Tokoh muslim yang menjadi panutan dalam menuntut ilmu

Tokoh muslim yang menjadi panutan dalam menuntut ilmu

Tokoh muslim yang menjadi panutan dalam menuntut ilmu
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK

Ilustrasi masjid - Masjid Agung Kairouan di Tunisia.

KOMPAS.com - Pada Abad Pertengahan, yakni sekitar abad ke-8 hingga ke-12 Masehi, Islam menjadi sumber ilmu pengetahuan dan penemuan. Banyak sekali figur-figur ilmuwan dari berbagai bidang yang lahir di Peradaban Islam baik di dataran Arab, Afrika Utara, Asia Tengah, Persia, maupun Andalusia.

Mereka berkontribusi dalam berbagai bidang. Bahkan tak jarang yang menguasai banyak disiplin ilmu sekaligus.

Melansir laman Quipper.id, ada sebagian nama-nama yang menorehkan sejarah lewat karya-karya di bidang ilmu pengetahuan. Berikut beberapa tokoh-tokoh ilmuwan dalam Peradaban Islam:

Baca juga: Ini Biaya Kuliah di Universitas Indonesia 2021 Program S1 Reguler

1. Ibnu Sina

Dikenal sebagai "Bapak Kedokteran Modern". Ia dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia Barat, seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter.

2. Al Khawarizmi

Pelopor konsep aljabar, algoritma dan bilangan nol. Ia merupakan ilmuwan penting dalam sejarah matematika.

3. Al Kindi

Menulis lebih dari 260 buku dengan bidang ilmu berbeda-beda.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Minuman Penurun Gula Darah Berbasis Rempah

4. Abdul Wafa

Mengembangkan metode trigonometri.

5. Fatima al Fihri

Pendiri universitas pertama di dunia (Al Qarawiyyin, 859 M).

6. Al Jazari

Pelopor konsep hidrolik, cikal bakal ilmu robotika.

Tokoh Islam pertama dalam bidang logika.

Pelopor optik sebelum Kepler maupun Newton. Adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat.

Baca juga: BUMN Bank BRI Buka Beasiswa Penuh untuk Mahasiswa S1

9. Ibnu Khaldun

Peneliti filsafat, sejarah, ekonomi dan sosiologi.

10. Al Biruni

Peneliti astronomi, matematika, filsafat, sejarah dan farmasi.

11. Ibnu Al Muqaffa

Penulis kitab Al-Hayawan (ensiklopedia hewan).

12. Ibnu Batutah

Penjelajah pelosok dunia pada Abad Pertengahan.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

13. Ibnu Nafis

Pelopor konsep sistem peredaran darah manusia

14. Al Tusi

Pelopor pembuat model planet (planetarium) sebelum Copernicus.

15. Banu Musa

Penulis buku Al Hiyal (buku alat-alat pintar) tentang 100 macam kerja mesin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KOMPAS.com - Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam berbagai bidang, seperti falsafah, sains, politik, agama, pengobatan, dan masih banyak lainnya.

Salah satu ciri yang dapat diperhatikan dari para tokoh ilmuwan Islam adalah mereka tidak sekadar menguasai satu ilmu, tetapi beberapa bidang ilmu secara bersamaan.

Ibnu Sina misalnya, yang sangat dikenal dalam bidang sains dan pengobatan.

Namun selain itu, Ibnu Sina juga memiliki kemahiran tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan sebagainya.

Berikut ini daftar tokoh ilmuwan muslim dengan bidang keahliannya yang terkenal:

Al-Farabi

Abu Nashr Muhammad Al-Farabi lahir pada 870 M di Farab, sebuah kota di Turki tengah.

Al-Farabi adalah seorang jenius yang menguasai 89 bahasa dan guru besar Muslim dalam bidang fiqih, filsafat, sains, kedokteran, musik, dan puisi.

Al-Farabi pernah tinggal di Baghdad selama 40 tahun untuk memelajari bahasa Arab dan Yunani, kemudian memelajari filsafat dan logika Aristoteles.

Apabila Aristoteles dikenal sebagai guru pertama, maka Al-Farabi dijuluki sebagai guru kedua dan Bapak Logika Islam.

Sepanjang hidupnya, Al-Farabi menulis lebih dari seratus buku berbahasa Arab dalam bidang filsafat, sains, kedokteran, musik, dan lain-lain.

Beberapa karyanya yang terkenal adalah At-Ta'lim Ats-Tsani, Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, dan Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi Aghradhiha.

Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan

Al-Khawarizmi

Al-Khawarizmi atau yang mempunyai nama asli Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi dikenal sebagai Bapak Aljabar Dunia.

Ia menciptakan pemakaian secans dan tangens dalam trigonometri dan astronomi.

Selain itu, Al-Khawarizmi juga menciptakan sistem penomoran yang sangat penting hingga digunakan pada zaman sekarang.

Ibnu Haitham

Ibnu Haitham adalah Bapak Optik Modern yang mempunyai nama asli Abu Ali Muhammad Al-Hassan Ibnu Al-Haitham.

Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, tokoh ilmuwan Islam yang lahir pada 965 M ini dikenal dengan nama Alhazen.

Tulisannya mengenai pengobatan mata telah menjadi rujukan penting yang masih dipelajari hingga saat ini.

Ibnu Haitham banyak melakukan penelitian mengenai cahaya dan telah memberi ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler, dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.

Selain itu, Ibnu Haitham telah menemukan prinsip kesatuan udara sebelum Trricella dan daya gravitasi sebelum Issaac Newton.

Baca juga: Kekhalifahan Bani Umayyah: Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan

Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun adalah ilmuwan Islam yang dikenal sebagai sejarawan dan Bapak Sosiologi.

Selain itu, ia dikenal sebagai Bapak Ekonomi Islam karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh dikemukakan sebelum Adam Smith dan David Ricardo.

Ibnu Sina atau dikenal sebagai Avicenna adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan dokter yang lahir di Persia pada 980 M.

Sebagai salah satu ilmuwan islam bidang kedokteran, ia juga disebut-sebut sebagai Bapak Pengobatan Modern.

Karyanya yang paling terkenal adalah Qanun fi Thib, yang menjadi rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Imam Al Ghazali

Imam Al Ghazali adalah tokoh ilmuwan muslim terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf.

Semasa hidupnya, sosok yang sering dipanggil sebagai Algazel ini sangat aktif menulis.

Karya-karyanya dalam masalah ushuluddin, aqidah, fikih, filsafat, manthiq, dan tasawuf sangat banyak.

Beberapa di antaranya adalah Arba'in Fi Ushuliddin, Al Iqtishad Fil I'tiqad, Ma'ariful Aqliyah, dan lain-lain.

Baca juga: Masjid-masjid Peninggalan Kerajaan Islam dan Ciri-cirinya

Al-Kindi

Al-Kindi memiliki kontribusi besar dalam bidang filsafat, oleh karenanya ia juga dijuluki sebagai filsuf Arab.

Tidak hanya itu, Al-Kindi juga produktif menulis banyak karya dari beberapa disiplin ilmu, seperti metafisika, etika, logika, psikologi, farmakologi, matematika, dan lain sebagainya.

Beberapa bukunya yang terkenal adalah Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-Dakhilat wa Al-Masa’il Al-Manthiqiyyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabi’iyyah, dan Kitab fi An-Nahu La Tanalu Al-Falsafah Illa Bi ‘ilm Al-Riyadhiyyah.

Jabir Al-Hayyan

Tokoh Islam dunia yang menginspirasi selanjutnya adalah Jabir Al-Hayyan, yang diakui sebagai Bapak Kimia Bangsa Arab.

Jabir Al-Hayyan diketahui mengembangkan dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi dan reduksi kimia.

Selain itu, ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi, peleburan, dan kristalisasi.

Baca juga: KH Hasyim Asyari: Silsilah, Peran, dan Perjuangannya

Ibnu al-Nafis

Ibnu al-Nafis lahir di Damaskus, Suriah, pada 1213 M. Ia diketahui sebagai orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia.

Ilmuwan muslim berjuluk Bapak Fisiologi Sirkulasi ini juga menjadi orang pertama yang mengungkapkan teori pembuluh darah kapiler.

Al Zahrawi

Al-Zahrawi adalah seorang fisikawan dan ahli bedah yang lahir pada 936 M di Andalusia.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah Al-Tasrif, yang berisi kumpulan praktik kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak.

Atas perannya dalam penemuan jarum suntik, forcep, jarum bedah, pisau bedah, Al-Zahrawi dijuluki sebagai Bapak Ahli Bedah.

Referensi:

  • Azizah, Tsaniyatul. (2015). Tokoh Ilmuwan Islam. Bandung: Graha Mulia Utama.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Suaramuslim.net – Pemuda sering diistilahkan dengan kata “syaabun”. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa di antara tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wa ta’ala pada hari ketika tak ada naungan, selain naungan-Nya, adalah syaabun nasya’a fii ‘ibaadatillaah  (pemuda yang tumbuh berkembang dalam pengabdian kepada Allah ta’ala).

Berikut biografi singkat 5 tokoh muslim yang sudah seharusnya kita teladani sebagai seorang muslim.

Imam Syafi’i (150-204 H/767-820 M)

Imam Syafi’i rahimahullah hidup dalam kondisi melarat dan miskin sejak ia kecil. Tak hanya itu, ia juga yatim. Namun, akhirnya –berkat tangan dingin ibunya– Syafi’i menjadi murid yang menonjol di antara kawan-kawannya, bahkan ia mengajari teman-temannya ketika guru berhalangan hadir.

Sejak kecil beliau adalah tipe anak yang sangat antusias dalam menuntut ilmu. Kondisi sulit yang mendera, tidak membuatnya patah arang dalam menuntut ilmu. Sebagai contoh, suatu hari saat ia tak memiliki kertas untuk menulis pelajaran, ia rela menulis pelajaran dengan tulang-tulang kering yang dikumpulkan ibunya.

Tulang-tulang kering itu ia bawa ke sekolah ketika itu usianya masih tujuh tahun. Bahkan di usia yang sama sudah hafal Al Qur’an sejak usia tujuh tahun. Ia hafal kitab al-Muwattho` Imam Malik ketika berusia sepuluh tahun. Bahkan ketika dewasa kelak, ia menjadi Imam Besar yang kemudian melahirkan madzhab Syafi’i.

Dari Imam Syafi’i pemuda bisa belajar mengenai kegigihan dalam menuntut ilmu, serta tidak menyerah dengan setiap kesulitan yang menderanya. Bahkan kesulitan-kesulitan itu dijadikan sumbu yang memantik kesuksesan.

Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H/780-855 M)

Kepopulerannya menjadi salah satu imam besar empat madzab, setelah izin Allah, itu juga tidak lepas dari tangan dingin seorang ibu. Ia tidak terlahir dari orang yang berada, bahkan –sebagaimana Imam Syafi’i– ia tumbuh sebagai anak yatim. Tapi kondisi yang amat berat itu tidak lantas membuatnya menyerah.

Beliau sudah hafal Al Qur’an ketika berusia 10 tahun. Tak hanya itu, ketika berusia 10 tahun, mempunyai kebiasaan bangun sebelum shalat Fajar (Shubuh) untuk segera pergi ke masjid yang jauh dari rumahnya untuk mendengarkan pelajaran dari syaikh masjid agar bisa mendapat tempat duduk.

Kelak ketika dewasa Ahmad akan menjadi Imam besar dan berpengaruh. Ilmunya bukan saja dinikmati sendiri, ilmunya bermanfaat bagi orang yang banyak. Bahkan, yang bisa diteladani dari beliau oleh para pemuda muslim selain kegigihan dalam menuntut ilmu, beliau adalah sosok yang teguh pendirian. Keteguhannya dalam memegang pendiriannya, menyebabkan beliau mengalami penyiksaan dari penguasa, namun itu tidak mampu meruntuhkan keteguhannya.

Imam Bukhari (194-256 H/810-870 M)

Kehidupan Imam Bukhari juga tidak kalah menderita di kala kecil. Ia sejak kecil hidup dalam kondisi yatim. Ia hanya tinggal bersama ibunya. Penderitaan itu ditambah dengan musibah lain yang tak kalah beratnya, matanya buta ketika kecil. Namun, ibunya kemudian terus berdoa akan kesembuhan anaknya, dan akhirnya dikabulkan sehingga bisa melihat kembali.

Kisah Imam Bukhari begitu menarik. Belum sampai usia sepuluh tahun ia sudah hafal Al Qur’an, banyak hafal hadits, menguasai bahasa Arab dan lain sebagainya. Tak sampai di situ, ibunya mengirimnya ke berbagai tempat yang disinyalir sebagai tempat menimba ilmu.
Kelak ketika besar ia menjadi amirul mukminin fi al-hadits (pemimpin ulama hadits).

Bahkan kitabnya yang fenomenal, ‘jâmi`u al-shâhîh’ diakui oleh ulama hadits sebagai kitab tershahih setelah Al Qur’an. Bukhari lahir di daerah yang jauh dari tempat pertama kali Islam lahir, tapi peran dan kontribusinya begitu besar dan luar biasa dalam membela kemurnian sunnah.

Dari Bukhari pemuda Islam bisa belajar mengenai optimisme, antusias menuntut ilmu, dan pantang menyerah. Meski bukan dari Arab, ternyata kita juga berpeluang besar berkontribusi untuk Islam sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Shalahuddin Al-Ayyubi (532-589 H/1138-1193 M)

Sosok ini bukan saja dikenal dalam dunia Islam, di Barat pun kisahnya begitu populer, terkhusus terkait Perang Salib. Shalahuddin Al-Ayyubi, dikenal sebagai pembebas Mesir dari cengkeraman Dinasti Syi’ah Fathimiyah dan Pembebas Al Quds dari dominasi orang Kristen. Masih banyak lagi sebenarnya kehebatan sosok legendaris ini.

Tapi, yang perlu diungkap dalam tulisan singkat ini adalah bahwa kegemilangan yang dicapainya bukanlah keberhasilan instan. Sejak muda, sosok Shalahuddin dikenal pemberani dan cerdas. Sebagai contoh, pada tahun 549 H (1154 M) bersama Asaduddin Syirkuh (Sang Paman) dan Nuruddin Mahmud Zanki mempu menunjukkan kepiawaiannya dengan memenangkan pertempuran merebut Damaskus (Dewi, 2009: 34). Saat itu, usianya baru enam belas tahun. Suatu usia yang masih kategori SMA kalau zaman sekarang, tapi prestasinya begitu cemerlang.

Tak hanya itu, yang menarik dari sosok Shalahuddin adalah selalu bersinergi dengan ulama. Inilah yang menjelaskan bahwa salah satu kunci kemenangan Shalahuddin –setelah izin Allah- adalah berkat tangan dingin ulama yang selalu disertakannya dalam tampuk kekuasaannya.
Dari Shalahuddin pemuda Islam bisa belajar mengenai keberanian, keluhuran budi, gelora perjuangan dan harmoni bersama ulama.

Muhammad Al-Fatih (1432-1481 M)

Muhammad Al-Fatih menjadi Khalifah saat berusia 16 tahun. Pada saat usia 21 tahun, beliau bisa menaklukkan Kontantinopel yang sejak delapan abad berusaha dibebaskan dari cengkeraman Romawi Timur, namun pada masa Al-Fatihlah jantung pertahanan Romawi Timur itu bisa ditaklukkan.

Al-Fatih termasuk pemuda hebat yang berpikir out of the box. Sebagai contoh, saat hendak menyerang Konstatinopel, beliau memiliki ide untuk menjalankan kapal dari daratan. Ide ini, meski melibatkan tenaga fisik yang banyak, tapi pada faktanya terhitung sangat efektif. Terbukti, serangan yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya oleh musuh ini menuai hasil gemilang. Selain itu, Al-Fatih adalah figur pejuang yang dekat dengan ulama dan rajin beribadah.

Dari Al-Fatih, pemuda muslim bisa belajar tentang maksimalisasi potensi masa muda, kepemimpinan, etos ibadah dan ide-ide cemerlang. Itulah di antara lima tokoh prestisius yang perlu diteladani.

Sebagai penutup, penulis akan mengangkat kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Suatu saat, sahabat agung berjuluk Al-Faruq ini menyodorkan pertanyaan kepada para sahabat, “Apa angan-angan kalian?” Di antara mereka ada yang berangan emas sepenuh rumah yang akan diinfakkan di jalan Allah. Sedangkan yang lain berangan-angan seisi rumah berisi mutiara, intan permata yang bisa aku infakkan dan sedekahkan di jalan Allah. Beliau terus bertanya sampai akhirnya mereka pun bingung dan bertanya, “Kami tidak tahu apa yang engkau maksudkan, wahai Amirul Mukminîn’.

Akhirnya beliau menjawab, “Aku mengangan-angankan laki-laki seperti Abû ‘Ubaidah bin al-Jarrâh, Mu’âdz bin Jabal, dan Sâlim pembantu Hudzaifah yang siap dimintai pertolongan untuk menegakkan kalimat Allah.” (Al-Kandahlawi, 1999: II/500)

Benar angan-angan Umar, umat Islam saat ini butuh pemuda-pemuda tangguh dan hebat yang siap berjuang demi Islam. Dalam lembaran sejarah umat Islam, teladan-teladan pemuda hebat begitu melimpah, tinggal kita sendiri mau atau tidak meneladani mereka.

Oleh: Mahmud Budi Setiawan, Lc
Editor: Oki Aryono

*Tim Konten AQL Ustadz Bahtiar Nasir dan alumnus Universitas Al Azhar Mesir