Teknik apakah yang digunakan dalam pembuatan kerajinan flour clay


10 kerajinan dari bahan buatan dengan kegunaannya - Produk Kerajinan dari Bahan Lunak AlamiTanah LiatTanah liat dihasilkan oleh alam yang berasal dari pelapukan kerak bumi. Tanah liat memiliki karakteristik:

a.Sulit menyerap air sehingga lahan yang ber

upa tanah liat primer tidak cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.b.Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.c.Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.d.Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu diatas 1.000oCcontoh produk Tanah liat : Paper Clay (Bubur Kertas)Merupakan jenis clay yang terbuat dari bubur kertas. Hasil akhirnya akan mengeras setelah diangin-anginkan. Sentuhan akhir adalah dengan cara dicat.contoh produk :Kerajinan Serat Alambahan bahan serat alam dapat menghasilkan kerajinan tangan yang beraneka ragam, misalnya tas , dompet, topi,alas meja.teknik pembuatan kerajinan dari serat alam ini sebagaian besar dibuat dengan cara menganyam.contoh produk :


Sabun Batangan
Sabun adalah surfaktan yang dipakai dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Surfaktan artinya molekul yang memiliki gugus polar yang suka-air (hidrofilik) dan gugus non-polar yang suka-minyak (lipofilik) sekaligus, sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air. Umumnya sabun berupa padatan tercetak yang disebut batang, sehingga disebut sebagai sabun batangan. Meskipun saat ini terdapat jenis sabun cair, namun yang dipakai dalam kerajinan tangan adalah sabun batangan.

contoh produk :ParafinParafin merupakan salah satu bentuk dari hasil olahan minyak bumi. Parafin menjadi bahan dasar dalam pembuatan produk karya kerajinan lilin hias. Bahan ini berbentuk lempengan, namun ada juga berupa pellet atau butiran. Parafin memiliki sifat-sifat sebagai berikut:a.Titik-leburnya 56oC hingga 60oCb.Tidak berwarna

c.Tidak beracun

d.Dalam keadaan cair menyerupai air

Parafin mengalami penyusutan yang rendah, sehi

ngga kurang baik untuk pembuatan lilin cetak. Oleh karena itu diperlukan bahan tambahan (additive) yaitu Sterin.contoh produk :ClaySebenarnya istilah "clay" berarti tanah liat, akan tetapi dalam dunia kerajinan istilah tersebut bisa diartikan sebagai tanah liat buatan. Terdapat clay yang terbuat dari adonan tepung, parafin, bubur kertas dan polymer.Terdapat beberapa macam clay, yaitu:Flour ClayJenis clay ini terbuat dari adonan tepung, lem, aroma dsb. Bisa berupa tepung tapioka, tepung terigu, tepung roti atau jenis tepung lainnya.


Jumpling clay adalah jenis clay yang terbuat dari bahan non-toxic, sangat lembut dan ringan, yang mudah dibentuk karena bersifat fleksibel dan akan mengeras dalam 24 jam pada suhu ruangan.
Teknik apakah yang digunakan dalam pembuatan kerajinan flour clay
Sebutkan 10 teknik pembuatan produk kerajinan dari bahan lunak?

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang 10 kerajinan dari bahan buatan dengan kegunaannya

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang  Proposal bisnis Aksesoris yang terbuat dari Kain Flannel ( kain Felt )

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : http://brainly.co.id/tugas/970124

Jakarta -

Merangkum dari Modul Prakarya Ragam Kerajinan Bahan Lunak Nusantara yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, flour clay adalah sejenis bahan tepung yang dibuat menjadi adonan. Adonan tepung semacam ini dapat disebut juga dengan playdough.

Flour clay termasuk bahan dasar kerajinan dari bahan lunak alami. Bahan lunak alami adalah bahan lunak untuk karya kerajinan yang diperoleh dari alam sekitar dan cara pengolahannya dilakukan juga secara alami tidak dicampur maupun dikombinasi dengan bahan buatan.

Selain itu, flour clay dapat dilakukan sebagai kegiatan pengisi waktu luang di rumah, karena bahan yang digunakan pun berasal dari rumah, yaitu bahan yang biasa dipakai untuk mengolah pangan sehari-hari. Disamping itu, flour clay juga dapat dibuat bermacam-macam menjadi souvenir dan penghias rumah dengan cara dibentuk yang lucu-lucu dan kreatif sehingga akhirnya dapat menjadi sumber ekonomi juga.

Melihat berbagai kerajinan tangan di Nusantara juga banyak yang menggunakan bahan dasar lunak, karena sifat dari bahan lunak pada umumnya lentur dan dinamis saat proses pembuatan. Namun ada beberapa bahan lunak yang kering bahan dasarnya, kemudian berubah menjadi keras.

Berikut penjelasan tentang karakteristik hingga cara membuat flour clay

A. Karakteristik flour clay

Flour clay berasal dari adonan tepung yang dilumat hingga kalis dan mudah dibentuk. Flour clay juga dicampur dengan air. Akan tetapi, kerajinan dari flour clay tidak tahan air, karena jika terkena air akan mudah rusak.

B. Bahan membuat flour clay

Bahan yang digunakan untuk pembuatan kerajinan flour clay yaitu:

- Tepung terigu- Tepung sagu- Tepung tapioka- Lem putih- Pengawet makanan- Pewarna makanan/cat poster/akrilik

- Semprot clear.

C. Alat membuat flour clay

Alat pembuatan kerajinan flour clay merupakan alat sederhana yang ada di rumah, seperti:

- Baskom atau mangkuk- Sendok dan spatula- Gelas ukur- Plastik- Triplek

- Waslap.

D. Cara membuat flour clay

Dalam pembuatan flour clay, takaran tepung dengan bahan lainnya pastikan seimbang agar hasilnya bagus.

1. Siapkan bahan dan alat yang dibutuhkan.

2. Campurkan tepung dengan lem putih dan pengawet makanan di baskom besar. Perbandingannya 1:1:1.

3. Setelah itu, aduk menggunakan tangan hingga menjadi adonan. Kemudian, adonan diaduk hingga kalis.

4. Bentuk adonan sesuai yang diinginkan, misalnya bentuk hewan, bunga, bintang, atau lainnya.

5. Setelah dibentuk, berikan warna pada adonan flour clay. Kemudian, oleskan warna pada adonan clay secara perlahan, hingga warna merata.

6. Keringkan hingga flour clay mengeras.

Nah, itulah pengertian flour clay, bahan dan alat pembuatnya lengkap dengan cara membuat flour clay. Semoga membantu, ya detikers.

Simak Video "Ketika Karya Seni Berpadu dengan Kecanggihan Teknologi"



(row/row)

Gambar 15: Adonan clay tepung siap pakai Sumber: dokumentasi peneliti Berdasarkan uraian proses pembuatan clay tepung cukup mudah. Bahan dan alat yang mudah dicari serta proses pembuatan yang sederhana, cukup dengan mencampurkan bahan yang terdiri dari tiga jenis tepung yaitu tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras dan lem PVAC dengan perbandingan 1:1:1:2,5 kemudian diuleni sampai kalis dan diberi pewarna. Proses pewarnaan dengan menggunakan batang lidi untuk mencampurkan warna dengan adonan kemudian dipijit sampai warna merata.

4.2.2 Teknik Membentuk dengan Media Clay Tepung dalam Pembelajaran

Keterampilan Kerajinan Tangan Selain bahan dan alat dalam membentuk tidak lepas dari teknik. Teknik ini ditentukan oleh jenis dan karakter bahan yang digunakan. Pemilihan teknik akan mempengaruhi hasil karya membentuk. Teknik yang digunakan untuk membuat karya tersebut adalah teknik pijit dan teknik pilin. Teknik pijit digunakan untuk membentuk dengan memijit bahan dengan jari-jari tangan sampai bentuk yang diinginkan. Teknik ini melatih kerja otot tangan dalam memijit-mijit bahan clay tepung. Sedangkan teknik pilin adalah teknik memilin bahan menghasilkan bentuk pilin atau silinder, dengan cara digulung-gulungkan sehingga menghasilkan bentuk lonjong atau tali. Teknik pilin dapat digunakan untuk membentuk bulatan dengan mengembangkan bentuk silinder dengan gerakan memutar antara kedua telapak tangan dengan tekanan kesegala arah sampai membentuk bulatan. Teknik pijit dan teknik pilin dapat menghasilkan bentuk geometris. Bentuk geometris tersebut adalah bentuk-bentuk dasar yaitu bulat, bulat pipih, lonjong, lonjong pipih, dan bentuk tali. Teknik pijit dan teknik pilin digunakan untuk terapi melatih gerak tangan. Penelitian ini mengacu pada SK kemampuan menghasilkan produk keterampilan dan KD keterampilan produksi barangjasa,dengan mengembangkan indicator sebagai berikut. 1 mampu membuat adonan clay tepung diuleni dengan tangan. 2 mampu mencampur warna adonan clay tepung sampai warna merata. 3 mampu membentuk bentuk dasar geometris dasar clay tepung. 4 mampu berkreasi membuat karya kerajinan tangandengan teknik membentuk. Tujuan dari pembelajaran keterampilan kerajinan tangan dengan teknik membentuk yaitu anak dapat berkreasi menghasilkan keterampilan kerajinan tangan dengan teknik membentuk dengan media clay tepung. Materi pada pembelajaran ini yaitu pengenalan bahan dan alat, proses pembuatan dan teknik membentuk. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan penugasan. Media pembelajaran yang digunakan adalah alat peraga berupa buah asli, contoh-contoh gambar ekspresi wajah, contoh hasil karya clay tepung, dan laptop video pembuatan clay tepung. Selain media pembelajaran media berkaryanya yaitu tepung beras, tepung terigu, tepung tapioka, lem PVAC, dan pewarna makanan. Proses pembelajaran keterampilan kerajinan tangan dengan teknik membentuk menggunakan media clay tepung dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit setiap pertemuan. Pertemuan pertama pengenalan bahan dan alat, serta proses pembuatan adonan clay tepung, pertemuan kedua membentuk dengan tema buah, dan pertemuan ketiga membentuk dengan tema ekspresi wajah yang dijadikan sebagai gantungan hand phone. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 4.2.2.1 Pertemuan Pertama Tahap pertama pelaksanaan pembelajaran adalah pembuka. Pembukaan dimulai dengan mengucapkan salam dan perkenalan antara peneliti dengan anak tunagrahita. Peneliti mengkondisikan anak agar bersikap tenang sebelum masuk ke dalam penyampaian materi. Pada pertemuan pertama, waktu yang digunakan dalam kegiatan pembuka adalah sekitar 10 menit. Tahap pelaksanaan pembelajaran yang kedua adalah kegiatan inti yang dilakukan selama 70 menit. Waktu 70 menit digunakan peneliti untuk menyampaikan materi tentang membentuk dengan media clay tepung dan proses pembuatannya. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai clay tepung, bahan dan alat, cara pembuatan, dan teknik yang diperlukan dalam membuat clay tepung. Peneliti memberikan beberapa contoh hasil karya clay tepung sebagai referensi atau contoh kepada anak tunagrahita. Selain materi disampaikan secara lisan, peneliti juga menggunakan media video proses pembuatan dan contoh hasil karya clay tepung, media video diberikan untuk memotivasi anak. Gambar 16: Peneliti menjelaskan materi Sumber: dokumentasi peneliti Setelah peneliti menyampaikan materi keterampilan kerajinan tangan dengan teknik membentuk dengan clay tepung, peneliti memberikan pertanyaan mengenai bahan dan alat apa saja yang digunakan. Anak diberikan pertanyaan untuk menunjukkan nama-nama tepung dan bahan lainnya yang harus digunakan. Selain itu peneliti juga memberikan kesempatan kepada anak untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami. Kegiatan selanjutnya, peneliti mendemostrasikan cara pembuatan clay tepung mulai dari pengolahan bahan, pewarnaan pada adonan clay tepung serta cara berkarya atau bentuk dasar geometris clay tepung. Peneliti memberikan contoh karya membentuk dari clay tepung yang sudah jadi, sebagai referensi untuk menarik minat anak tunagrahita. Beberapa contoh karya tersebut dipinjamkan kepada semua anak untuk dipegang dan diamati. Dengan demikan, siswa akan lebih memahami secara nyata tentang bagaimana proses pembuatan clay tepung. Peneliti mendemostrasikan proses pembutan clay tepung dari awal sampai dengan membentuk bentuk dasar geometris. Gambar 17: Peneliti mendemonstrasikan cara pembuatan clay tepung Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 18: Mencampur tepung dan lem PVAC Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 19: Siswa memperhatikan cara membuat adonan Sumber: dokumentasi peneliti Setelah peneliti mendemonstrasikan proses pembuatan clay tepung, tahap berikutnya adalah pemberian tugas kepada anak tunagrahita untuk membuat adonan clay tepung, pewarnaan clay tepung dan bentuk dasar geometris dalam membentuk dengan clay tepung. Tugas yang diberikan adalah agar anak mengerti dan dapat mengenali bahan dan alat yang digunakan, anak dapat menyebutkan bahan dan alat yang digunakan, mengetahui perbadingan bahan yang digunakan, mengetahui proses pembuatan atau cara pembuatan clay tepung, serta teknik dalam membentuk dengan clay tepung. Setelah proses pembuatan adonan selesai kemudian anak berlatih untuk membuat bentuk dasar geometris clay tepung, yaitu bentuk bulat, bulat pipih, lonjong, lonjong pipih, tali dan oval. Bentuk dasar tersebut diberikan agar pada saat anak berkarya hasilnya lebih bagus karena sudah paham teknik dan bentuk dasarnya. Penugasan pada pertemuan pertama untuk pengenalan bahan, alat, proses, dan teknik juga sebagai terapi, yaitu terapi gerak agar tangan dan jari-jari dapat dilatih bergerak dengan mencampur dan menguleni adonan. Selain sebagai terapi gerak juga untuk melatih kesabaran, kosentarasi dan peracaya diri pada saat membuat adonan. Gambar 20: Siswa membuat adonan Sumber: dokumentasi peneliti Pada proses pembuatan adonan, anak membuat adonan secara individu. Anak-anak sangat antusias, meskipun terdapat beberapa kendala namun proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Kendalanya, anak tunagrahita kesulitan dalam membuat adonan clay tepung selain itu meja dan tangan anak tunagrahita menjadi kotor. Pada saat membuat adonan ada beberapa anak yang kesulitan, bahkan ada yang sama sekali tidak dapat mencampur bahan menjadi adonan clay tepung, anak tersebut bernama Arif. Arif memiliki kelemahan dalam gerak tangan dan mata, tangan Arif sedikit kakusehingga tidak bisa membuat adonan. Namun berbeda dengan Yuli yang juga mempunyai kelemahan pada tangannya masih dapat membentuk adonan dengan baik. Sedangkan anak tunagrahita yang lain dapat membuat adonan dengan cukup baik. Gambar 21:Siswa mencampur bahan Sumber: dokumentasi peneliti Setelah adonan jadi langkah selanjutnya adalah membuat bentuk dasar clay tepung. Bentuk dasar geometris diberikan agar pada saat berkarya anak sudah mengetahui bentuk dasar geometris dan tekniknya. Teknik dalam membentuk dengan clay tepung pada penelitian ini terdiri dari teknik pilin dan pijit. Secara keseluruhan anak dapat membuat bentuk dasar clay. Anak tunagrahita yang mempunyai keluhan gerak tangan seperti Arif dan Yuli dapat membentuk dengan cukup baik. Gambar 22: Siswa membuat bentuk dasar geometris Sumber: dokumentasi peneliti Tahap pelaksanaan pembelajaran yang ketiga atau terakhir yaitu kegiatan penutup yang dilakukan sekitar 10 menit. Pada kegiatan penutup ini, hal yang dilakukan peneliti adalahevaluasi dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi, menyimpulkan materi pelajaran dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. 4.2.2.2 Pertemuan Kedua Pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama melalui tiga tahapan, yaitu tahap pembuka, tahap inti, dan tahap penutup. Kegiatan pembuka dilakukan dengan alokasi waktu lima menit. Peneliti membuka dengan salam dan mengkondisikan anak untuk mempersiapkan diri, serta mengulang sedikit dari pertemuan pertama mengenai bahan dan alat juga proses pembuatan clay tepung. Pada pertemuan kedua ini peneliti mempersiapkan bahan clay tepung yang sudah siap dipakai, jadi anak dapat langsung menggunakan clay tepung untuk membentuk, karena pada pertemuan pertama sudah diajarkan proses pembuatan adonan clay tepung. Setelah semua anak mempersiapkan diri kemudian dilanjutkan tahap kegiatan inti selama 70 menit. Kegiatan inti berkarya dengan tema buah, bentuk buah yang dipilih dengan bentuk dasar bulat. Pemilihan tema buah karena anak sudah terbiasa mengenal buah. Setiap harinya anak tunagrahita memperoleh makan dan buah. Jadi pemilihan tema buah adalah sesuatu yang sering dilihat dan dimakan anak. Sedangkan pemilihan bentuk dasar buah bentuk bulat, yaitu untuk melatih kerja otot-otot jari dan tangan. Bentuk dasar bulat melatih anak untuk membuat bulatan yang baik halus dan bulat dengan memutarkan clay tepung diantara kedua telapak tangan sehingga menjadi bentuk bulat. Buah yang sering dijumpai anak dengan bentuk bulat adalah apel, jeruk, dan tomat. Gambar 23: Buah dan adonan clay tepung Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 24: Penugasan pada siswa Sumber: dokumentasi peneliti Pertemuan kedua ini menggunakan alat peraga dengan buah asli. Buah asli digunakan sebagai alat peraga karena anak tunagrahita mempunyai kelemahan dalam kemampuan berpikir abstrak sehingga alat peraga digunakan untuk menarik perhatian anak. Selain itu, buah asli digunakan untuk alat evaluasi mengukur kreasi anak dalam membentuk, dan untuk mengetahui pemahaman anak tentang buah. Peneliti menjelaskan tema yang dipilih kemudian memberikan penugasan kepada anak. Anak tunagrahita memilih salah satu buah yang akan dibentuk kemudian dikembangkan sesuai dengan kreasi masing-masing. Pada proses pembelajaran peneliti berkeliling untuk melihat proses membentuk serta memberikan arahan kepada anak tunagrahita yang kesulitanpada saat berkarya. Setelah hasil karya sudah jadi, peneliti memberikan pertanyaandari satu persatu mengenai buah apa yang dibentuk, dengan membandingkan antara buah yang dibentuk dengan buah asli yang dipilih. Karya yang sudah jadi kemudian dikumpulkan menjadi satudan diangin-anginkan agar kering. Berdasarkan pengamatan pada pertemuan kedua berjalan dengan lancar. Anak antusias dalam berkarya, hal tersebut dapat dilihat dari keseriusan anak dalam proses membentuk, sikap ingin tahu dan ingin mencoba yang baru, walaupun terdapat kendala, yaitu beberapa anak masih terdapat kesulitan dalam berekspresi dan cenderung lama dalam mengungkapkan gagasan. Gambar 25: Siswa sedang membentuk Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 26: Proses penempelan dengan lem PVAC Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 27: Hasil finishing karya Sumber: dokumentasi peneliti Pada pembuatan karya dengan media clay tepung tidak lepas dari bimbingan peneliti dengan dibantu oleh pembimbing. Peneliti memberikan bimbingan kepada anak yang mengalami kesulitan dengan memberikan saran- saran yang dapat membantu. Selanjutnya, tahap pelaksanaan pembelajaran yang ketiga atau terakhir yaitu kegiatan penutup yang dilakukan sekitar 15 menit. Kegiatan penutup meliputi aktivitas peneliti menilai hasil karya anak dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. Dengan demikian, dapat ditarik simpulan bahwa langkah-langkah pembelajaran membentuk dengan media clay tepung bagi anak tunagrahita BBRSBG Kartini Temanggung melalui beberapa tahap yang terlaksana secara runtut dan menyenangkan bagi siswa, walaupun terdapat kendala anak dalam berekspresi. 4.2.2.3 Pertemuan Ketiga Pada pertemuan ketiga sama halnya dengan pertemuan pertama dan pertemuan kedua melalui tiga tahap, yaitu tahap pembukaan, tahap inti, dan tahap penutup. Tahap pembukaan dilakukan selama lima menit, dengan mengucapkan salam dan mengkondisikan anak. Sama halnya dengan pertemuan kedua, pada pertemuan ketiga ini clay tepung disediakan oleh peneliti. Anak hanya mempersiapkan tempat duduk dan meja untuk membentuk dengan clay tepung. Tahap berikutnya adalah tahap inti, tahap ini peneliti menjelaskan tema yang akan dipilih yang dilakukan dengan alokasi waktu 70 menit. Tema yang dipilih pada pertemuan ini adalah ekspresi wajah. Hasil karya dari membentuk dikembangkan menjadi gantungan hand phone. Tema ini dipilih untuk mengekspresikan dan menuangkan imajinasi anak melalui suasana hati dengan diekspresikan pada bentuk ekspresi wajah. Bentuk dasar dalam pembuatan gantungan hand phone dengan tema ekspresi wajah berbentuk bulat pipih. Bentuk bulat pipih dipilih untuk melatih gerak tangan. Bentuk bulat pipih terbentuk dari bulatan, kemudian dilanjutkan dengan diberi tekanan pada bulatan kemudian dipijat sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Peneliti memberikan contoh dengan alat peraga berupa beberapa gambar ekspresi wajah, dan mendemostrasikan proses pembuatan. Alat peraga berupa gambar diberikan kepada anak untuk menarik perhatian, sebagai motivasi anak dalam berkarya, dan sebagai alat evaluasi hasil karya anak. Setelah anak tunagrahita paham, kemudian peneliti memberikan penugasan membentuk gantungan hand phone dengan tema ekspresi wajah. Ekspresi yang dipilih adalah ekspresi yang sesuai dengan suasana hati setiap anak. Pada pertemuan ketiga ini anak lebih antusias, anak lebih senang dalam membentuk. Menurut anak hasil dari wawancara pada tanggal 2 Juli 2012 pembelajan pada pertemuan ketiga ini lebih menyenangkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Puji Astuti, salah satu anak tunagrahita BBRSBG Kartini Temanggung sebagai berikut: “Saya lebih suka membentuk dengan tema ekspresi wajah, karena lebih dapat dibentuk dengan bentuk-bentuk yang lucu dan unik, pada saat membentuk dengan te ma buah bingung untuk mengembangkannya” Dari pernyataan Puji Astuti tersebut, pada pertemuan ketiga anak lebih antusias. Proses dalam membentuk dengan tema ekspresi wajah. Tahap pertama dengan membuat bentuk dasar bulat pipih, kemudian bulatan kecil sebagai mata, membentuk mulut dengan teknik pilin, dan membentuk rambut dengan teknik pilin maupun pijit. Setelah bentuk dasar dibuat kemudian tahap penempelan, penempelan menggunakan lem PVAC dan pada saat penempelan butuh kecermatan agar antar bagian dapat tersusun dengan baik. Langkah terakhir kemudian diberi kait gantungan hand phone dan diangin-anginkan supaya kering. Gambar 28: Gambar ekspresi wajah Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 29: Siswa membuat bentuk dasar geometris Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 30: Bentuk dasar geometris Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 31: Proses penempelan dengan lem PVA Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 32: Tali dan pengait gantungan hand phne Sumber: dokumentasi peneliti Gambar 33: Hasil finishing karya Sumber: dokumentasi peneliti Kegiatan paling akhir dalam pembelajaran adalah evaluasi. Dalam mengevaluasi penelitian ini menggunakan kriteria penilaian berdasarkan tiga komponen dasar dalam menganalisis karya seni yang dikemukakan oleh Ocvrik dalam Rohidi yaitu subjek, nascontent, dan bentukform. Selain itu pedoman penilaian ini didasarkan pada ciri-ciri kreativitas yang dikemukakan oleh Guilford dan disesuaikan dengan kondisi kemampuan anak di tempat penelitian. Guilford dalam Munandar menyebutkan bahwa ciri-ciri kreativitas berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan atau keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir. Penilaian yang akan digunakan dalam mengukur kemampuan keterampilan kerajinan tangan teknik membentuk dengan media clay tepung dijabarkan dalam tabel 5 pedoman indikator aspek penilaian sebagai berikut: Tabel 5. Pedoman indikator aspek penilaian No. Aspek Penilaian Indikator Skor 1-5 1 2 3 4 1. Subjek kelancaran,kelenturan, orisinalitas berpikir  Gagasan atau orisinalitas dalam berpikir 2. Nas content  Pernyataan ekpresi atau gejolak yang terbaca 3. Bentuk form  Unsur-unsur garis  Tekstur  Warna  Raut  Hubungan antar prinsip keselarasan dan keseragaman Jumlah Total skor Diadaptasi dari Ocvrik dalam Rohidi, 2011 dan modifikasi dari Syafii 2010: 32 Pada pedoman indikator aspek penilaian terdapat 7 indikator, dimana setiap indikator mempunyai skor sebanyak 1-5. Dari keseluruhan indikator kemudian dijumlah, dengan skor maksimal sebanyak 35 skor. Jumlah skor yang dihasilkan masuk dalam kategori yaitu skor 28-35 sangat baik, skor 21-27 baik, skor 14-20 cukup baik, 07-13 kurang baik, dan skor 00-06 sangat kurang. Adapun kriteria penilaian untuk masing-masing aspek penilaian untuk mengukur kemampuan keterampilan kerajinan tangan teknik membentuk dengan media clay tepung dijabarkan dalam tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6. Kriteria penilaian kerajinan tangan dengan teknik membentuk No. Aspek Kategori Keterangan 1 2 3 4 1. Subjek gagasan Sangat baik Gagasan Sangat baik sesuai dengan tema yang ditentukan, gagasan yang dibuat sesuai dengan alat peraga yang dipilih. Ide atau gagasan asli dihasilkan oleh diri sendiri, dan belum pernah ada sebelumnya. Baik Baik dalammenyesuaikan dengan tema yang ditentukan, gagasan yang dibuat sesuai dengan alat peraga yang dipilih. Ide atau gagasan pernah ada sebelumnya namun dikembangkan dengan baik. Cukup baik Cukup dalam menyesuaikan dengan tema yang ditentukan, gagasan yang dibuat cukup sesuai dengan alat peraga yang dipilih. Ide atau gagasan pernah ada sebelumnya dan cukup dalam mengembangkannya Kurang baik Kurang baik dalammenyesuaikan dengan tema yang ditentukan, gagasan yang dibuat kurang sesuai dengan alat peraga yang dipilih. Ide atau gagasan ada sebelumnya namun tidak dikembangkan. Sangat Kurang Sangat kurang dalam menyesuaikan dengan tema yang ditentukan, gagasan yang dibuat tidak sesuai dengan alat peraga yang dipilih. Ide atau gagasan pernah ada sebelumnya. 2. Nas content ekspresi Sangat baik Sangat baik dalam mengekspresikan atau mengungkapkan baik dalam tema buah atau ekspresi wajah, hasil sesuai dengan ungkapan hati Baik Baik dalam mengekspresikan atau mengungkapkan baik dalam tema buah atau ekspresi wajah, hasil sesuai dengan ungkapan hati Cukup baik Cukup baik dalam mengekspresikan atau mengungkapkan baik dalam tema buah atau ekspresi wajah, hasil cukup sesuai dengan ungkapan hati Kurang baik Kurang baik dalam mengekspresikan atau mengungkapkan baik dalam tema buah atau ekspresi wajah, hasil kurang sesuai dengan ungkapan hati Sangat kurang Kurang baik dalam mengekspresikan atau mengungkapkan baik dalam tema buah atau ekspresi wajah, hasil tidak sesuai dengan ungkapan hati 3. Bentuk Sangat baik Sangat baik dalam menampilkan unsur- unsur garis ketegasan bentuk, tekstur yang dibuat unik berbeda dengan yang lain, pemilihan warna dikembangkan berbeda dari alat peraga secara sadar, tampilan raut yang memberikan kesan permukaan datar, melengkung atau bergelombang, hubungan antar prinsip keselarasan dan keseragamanperpaduan antara bagian warna dan bentuk sangat baik Baik Baik dalam menampilkan unsur-unsur garis ketegasan bentuk, tekstur yang sesuai dengan alat peraga, pemilihan warna dikembangkan berbeda dari alat peraga secara sadar, tampilan raut yang memberikan kesan permukaan datar, melengkung, atau bergelombang, hubungan antar prinsip keselarasan dan keseragamanperpaduan antara bagian warna dan bentuk baik Cukup baik Cukup baik dalam menampilkan unsur- unsur garis ketegasan bentuk, tekstur yang dibuat sesuai dengan alat peraga, pemilihan warna sesuai dengan alat peraga, tampilan raut cukup, hubungan antar prinsip keselarasan dan keseragamanperpaduan antara bagian warna dan bentuk cukup baik Kurang baik Kurang baik dalam menampilkan unsur- unsur garis ketegasan bentuk, teksturkurang, pemilihan warna kurang sesuai dengan alat peraga, tampilan raut kurang, hubungan antar prinsip keselarasan dan keseragaman antara bagian baik warna dan bentuk kurang baik Sangat kurang Sangat kurang dalam menampilkan unsur- unsur garis ketegasan bentuk, teksturkurang halus, kurang memahami warna, tampilan raut sangat kurang dan kurang memahami bentuk yang dibuat,hubungan antar prinsip keselarasan dan keseragaman antara bagian sangat kurang Kategori pada aspek penilaian terdiri dari sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang. Sangat baik mendapat skor 5, baik mendapat skor 4, cukup baik mendapat skor 3, kurang baik mendapat skor 2, dan sangat kurang hanya mendapat skor 1. Keterangan mengenai kategori dapat dilihat pada tabel di atas.

4.2.3 Profil dan Analisis Hasil Karya Anak Tunagrahita Pembelajaran