Teks Kitab Suci yang berbicara tentang kesetaraan pria dan wanita

Ayat-ayat Alquran menguatkan tentang fakta kesetaraan pria dan wanita.

REUTERS/Athit Perawongmetha

Ayat-ayat Alquran menguatkan tentang fakta kesetaraan pria dan wanita. Ilustrasi wanita dalam Islam.

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Mahamengenal.”  

Disebutkan dalam ayat ini, penciptaan manusia berasal dari seorang laki-laki dan perempuan. Zamakhshari, Razi dan Baydhawi, sebagaimana diungkapkan Muhammad Asad dalam The Message of the Quran, menjelaskan manusia diciptakan Allah dari seorang ayah dan ibu. Artinya, kesamaan asal mula biologis ini mengindikasikan adanya persamaan antara sesama manusia, laki-laki maupun perempuan. 

Refleksi lain ayat di atas ialah manusia secara keseluruhan membentuk sebuah keluarga global. Sehingga, sebetulnya tidak perlu ada semacam superioritas satu golongan atau bangsa terhadap yang lainnya. 

Di sini, semangat moral ayat di atas menegaskan tidak adanya superioritas yang satu dengan yang lainnya. Keduanya makhluk Allah yang saling dimuliakan Pencipta-Nya. Untuk itu Tuhan menyatakan keturunan Adam itu telah dimuliakan (QS al-isra: 70) dengan tingkat intelektualitas juga kecakapan memilih (QS Al-Baqarah: 31-35).

Dari penjelasan di atas kita bisa simpulkan bahwa Alquran menawarkan equalitas laki-laki dan perempuan. Sayangnya, ayat-ayat itu pamornya terkalahkan beberapa ayat Alquran yang juga sering diartikan sebagai landasan inferioritas perempuan. Salah satu ayat yang sering jadi rujukan adalah ayat ke-34 surat an-Nisa:  

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ 

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”  

Perkataan qowwamun sering diartikan sebagai pemimpin. Konsekuensinya ayat ini memposisikan yang memimpin dengan yang dipimpin. Penafsiran ini tidak salah. Tapi masalahnya, kalau ekspresi itu dijadikan landasan ketidaksejajaran laki-laki dengan perempuan, sudah tentu merupakan sebuah upaya untuk menggeneralisasi misi Alquran. 

Dan yang disayangkan, penafsiran itu kemudian diwariskan dari generasi ke generasi dengan formula bahwa laki-laki lebih superior dari perempuan. 

Padahal perkataan qawwam, sebagaimana dijelaskan penafsir kontemporer Asad, berarti seseorang yang bertanggung jawab untuk memelihara barang maupun orang. Kalimat ''qama 'ala mar'ihi'' bermakna ''dia bertanggung jawab mengayomi seorang perempuan.''

Jadi, laki-laki bertanggung jawab mengayomi perempuan yang menjadi bagian dari tanggung jawabnya dan tidak ada hubungannya dengan satu pihak lebih superior dari pihak lainnya. 

Ayat yang juga rujukan bagi superioritas laki-laki adalah surat Ali Imran ayat 36. 

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَىٰ ۖ وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Maka tatkala istri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk".

Di situ dikisahkan ketika istri Imran hamil dia berniat menadharkan anaknya untuk mengabdikan diri pada Allah. Ternyata anak yang lahir perempuan, bukan laki-laki seperti yang diharapkan. Namun yang terpenting dari ayat ini adalah ungkapan ''tiadalah laki-laki sama dengan perempuan.''

Kata-kata terakhir ini telah menjadi mitos tersendiri di kalangan umat Islam bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan tidaklah sama. Padahal kalau dicermati lebih dalam makna penggalan ayat itu memiliki semangat moral yang lebih berarti dari sekadar kata-kata yang termaktub di situ.

Muhammad Asad (cf. 25) misalnya menjelaskan implikasi tersebut bahwa Maryam, meski perempuan, memiliki keutamaan jauh lebih besar dibanding kelahiran laki-laki yang pernah diimpikan sang ibu. Dari interpretasi ayat itu, tak sedikit pun menyinggung bahwa kedudukan perempuan lebih rendah atau lebih tinggi.

Teks Kitab Suci yang berbicara tentang kesetaraan pria dan wanita

sumber : Harian Republika

29 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

C. Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan

Kompetensi Dasar 3.3. Memahami jati diri sebagai perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat 4.3. Menunjukkan jati diri sebagai perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui pendalaman cerita “Adat Mengkondisikan Perempuan di bawah pria” dan sharing tentang perbedaan laki-laki dan perempuan, peserta didik mampu menjelaskan sifat saling melengkapi antara laki-laki dan perempuan. 2. Dengan mendalami teks Kej 2: 18 – 23, peserta didik mampu menjelaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan. 3. Dengan mereleksikan tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan, peserta didik mampu membuat doa syukur atas jati dirinya sebagai laki-laki dan perempuan. Indikator 1. Menginventarisir bentuk-bentuk pelanggaran terhadap martabat perempuan yang sering terjadi dalam masyarakat kita. 2. Menjelaskan ajaran Gereja tentang sifat saling melengkapi dalam relasi antara laki-laki dan perempuan. 3. Menjelaskan ajaran Kitab Suci Alkitab tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan, misalnya dalam Kitab Kejadian 2: 18 – 23 4. Menuliskan releksi tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. 5. Membuat doa syukur sebagai ungkapan syukur atas jati dirinya sebagai laki- laki dan perempuan yang saling melengkapi dan sederajat Bahan Kajian 1. Kedudukan Laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. 2. Perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi biologis dan psikologis. 3. Sifat saling melengkapi dalam relasi antara laki-laki dan perempuan. 4. Ajaran Kitab Suci Alkitab tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan. Sumber Belajar 1. Pengalaman hidup peserta didik 2. Kitab Suci Kej 5: 18 – 23 3. Komkat KWI, Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk SMAK Kelas X. Yogyakarta:Kanisius, 2008. Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 30 Buku Guru Kelas X SMASMK 4. Kristianto. Yoseph, dkk. 2010. Menjadi Murid Yesus, Buku Teks Pendidikan Agama Katolik untuk SMAK Kelas X. Yogyakarta:Kanisius 5. Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, Kanisius, Yogyakarta, 1995. 6. Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Flores, Pendekatan Pendekatan Kateketis dan Pendekatan Saintiik. Metode Pembelajaran 1. Dialog Partisipatif 2. Presentasi 3. Diskusi 4. Penugasan 5. Studi Pustaka 6. Releksi Pemikiran Dasar Pada usia remaja, seseorang mengalami pertumbuhan jasmaniah dan rohaniah yang sangat besar. mereka mengalami adanya dorongan-dorongan dan daya-daya tertentu dalam dirinya, khususnya daya tarik terhadap lawan jenisnya. Daya tarik terhadap lawan jenis ini sering belum disadari secara penuh oleh para remaja sebagai hal yang luhur, indah, wajar, dan manusiawi. Ketidaktahuan dan ketidaksadaran akan adanya dorongan dan daya tarik terhadap lawan jenis ini dapat menyebabkan remaja tidak pandai menempatkan diri dalam pergaulan antar-jenis. Bahkan, pergaulan antar-jenis di kalangan para remaja sering “menyimpang”. Karena itulah, para remaja memerlukan bimbingan agar mereka memiliki pengetahuan dan kesadaran yang memadai tentang hakikat kepriaan dan kewanitaan serta daya tarik terhadap lawan jenisnya. Dengan demikian, para remaja dapat menghargai dirinya sendiri dan lawan jenisnya pria dan wanita sebagai ciptaan Tuhan yang indah, luhur, dan suci. Dalam pembahasan ini peserta didik akan diajak untuk menyadari bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan semartabat dan sederajat. Keduanya diciptakan menurut citra Allah: diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang satu dan sama kej 1, 26 -27. Lebih dari itu, mereka dianugerahi kepercayaan dan kesempatan yang sama untuk mengambil bagian dalam karyaNya yang agung. Mereka dipanggil untuk membangun persekutuan communio dan bekerja sama dalam pengelolaan dunia dan seisinya serta pelestarian generasi umat manusia kej 1, 31. Laki-laki dan perempuan saling melengkapi. Sifat korelatif itu sangat jelas dalam bentuk pria dan wanita. Tetapi juga kelihatan dalam seluruh kemanusiaannya, seperti: perasaan, cara berpikir, dan cara menghadapi kenyataan, termasuk Tuhan. Tuhan mengatakan: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” Kej 2: 18. Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 31 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Laki-laki dan perempuan diciptakan bukan pertama-tama sebagai tuan dan hamba atau atasan dan bawahan, tetapi rekan yang sepadan. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada keduanya sama. Nilai karya dan peran mereka pada karya Allah pada umumnya tidak berbeda: tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Sabda Allah yang berbunyi: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita…”kej 1, 26 dan “…yang dijadikanNya itu sungguh amat baik” kej 1, 31 menunjukkan perbedaan manusia dengan ciptaan lain. Sabda itu menunjukkan keistimewaan mereka sebagai laki-laki dan perempuan di antara semua ciptaan, bukan perbedaan mereka sebagai laki-laki dan perempuan. Dalam Kitab Kejadian juga diceritakan bahwa pria dan wanita merupakan ciptaan Tuhan yang paling indah. Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi teman hidup. Pria saja tidaklah lengkap. Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia” Kej 2: 18. Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” Kej 2: 23. Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang suci dan sepadan. Kegiatan Pembelajaran Doa Pembuka Guru mengajak para peserta didik untuk membuka pelajaran dengan doa sebagai berikut: Allah Bapa Yang Mahabaik, Engkau menciptakan kami sebagai laki-laki dan perempuan Semartabat, secitra dan sederajat Sekalipun kami memiliki kekhasan dan perbedaan, Engkau tetap menghendaki kami bersatu dan saling melengkapi Engkau mencintai kami dan memanggil kami untuk senantiasa saling membantu dan memperkembangkan, sehingga kami semakin menyempurna. Berkatilah kami, ya Tuhan Supaya kami tidak kenal lelah Selalu mengusahakan yang terbaik dan menjunjung menjunjung martabat satu sama lain sesuai dengan kehendakMu. Amin Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 32 Buku Guru Kelas X SMASMK Langkah Pertama: Mendalami Pandangan Masyarakat Tentang Peranan dan Tugas Perempuan a. Guru mengajak peserta didik untuk membaca dan merenungkan artikel berikut ini: Adat Mengkondisikan Perempuan Di Bawah Pria Adat menempatkan perempuan adalah ibu yang memberikan segala- galanya. Sementara pria adalah kepala rumah tangga yang diidentikkan dengan seorang kepala perang, penguasa atas keluarga. Direktris Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak- anak LP3A, Dra Seli Sanggenafa, Jumat 311, mengatakan, adat tidak mengajarkan kekerasan suami terhadap perempuan. Tetapi, kondisi yang dibangun melalui sistem adat tradisional telah memosisikan perempuan di bawah tekanan dan kekerasan suami. Sebagai perempuan yang hidup dalam sistem adat Papua harus pasrah, tabah, dan sabar atas setiap situasi di dalam keluarga, termasuk menerima semua bentuk kekerasan dan kekejaman suami terhadap istri dan anak-anak di dalam keluarga. Sikap seperti ini dinilai adat sebagai sikap perempuan yang beretika, tahu diri, menghormati adat, membawa rezeki, dan melahirkan keturunan yang beruntung. Sikap pasrah dan menerima ini masih mendominasi 90 persen perempuan, termasuk mereka yang sudah berpendidikan tinggi. Walau perempuan itu seorang pejabat, tetapi di rumah ia masih harus rela menerima perlakuan kasar suami dan menghormati suami seperti perempuan tradisional lain. Hampir semua perempuan dalam keluarga memiliki semacam perasaan “wajib” menerima kekerasan dari suami dan keluarga suami. Sikap ini diturunkan dari generasi ke generasi melalui sosialisasi ibu kepada putrinya. Saat kecil ibu sudah mengajarkan bagaimana bersikap sopan terhadap saudara laki-laki dan menjelang dewasa perempuan diberi pengertian mengenai sikap sopan terhadap suami. Tetapi, pria jarang diajarkan sikap sopan terhadap perempuan di rumah. Salah satu penyebab terpenting sikap pasrah istri terhadap suami adalah mas kawin. Makin tinggi nilai mas kawin, beban moril yang ditanggung istri makin tinggi. Istri merasa seakan-akan “dibayar mahal”. Karena itu, seluruh diri, jiwa raganya harus dibaktikan untuk melayani seluruh kebutuhan suami, termasuk anggota keluarga suami. http:groups.yahoo.comneogroupsberitalingkunganconversationstopics4841 b. Guru meminta peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk merumuskan: tanggapan atas artikel tersebut? Menjelaskan pandangan masyarakat tentang kedudukan antara laki-laki dan perempuan entah dalam keluarga, dalam perkawinan, dalam pekerjaan, dan sebagainya. Kalau dalam judul artikel di Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 33 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti atas seolah memosisikan yang satu lebih hebat dari yang lain. Coba diskusikan juga laki-laki mempunyai keunggulan dalam hal apa dan kelemahan dalam hal apa; dan juga perempuan unggul dalam hal apa dan lemah dalam hal apa? c. Setelah selesai, guru memberi kesempatan peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok dalam pleno. d. Dalam pleno, khusus berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan, baik laki-laki atau perempuan, guru mengajak peserta didik memilah : manakah yang sungguh-sungguh mencirikan identitas sebagai laki-laki, dan identitas sebagai perempuan? e. Untuk melengkapi informasi tentang kekhasan laki-laki dan perempuan, kalian bisa mencarinya dari berbagai sumber, atau bertanya. Langkah Kedua: Mendalami Ajaran Kitab Suci tentang Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan a. Guru mengajak peserta didik membaca dan merenungkan Kej 2:18-23 Kitab Kejadian 2: 18 – 23 18 TUHAN Allah berirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” 19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. 20 Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. 21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. 22 Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun- Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. 23 Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” b. Guru mengajak peserta didik menganalisa teks, kemudian merumuskan pesan berdasarkan analisa mereka, dengan bantuan pertanyaan: Siapa yang menghendaki supaya manusia laki-laki tidak seorang diri? Kira-kira mengapa? Siapa yang menjadikan penolong bagi laki-laki? Apakah yang satu lebih tinggi dari yang lain? Lihat ayat 20, apakah ternak, burung sepadan dengan manusia? Lihat pula ayat 23, apakah ini pengakuan sederajat atau menganggap yang satu lebih hebat dari yang lain? Rangkailah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kecil itu menjadi jawaban. Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 34 Buku Guru Kelas X SMASMK Langkah Ketiga: Menghayati Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan. a. Guru menyampaikan beberapa gagasan berikut: • Banyak orang bila berbicara tentang kesederajatan antara perempuan dan laki-laki, sering terbatas pada masalah pembagian tugas atau fungsi. Maka banyak orang begitu yakin, bahwa kepala keluarga itu harus seorang bapak. Sekalipun sang bapak itu pengangguran dan yang berjuang mati- matian mencari nakah sang istri, tetap saja bapak yang kepala keluarga. Ibu bertugas beres-beres rumah, dan sebagainya. • Banyak laki-laki ketika berbicara soal kesederajatan, lebih berfokus pada apa yang seharusnya seorang perempuan perbuat baginya. Dan sebaliknya, perempuan berpikir apa yang seharusnya laki-laki perbuat baginya. Selama manusia berpikir seperti itu, maka kesederajatan sulit diwujudkan. • Sebaliknya kesederajatan akan terwujud bila orang berpikir secara baru. Pikiran baru itu adalah ketika laki-laki mampu berkata: perempuan diciptakan Tuhan sebagai penolong saya, berarti diaperempuan itu adalah bukti cinta Tuhan pada saya. Tuhan menghendaki saya berkembang lewat bantuan dia, maka saya akan menghormati dan melakukan apapun yang terbaik bagi dia. Bila saya menghormati dan mengasihi dia, saya pun mencintai Tuhan. Demikian pula sebaliknya: perempuan berkata: Saya telah diciptakan Tuhan sebagai penolong dia, maka saya akan menghormati dan melakukan apa saja yang terbaik bagi dia, sebab hal itu merupakan wujud saya mengasihi Tuhan. • Pikiran-pikiran semacam itu dapat diwujudkan melalui contoh berikut: Remaja laki-laki tidak akan merasa gengsi bila terbiasa mau membantu keluarga mencuci piring atau masak. • Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati. b. Guru melakukan dialog interaktif dengan pertanyaan: sikap dan keterampilan apa saja yang harus kalian perkembangkan agar menjadi laki-laki atau perempuan sejati? c. Mengungkapkan syukur atas jati dirinya sebagai perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat dalam bentuk doa, atau puisi. Doa Penutup Guru mengajak para peserta didik untuk mendaraskan bersama Mzm 113 berikut ini: Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 35 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Tuhan Meninggikan Orang yang Rendah 1 Haleluya Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN 2 Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. 3 Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. 4 TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. 5 Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, 6 yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? 7 Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, 8 untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama- sama dengan para bangsawan bangsanya. 9 Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 36 Buku Guru Kelas X SMASMK

D. Keluhuran Manusia Sebagai Citra Allah