Sikap dibawah ini yang bukan merupakan sikap yang dapat diteladani dari kisah ashabul kahfi adalah

Goa Tempat Bersembunyi Ashabul Kahfi Foto: dok Islamic Landmarks

Ashabul kahfi merupakan satu dari sekian banyaknya kisahyang tertuang dalam Alquran. Kisah Ashabul Kahfi yang berarti penghuni goa ini bercerita tentang pemuda-pemuda yang terjebak dalam goa untuk menyelamatkan diri dari kekejaman pemerintahan seorang raja. Para pemuda tersebut bersembunyi di dalam goa selama 309 tahun.

Ashabul Kahfi dan Hikmah di Baliknya

Cerita tentang Ashabul Kahfi yang tercantum pada surat Al Kahfi ini menjadi salah satu cerita dalam Alquran yang harus kita pahami sehingga dapat mengambil hikmah dan menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab kekejaman Raja Dikyanus yang saat itu berkuasa, membuat pemuda-pemuda yang dijuluki Ashabul Kahfi ini mau tak mau bersembunyi dalam sebuah goa.

Kekejaman Raja Dikyanus ini berupa ancaman hukuman mati bagi siapa saja yang menentangnya dan tidak mau menganut apa yang dipahaminya. Mendengar kekejaman Raja Dikyanus tersebut, pemuda-pemuda yang iman kepada Allah harus bersembunyi untuk menghindari kemurkaan Raja Dikyanus yang menentang habis-habisan hal tersebut.

Goa Foto: dok Umma

Seperti pada surat Al Kahfi ayat 10, para pemuda yang berusaha untuk melindungi diri dari kekejaman Dikyanus tersebut berdoa kepada Allah di dalam goa tempat mereka berlindung. Doa tersebut berbunyi "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”

Setelah itu Allah berkehendak untuk menidurkan ashabul kahfi tersebut selama 309 tahun lamanya bersama anjing yang selalu mengikuti mereka bernama Qitmir. Kemudian setelah selama 309 tahun tersebut, para Ashabul Kahfi akhirnya dibangunkan dengan keadaan sehat tanpa kurang satu hal apapun. Namun satu di antara mereka tidak ada yang sadar bahwa mereka telah tidur selama 309 tahun lamanya.

Keberanian dan ketawakalan para Ashabul Kahfi ini patut diteladani oleh kita. Kegigihan hati dan tingginya keimanan yang mereka miliki untuk tetap memilih iman kepada Allah meski dengan ancaman yang kejam sekalipun tak melunturkan keimanan mereka terhadap Allah.

Dalam cerita Ashabul Kahfi ini juga mengajarkan bahwa kita harus selalu yakin atas pertolongan Allah yang akan datang di waktu yang tepat dan cara yang tepat, bahkan dalam waktu dan cara yang paling kita anggap mustahil sekalipun. Bagi Allah tidak ada hal yang mustahil karena Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu di muka bumi ini. (DA)

tirto.id - Pada 1963, Arkeolog Yordania Rafiq Wafa Ad-Dajani menemukan sebuah gua yang berlokasi sekitar delapan kilometer dari Amman.

Gua tersebut diyakini berciri-ciri sama dengan gua yang diterakan Al-quran dalam surah Al-Kahfi ayat 17:

“Engkau melihat matahari ketika terbit dan condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedangkan mereka berada dalam tempat yang luas di dalam gua itu," (QS. Al-Kahfi [18]: 17).

Dalam gua tersebut, terdapat tujuh atau delapan kuburan. Di dindingnya, ada tulisan Yunani Kuno buram dan tak bisa terbaca lagi, serta gambar seekor anjing.

Di atas gua itu, terpancang tempat ibadah ala Bizantium, serta sisa-sisa mata uang. Usai diteliti, mata uang itu menunjukkan alat tukar yang digunakan pemerintahan Justinius 1 (418-427 M).

Sikap dibawah ini yang bukan merupakan sikap yang dapat diteladani dari kisah ashabul kahfi adalah

Gua yang ditemukan Rafiq Wafa Ad-Dajani itu merupakan sisa-sisa dari peninggalan sejarah dari kisah Ashabul Kahfi.

Cerita Ashabul Kahfi

Kisah ini diabadikan dalam Al-quran, bahkan dijadikan salah satu nama surah: Al-Kahfi, yang berisi cerita dan pelajaran penting mengenai teguhnya keimanan kepada Allah SWT.

Dalam uraian "Kisah Teladan Ashabul Kahfi" yang diterbitkan Kementerian Agama RI, dijelaskan bahwa Ashabul Kahfi adalah para pemuda beriman yang hidup di pemerintahan raja zalim, Raja Diqyanus di Aphesus, Romawi.

Pada masa itu, keyakinan yang dianut raja dan rakyat di bawah pemerintahannya adalah ajaran pagan penyembahan berhala.

Suatu ketika, sang raja mendengar bahwa ada tujuh pemuda yang tidak mengikuti ajarannya.

Mengetahui hal tersebut, ia marah dan memanggil sekelompok pemuda tersebut. Ketika dihadapkan kepada Raja Diqyanus, mereka diminta untuk menanggalkan keimanan kepada Allah SWT dan mengganti keyakinan mereka untuk turut menyembah berhala.

Akan tetapi, semuanya menolak dengan lantang dan kabur meninggalkan kota Aphesus. Mereka memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Tujuh pemuda ini lari hingga mencapai sebuah bukit dan menemukan sebuah gua yang mereka jadikan tempat persembunyian mereka.

Selama masa pelarian mereka juga, terdapat seekor anjing bernama Qitmir yang mengawani perjalanan itu.

Atas izin Allah SWT, tujuh pemuda dan seekor anjing ini tertidur selama 309 tahun dalam gua itu.

Setelah tiga abad terlelap, mereka terbangun lagi ketika raja zalim Diqyanus sudah wafat dan kota Aphesus dipimpin oleh raja yang beriman kepada Allah SWT.

Ketika mereka terbangun, tak seorang pun dari mereka yang menyadari bahwa sudah tertidur dalam waktu yang amat lama.

Lantas, ketika mengetahui bahwa mereka sudah mengalami keanehan sebagai bukti kebenaran Allah SWT, mereka berdoa:

"Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!"

Allah SWT mengabulkan doa mereka dan mencabut nyawa ketujuh pemuda tersebut.

Keteladanan dan Pelajaran dari Kisah Ashabul Kahfi

Berdasarkan kisah Ashabul Kahfi, terdapat sejumlah keteladanan dan pelajaran yang bisa dipetik.

Dalam artikel ilmiah yang dimuat di jurnal Edu-Religia, dijelaskan sejumlah nilai-nilai yang bisa dipelajari dari kisah Ashabul Kahfi sebagai berikut:

1. Nilai Akidah

Kisah Ashabul Kahfi menjelaskan bahwa iman dan akidah merupakan hal penting yang harus diperjuangkan.

Kendati diancam untuk dibunuh dan dipaksa menanggalkan keimanan kepada Allah SWT, ketujuh pemuda beriman tersebut bersikeras dan tetap mempertahankan iman dan akidah mereka, meskipun harus kabur dan mengasingkan diri.

2. Nilai Akhlak

Terdapat sejumlah nilai akhlak yang bisa dipetik, misalnya kejujuran, konsistensi (istikamah), tawakal, ikhtiar, dan lain sebagainya.

Dalam kisah di atas, kendati raja Diqyanus mengancam untuk membunuh siapa pun yang tidak menganut ajaran pagan penyembahan berhalanya, ketujuh pemuda itu tetap jujur menyampaikan bahwa mereka beriman kepada Allah SWT.

Setelah itu, mereka berikhtiar untuk menyelamatkan diri, serta bertawakal kepada Allah SWT.

Sikap ikhtiar, kemudian tawakal, serta berserah diri kepada Allah SWT inilah yang menyelamatkan diri mereka hingga memperoleh rida Allah SWT.

3. Nilai Takwa

Para pemuda Ashabul Kahfi merupakan sekelompok pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Allah, apa pun kondisi yang mereka alami.

Teladan untuk istikamah dalam bertakwa ini merupakan sikap mulia orang-orang beriman, kendati dalam keadaan sulit, seperti yang dialami para pemuda Ashabul Kahfi ini.

Baca juga:

  • Pengertian Thaharah, Cara & Hikmah Berthaharah Menurut Agama Islam
  • Ali bin Abu Thalib, Pemikir Islam Awal & Sahabat Intelektual Nabi
  • Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Masa Dinasti Abbasiyah

Baca juga artikel terkait ASHABUL KAHFI atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/tha)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates