Tinggalkan wanita egois

Merdeka.com - Apakah kamu termasuk pasangan egois? Yakin jawabannya tidak? Dalam setiap hubungan pasti ada momen di mana salah satu pihak bersikap egois. Kalau cuma sesekali tentu masih bisa dimaklumi. Tetapi jika perilaku seperti ini menjadi kebiasaan, kelangsungan hubungan yang sehat bisa bermasalah.

Sebagian besar dari kita tidak sadar kalau sudah menunjukkan sikap egois. Karena itulah ada baiknya untuk berkaca kepada diri sendiri dan bertanya, apakah kita sudah menjadi pasangan yang mampu mengesampingkan hasrat untuk bersikap egois?

Selalu mengharapkan pasangan mau mendengarkan setiap curhatan, tetapi tidak menawarkan hal yang sama sebagai balasan. Ini adalah tanda paling umum dari pasangan yang egois.

BACA JUGA:
Pengamanan polisi saat UN jangan ganggu psikologi siswaWNI datangi HUT Israel lukai psikologi umat Islam

"Salah satu alasan terbaik untuk berada dalam hubungan adalah kita memiliki seseorang yang bisa menjadi tempat untuk menceritakan masalah kita, yang akan berada di pihak kita ketika dunia terasa kejam. Perasaan dipahami dan diterima itulah inti dari sebuah kedekatan. Jika Anda merasa bosan atau bertingkah seolah pasangan Anda merepotkan ketika dia mulai bercerita tentang harinya yang buruk, rasanya seperti membanting pintu emosional di wajah mereka. Bahkan jika pasangan Anda tidak protes, tindakan itu masih menjadi alasan seseorang merasa kesepian dalam suatu hubungan," kata Amy Begel, terapis pernikahan dan keluarga.

3 dari 9 halaman

Memilih Ngambek Alih-Alih Mendiskusikan Masalah Secara Dewasa

Tinggalkan wanita egois
Ilustrasi pasangan. ©2017 Palari Films

"Egois namanya jika Anda tidak berusaha mengkomunikasikan perasaan sakit hati atau amarah yang sedang dirasakan kepada pasangan. Percakapan yang berat sering muncul dalam hubungan romantis. Anda membuat pasangan Anda sangat tertekan ketika Anda menolak untuk berbicara kepada mereka," tutur Marni Feuerman, ahli terapi pernikahan dan keluarga.

4 dari 9 halaman

Bersikeras Pendapatnya yang Paling Benar Setiap Saat

Tinggalkan wanita egois
Ilustrasi pasangan. ©2018 tvN

"Ini adalah bendera merah yang menunjukkan tingkat keegoisan akut. Jika Anda merasa selalu menekankan pembicaraan hanya pada sudut pandang Anda sendiri, Anda telah menggiring hubungan Anda pada kegagalan," kata Gary Brown, terapis pernikahan dan keluarga.

Menurut Brown, selalu ngotot bahwa pendapatnya paling benar mengindikasikan kalau kita menganggap hubungan tersebut ada hanya untuk memenuhi kebutuhan kita. Kebutuhan pasangan merupakan prioritas kesekian atau justru dipandang tak penting sama sekali.

BACA JUGA:
Posko bantuan psikologi keluarga korban Sukhoi ditutupAngie harap psikologi Keanu tak terganggu

"Jika seperti itu ceritanya, Anda benar-benar bukan pasangan sama sekali," kata Brown lagi.

5 dari 9 halaman

Selalu Menuduh Pasangan Egois

Tinggalkan wanita egois
Ilustrasi pasangan. ©2016 tvN

Menurut Steven Stosny, seorang psikolog, hal yang paling sering kita tuduhkan kepada orang lain sebenarnya adalah bagian dari diri sendiri yang paling kita benci.

"Ketika menuduh pasangan egois, seringnya yang kita maksud adalah mereka tidak memenuhi keinginan egois kita," tutur Stosny.

6 dari 9 halaman

Bete Setiap Pasangan Membuat Rencana tanpa Melibatkan Kita

Tinggalkan wanita egois
Ilustrasi pasangan bertengkar. ©iStock

"Memiliki hobi sendiri dan menyeimbangkan me time dengan we time merupakan hal yang sehat. Jika Anda selalu membuat pasangan Anda merasa bersalah karena menjadi individu yang 'terpisah' dari Anda, maka ini adalah sikap yang sangat egois," kata Feuerman.

BACA JUGA:
Tes psikologi FR selesai, penyebab tawuran segera diketahuiHasil tes psikologi Fitra Ramadhani tak punya gangguan kejiwaan
7 dari 9 halaman

Selalu Mengkritik Teman-Teman dan Keluarga Pasangan

Tinggalkan wanita egois
Ilustrasi pasangan bertengkar. ©iStock

"Kadang-kadang saya melihat pasangan di mana satu pihak menolak untuk bergaul dengan teman-teman pasangannya, atau meremehkan mereka, memandang rendah mereka atau sebaliknya bersikap tidak menyenangkan terhadap teman-teman si pasangan. Tindakan ini menciptakan ketidakseimbangan yang mengganggu dalam hubungan, di mana satu orang menjadi wasit penentu siapa yang bisa 'masuk' dan siapa yang harus 'keluar' dalam lingkaran hubungan," tutur Bagel.

Perilaku seperti ini juga menyiratkan superioritas salah satu pihak di dalam hubungan, sementara kedua belah pihak dalam sebuah hubungan seharusnya berada di posisi yang setara.

8 dari 9 halaman

Tidak Memahami Kebutuhan Pasangan

Tinggalkan wanita egois
Ilustrasi pasangan bertengkar. ©istock/Constantinis

"Dalam hubungan yang sehat, kita seharusnya menyadari apa yang bisa menyenangkan pasangan kita dan setidaknya meluangkan waktu untuk mencoba mengakomodasi keinginan mereka. Ini adalah masalah keseimbangan. Kita tidak hidup untuk menyenangkan pasangan saja, tetapi kita juga tidak boleh acuh terhadap kebutuhan, keinginan, serta hasrat pasangan kita," tutur Begel.

9 dari 9 halaman

Mengancam Putus Jika Tidak Dituruti

Tinggalkan wanita egois
Ilustrasi pasangan bertengkar. © tvN

"Bahkan dalam hubungan terindah sekalipun, tidak ada orang yang bisa selalu mendapatkan keinginannya. Jika Anda menghabiskan waktu Anda dengan mengancam untuk meninggalkan pasangan Anda, bagaimana mereka bisa percaya bahwa tindakan Anda itu tidak selalu tentang Anda dan kebutuhan Anda? Seseorang yang benar-benar mencintai pasangannya akan bersikap cukup dewasa dan memiliki kesadaran diri yang cukup untuk mengetahui bahwa mengancam untuk meninggalkan seseorang yang kita cintai hanya karena kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan itu sangat menyakitkan," kata Brown.

BACA JUGA:
Polisi tes psikologi ibu bocah yang jatuh dari apartemenDPR soroti biaya tes psikologi calon TKI
(mdk/tsr)

Baca juga:
8 Cara Mengatasi Perbedaan dalam Hubungan Beda Bangsa
Menurut Terapis, Ini 7 Tanda Pasangan Mulai Kehilangan Minat
5 Alasan Wanita Beri Sinyal Positif Tapi Lalu Cuma PHP
Kata Pakar, Ini 7 Perbedaan Wanita dan Pria dalam Memandang Hubungan
7 Masalah Umum dalam Pernikahan Beda Budaya