokknya habis-habisan,tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu;ia melihat orang itu tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.

Demikian juga seorang Lewi, datang ketempat itu,ketika ia melihat orang itu ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan, ketempat itu;dan ketika ia melihat orang itu,tergerakklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya,sesudah itu ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu keatas keledai tungganganya sendiri lalu membawanya ketempat penginapan dan merawatnya.Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,katanya;rawatlah dia,dan jikalau kau belanjakan lebih dari ini,aku akan menggantinya waktu aku kembali. Siapakah diantara ketiga orang ini menurut pendapatmu adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ketangan penyamun itu ? Jawab orang itu : Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.Kata Yesus kepadanya,pergilah dan perbuatlah demikian.!"

Apa yang sudah dilakukan orang samaria dalam cerita sebetulnya kurang masuk akal. Sebab, orang Samaria adalah orang yang dimusuhi dan dibenci oleh orang Jahudi. Karena itu, si korban dalam kisah tersebut sama sekali tidak mengharapkan pertolongannya. Namun, dari ketiga orang yang sudah melihatnya, justru orang Samaria itulah yang bersedia menolongnya.

Frase “orang samaria yang murah hati” kemudian menjadi ungkapan sehari-hari bagi seseorang yang bersedia menolong orang lain, bahkan yang tidak dikenalnya sekalipun.Tetapi diluar itu semua, selain pesan untuk senantiasa berbuat baik, ada pelajaran penting yang dapat diambil dan konstektual dengan masa kekinian. Ada beberapa poin penting yang dapat menjadi pelajaran seiring berubahnya jaman,dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang terus berkembang. Beberapa poin yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Memahami Sebuah Kebenaran, Belum Tentu Bersedia Melakukan Kebenaran Itu.

Berdasarkan percakapan yang tercatat dalam kitab Lukas, semua orang tahu dan yakin bahwa Sang ahli taurat sangat paham dan menguasai isi kitab suci. Sang ahli taurat terbukti dengan lancar bisa mengutip dengan benar hukum yang utama, yang merangkum hukum-hukum yang lainya. Tetapi ketika dia diminta menerapkan apa yang diketahuinya dia kemudian berkelit. Sambil berkata “Siapakah sesama
manusia ? katanya, untuk membenarkan diri (ayat 29).

Dalam kehidupan sehari-hari,bisa jadi seseorang sudah mendengar bahkan memahami kebenaran itu. Dan mungkin saja sudah mendengarnya secara berulang. Namun pada prakteknya tidak pernah melakukanya. Yang terjadi adalah selalu berkelit dan mencari pembenaran. Kebenaran yang dimaksud tidak saja hanya yang berasal dari Alkitab. Tetapi juga kebenaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekali yang terjadi adalah piawai dalam menjelaskan kebenaran itu, tapi miskin implementasi. Sebab, memahami sesuatu belum tentu bersedia melakukanya.

2. Mulut Berbicara Kebenaran, Tidak Menjamin Seseorang Berhati Benar

Sisi yang cukup menarik dari kisah ini adalah ;bahwa kisah samaria yang murah hati merupakan sebuah perumpamaan untuk menjawab pertanyaan tidak tulus dan terkesan menjebak dari seorang ahli taurat. Sebetulnya, Sang alhi taurat tidak dengan sungguh-sungguh ingin mengetahui jawaban dari pertanyaanya. Tetapi hanya mencoba menjebak Yesus. Yang terjadi berdasarkan cerita itu adalah, Yesus menjawab dengan menceritakan sebuah kisah tentang orang samaria yang murah hati. Didalam catatan Lukas sebelumnya, Ahli-ahli taurat dan orang Farisi memang bermaksud mencari-cari kesalahan Yesus.

Dalam kehidupan saat ini, sering kita jumpai terjadi diskusi-diskusi didasarkan pada motivasi yang keliru. Diskusi terselenggara bukan untuk mencari jawaban tentang sebuah kebenaran, tetapi lebih kepada memuaskan hasrat intelektual,pencitraan atau bahkan, hanya ingin menjebak lawan bicara. Sebenarnya kejadian seperti ini sudah menjadi rahasia umum. Biasanya dilakukan oleh orang-orang yang menganggap dirinya pintar karena gelar akademik. Menganggap pintar karena berteman dengan orang-orang besar seperti pejabat dan lain sebagainya. Kisah orang samaria yang murah hati harus dijadikan pelajaran bahwa, segala sesuatu harus dilakukan dengan niat yang tulus. Dalam poin ini, hati dan pikiran (otak) diharapkan untuk selalu berkolaborasi.


Tokoh yang dapat diteladani dalam perumpamaan orang samaria yang baik hati adalah

Lihat Puisi Selengkapnya