Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

Shalahuddin Al-Ayyubi memiliki cita-cita yang sangat tinggi yaitu meninggal dalam keadaan mulia, sehingga seluruh perbuatannya selalu mencerminkan keteladanan luar biasa.

aqsainstitute.org – Shalahuddin Al-Ayyubi adalah seorang ksatria yang sangat tegas, gagah, berani, dan memiliki idealisme tersendiri dalam menjalankan misi menaklukkan Alquds dan membebaskan umat muslim dari segala bentuk penindasan.

Akan tetapi ia juga merupakan sosok yang sangat menjaga kerendahan hati dan melakukan segala kegiatan positif yang bermanfaat bagi umatnya. Berikut lembaga kajian Palestina, International Aqsa Institute menyajikan kisah keteladanan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk anda.

Shalahuddin Membatalkan Perjalanan Haji

Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

Keterangan: Ilustrasi Shalahuddin Al-Ayyubi dengan panji kebesarannya (Foto: Muslim Obsession)

Pada saat Shalahuddin menjadi seorang pemimpin di Kota Alquds, ia meniatkan diri untuk memenuhi rukun Islam ke 5 yakni melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Saat Shalahuddin bersiap-siap untuk berangkat, ia menerima surat dari hakim Mesir.

Dalam surat tersebut tertulis, “Tengoklah kondisi kaum muslimin dan tinggalkan haji karena negeri-negeri telah runtuh, perekonomian juga runtuh, dan banyak fitnah mulai berkobar. Maka dari itu, jangan pergi haji dan meninggalkan negeri-negeri, karena (menjaga negeri-negeri muslimin) lebih baik dari ibadah haji.”

Shalahuddin menerima surat tersebut dengan santun. Ia membatalkan kepergiannya ke Baitullah dan langsung bertindak mengedepankan maslahat kaum muslimin. Shalahuddin memperbaiki kondisi di Alquds dan memakmurkan Masjid Al-Aqsa, kemudian berkeliling ke negeri-negeri Syam untuk melihat kondisi rakyat.

Menjaga Diri dari Harta Rakyat

Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

Keterangan: Ilustrasi Shalahuddin Al-Ayyubi yang mengutamakan kepentingan rakyat (Foto: Tipsiana)

Suatu hari saudara Shalahuddin yang bernama Al-Adil mengirim surat permintaan sebidang tanah di Aleppo untuk keperluan yang tidak jelas.

Shalahuddin membalas surat tersebut dengan mengatakan, bahwa tanah itu milik umat muslim dan tidak dijual. Kemudian ia menjelaskan kepada saudaranya itu, bahwa tugasnya sebagai pemimpin adalah menjaga harta benda milik umat bukan untuk menguasainya dan berbuat zalim.

Hal tersebut merupakan keteladanan yang luar biasa, karena di zaman sekarang ini banyak pemimpin-pemimpin yang tidak mengindahkan amanah bahkan menghianatinya.

Shalahuddin Selalu Mendahulukan Musyawarah

Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

Keterangan: Ilustrasi Shalahuddin Al-Ayyubi musyawarah dengan seluruh pasukannya (Foto: Kiblat Network)

Setiap hendak melakukan sesuatu untuk urusan umatnya, Shalahuddin tidak pernah melupakan musyawarah. Ia bermusyawarah dengan para ulama, pemimpin, dan para komandan pasukan. Jika mereka tidak sependapat dengannya, Shalahuddin selalu memasang wajah hormat, santun, dan tidak marah.

Seperti itulah keteladanan sosok penakluk Alquds, Shalahuddin tidak hanya memiliki sifat yang idealis dan tegas layaknya seorang pemimpin. Akan tetapi ia juga memiliki keteladanan yang luar biasa, yakni kemuliaan hatinya. Tidak heran jika rakyatnya sangat mencintainya. (izzah/aqsainstitute)

Sumber: Ensiklopedi Palestina Bergambar- Dr. Thariq As-Suwaidan

Sang Sultan menangis melihat keluarga terpecah belah akibat perang.

historia

Pasukan Muslim dipimpin Salahuddin mengepung Pasukan Salib di Lembah Hittin

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shalahuddin al-Ayyubi, sultan yang juga panglima perang itu, berhadap-hadapan dengan Balian de Ibelin, salah satu pemimpin terpenting tentara Salib. Pertempuran yang baru terjadi antara kedua belah pihak meninggalkan kekalahan besar di pihak Balian. Sang Sultan, Shalahuddin al- Ayyubi, menghentikan pertempuran dan secara damai meminta Balian menyerahkan Yerusalem kepada kaum Muslimin dengan beberapa penawaran.

“Aku akan mengantarkan tiap-tiap jiwa (orang) kalian (umat Kristen) dengan aman ke wilayah-wilayah Kristen, setiap jiwa dari kalian, wanita, anak-anak, orang tua, seluruh pasukan dan tentara, dan juga ratu kalian. Dan, aku akan mengembalikan raja kalian dan pada apa yang Tuhan kehendaki atasnya. Tidak satu pun dari kalian akan disakiti. Aku bersumpah,” Shalahuddin menyampaikan tawarannya.

“Orang-orang Kristen membantai setiap Muslim yang ada di dalam tembok Kota Yerusalem ketika mereka merebut kota ini,” jawab Balian, ragu.

“Aku bukan orang-orang (pembantai) itu. Aku adalah Shalahuddin. Shalahuddin,” tegas Shalahuddin.

“Jika demikian, dengan perjanjian itu aku menyerahkan Yerusalem (pada umat Islam),” Balian mengambil keputusan.

Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

Yerusalem

Dialog tersebut mewarnai bagian akhir sebuah film yang diangkat dari kisah Perang Salib II pada abad ke-12, Kingdom of Heaven. Film yang disutradarai seorang Inggris dengan skenario ditulis seorang Amerika itu tidak saja menunjukkan kekuatan dan kekuasaan Shalahuddin, tetapi juga sikap toleransi dan ketidaksukaan sang panglima pada perang.

Meski dikenal jago berperang di padang pasir sehingga dijuluki Singa Padang Pasir, Shalahuddin sejatinya lebih suka menghindari perang dan menghentikan perang secara damai, meski musuhnya telah di ambang atau bahkan telah menelan kekalahan. Ia tidak membalas kejahatan pasukan Salib yang membunuh setiap Muslim di Yerusalem saat berhasil merebut kota suci itu lebih dari seabad sebelumnya.

Buku The Crusades Through Arab Eyes (1984) karya Amin Maalouf menjelaskan, Shalahuddin al-Ayyubi selalu ramah pada siapa pun yang datang mengunjunginya, selalu meminta mereka tinggal sejenak dan makan bersamanya, memperlakukan mereka dengan penuh hormat, bahkan kepada tamu non-Muslim sekalipun. Ia tidak dapat membiarkan pengunjungnya melanjutkan perjalanan dalam keadaan kecewa.

Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

Pasukan Muslim dipimpin Salahuddin mengepung Pasukan Salib di Lembah Hittin

Suatu hari, di tengah gencatan senjata dengan Franj (Franks atau Prancis), para bangsawan Brin yang merupakan penguasa Antiokhia (kota tua di sisi timur Sungai Orontes, sekarang sebuah tempat di kota modern Antakya, Turki), tanpa diduga datang ke tenda Shalahuddin. Ia memintanya mengembalikan sebuah daerah yang telah diambil sang Sultan empat tahun sebelumnya. Shalahuddin menyetujuinya.

Selain itu, dalam banyak buku sejarah dan referensi lainnya, kita akan menemukan banyak kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin yang layak diteladani. Syamsuddin Arif (2008) dalam Orientalis dan Diabolisme Pemikiran mencontohkan, di tengah suasana perang, ia pernah beberapa kali mengirimkan buah-buahan untuk Raja Richard yang sedang sakit. Ia mengutus dokter terbaiknya, bahkan juga menyamar sebagai dokter, untuk memeriksa dan mengobati raja yang menjadi musuhnya itu.

Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

Sultan Hassan Kairo

Ketika menaklukkan Kairo, Shalahuddin tak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka, tetapi menunggu sampai raja mereka wafat. Baru setelah itu anggota keluarga Dinasti Fatimiyyah yang tersisa diantarkan ke tempat pengasingan mereka.

Gerbang menuju kota tempat benteng istana berada dibukanya untuk umum. Rakyat diperbolehkan tinggal di wilayah yang sebelumnya dikhususkan bagi kalangan bangsawan Fatimiyyah. Di Kairo, Shalahuddin tak hanya membangun masjid dan benteng, tetapi juga sekolah, rumah sakit, dan bahkan gereja.

Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka ketika ia akan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Karena itu, ia dikenal sebagai pemimpin yang wara dan zuhud.

Melegenda dan menginspirasi

Kisah sang Sultan telah menjadi cerita rakyat, melegenda, dan menginspirasi. Kehebatannya dalam berdiplomasi salah satunya terlihat dalam pertemuan militernya dengan Raja Richard “The Lion Heart” pada Perang Salib ketiga. Bagaimanapun, selain kemahiran diplomasi dan prestasi militernya, sosok Shalahuddin terus diingat atas kemampuannya menyatukan banyak dunia Muslim serta kemuliaan hati dan perilakunya, baik di dalam maupun di luar peperangan.

Karen Amstrong dalam bukunya, Perang Suci, menggambarkan, saat Shalahuddin dan pasukan Islam membebaskan Palestina, tak ada seorang Kristen pun yang dibunuh. Tak ada pula perampasan harta benda. “Jumlah tebusan pun sangat rendah. Shalahuddin menangis tersedu-sedu melihat banyak keluarga terpecah belah akibat perang. Ia pun membebaskan banyak tawanan, sesuai imbauan Alquran,” papar Amstrong.

Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

Perang Salib

Kekaguman terhadap Shalahuddin tak hanya datang dari kalangan Muslim. Keadilan dan kenegarawanannya juga membuat umat Nasrani yang kala itu tinggal di Yerusalem berdecak kagum. Dikisahkan bahwa suatu ketika seorang tua beragama Kristen bertanya pada Shalahuddin. “Mengapa Tuan tidak membalas musuh-musuh Tuan?”

Shalahuddin menjawab, “Islam bukanlah agama pendendam dan bahkan sangat mencegah seseorang melakukan perkara yang tidak berperikemanusiaan. Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf, dan melupakan kekejaman musuh, meski sebelumnya mereka menindas kita.”

Mendengar jawaban itu, bergetarlah hati orang tua itu dan berkata, “Sungguh indah agama Tuan! Maka pada akhir hayatku ini, bagaimana agar aku memeluk agamamu?” Shalahuddin menjawab, “Ucapkanlah dua kalimat syahadat.” Atas semua kemuliaan itu, pengajar University of London dan penulis beberapa buku tentang Perang Salib, Jonathan Phillips, menyebut Shalahuddin sebagai pahlawan utama bagi umat Islam.

  • teladan shalahuddin al-ayyubi
  • shalahuddin al-ayyubi

Sifat kesederhanaan yang dimiliki salahuddin al-ayyubi menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang

sumber : Mozaik Republika