Siapa saja golongan orang yang celaka menurut surat al-ma'un

[Karang Baru | Muhammad Sofyan]   Banyak manusia saat ini menjadi hamba pangkat, hamba harta, dan hamba nafsu yang selalu mengikuti hawa nafsunya, selalu memburu harta sehingga meninggalkan perintah-perintah Allah. Dalam mengarungi kehidupan di dunia ini paling lama 60-70 tahun siapa pun dirinya pasti akan berakhir. Karena kesulitan ekonomi kadang-kadang membuat kita melenceng dari jalan Allah, ingatlah suatu saat kita akan berada di suatu tempat yang selalu dikatakan peristirahatan terakhir padahal bukan istirahat yang kita alami.

Tempat itu adalah kuburan yakni lobang dengan ukuran 1 × 2 meter, tempat itu bukan tempat peristirahatan yang terakhir, bagi orang yang zhalim bukan istirahat yang didapatnya tetapi ‘azab Allah yang akan diterimanya di sana. Siapa pun dia pasti akan dimasukkan ke dalam kubur, itu harus kita ingat karena Nabi SAW menyuruh kita selalu mengingat mati, karena orang yang mengingat mati maka cenderung dia akan melakukan ketaatan kepada Allah.

Ketika kita masuk ke dalam kubur kita tidak akan membawa pangkat maupun harta, rumah mewah yang kita bangun dengan susah payah, kendaraan yang kita miliki, Kasur empuk, anak istri yang kita cintai semua akan kita tinggalkan di dunia, tinggallah kita senirian di liang kubur.

Itulah akhir kehidupan setiap manusia, siapun dirinya. Bila tak ada iman yang kuta dan amal yang shalih maka bermulalah penderitaan yang selama-lamanya. Alam kubur adalah alam antara alam dunia dengan alam akhirat.

Tidak ada satu pun manusia yang ingin celaka baik di dunia maupun di akhirat. Celaka atau bahagia hidupnya baik di dunia maupun di akhirat diri manusia itu sendirilah yang membuatnya oleh karena itu ada tiga hal yang ingin khatib angkat yang membuat manusia itu celaka:

Yang pertama; sebagai mana yang disebutkan dalam surat Al-Ma’un adalah orang yang lali dalam shalatnya, lalai dari mengingat Allah dalam shalatnya padahal Allah telah mengatakan “dirikanlah Shalat untuk mengingatku” jadi intinya shalat adalah mengingat Allah. Siapa yang lalai dalam shalat adalah orang yang shalat hanya untuk dilihat orang bahwa dianya shalat, orang yang mendirikan shalat tapi enggan memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkannya, tidak mau mengeluarkan zakat, tidak mau menolong orang lain.

Yang kedua; orang yang celaka adalah orang yang suka mengupat sebagaimana disebutkan dalam surat al-Humazah, dan orang-orang yang suka menjilat. Mengupat adalah menceritakan orang lain di belakangnya, kalau yang diceritakan itu benar  maka disebut mengupat (ghibah) tapi kalau tidak benar namanya Fitnah.

Yang ketiga; sebagai mana disebutkan Allah dalam surat Mutafifin, orang yang celaka adalah orang-orang yang berbuat curang yaitu orang-orang yang curang dalam hal jual beli dalam hal timbangan dan sukatan, kalau ia membeli maka ia minta supaya timbangan atau sukatannya minta dipenuhkan tanpa dikurangi sedikit pun.

Namun apabila ia menimbang atau menakar untuk orang lain maka ia mengurangi takaran atau timbangan tersebut sehingga merugikan orang lain. Pedagang-pedagang yang melakukan hal seperti itu adalah orang-orang yang celaka.

Uraian tersebut disampaikan oleh Da’i Bahtiar, MA dalam Khutbahnya yang berapi-api dengan durasi 25 menit 46 detik di Masjid Al-Mukmin Bukit Bundar pada jum’at (21/11).

Da’i Bahtiar adalah Da’i kecamatan Rantau Aceh Tamiang yang bertugas di Gampong Jambur Labu kecamatan Rantau. [yyy]

Tafsir Ringkas Kemenag

Maka binasa dan celakalah orang yang salat yang memiliki sifat-sifat tercela berikut. Yaitu orang-orang yang lalai terhadap salatnya, di antaranya dengan tidak memenuhi ketentuannya, mengerjakannya di luar waktunya, bermalas-malasan, dan lalai akan tujuan pelaksanaanya.

Tidak hanya itu, mereka jugalah orang-orang yang berbuat ria, baik dalam salatnya maupun semua perbuatan baiknya. Dia beramal tanpa rasa ikhlas, melainkan demi mendapat pujian dan penilaian baik dari orang lain.

Dan di samping itu, mereka juga enggan memberikan bantuan kepada sesama, bahkan untuk sekadar meminjamkan barang keperluan sehari-hari yang sepele. Hal ini mengindikasikan buruknya akhlak mereka kepada orang lain. Dengan begitu, lengkaplah keburukan mereka. Selain tidak beridabah kepada Tuhan dengan sempurna, mereka pun tidak berbuat baik kepada manusia.

Tafsir Kemenag

Dalam ayat-ayat ini, Allah mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah orang-orang yang mengerjakan salat dengan tubuh dan lidahnya, tidak sampai ke hatinya. Dia lalai dan tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang dikerjakan oleh anggota tubuhnya. Ia rukuk dan sujud dalam keadaan lalai, ia mengucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang diucapkannya.

Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan semata-mata yang tidak mempengaruhi apa-apa, tidak ubahnya seperti robot.

Perilaku tersebut ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan agama, yaitu orang munafik. Ancaman itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang awam, tidak mengerti Bahasa Arab, dan tidak tahu tentang arti dari apa yang dibacanya. Jadi orang-orang awam yang tidak memahami makna dari apa yang dibacanya dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

Allah selanjutnya menambah penjelasan tentang sifat orang pendusta agama, yaitu mereka melakukan perbuatan-perbuatan lahir hanya semata karena ria, tidak terkesan pada jiwanya untuk meresapi rahasia dan hikmahnya.

Allah menambahkan lagi dalam ayat ini sifat pendusta itu, yaitu mereka tidak mau memberikan barang-barang yang diperlukan oleh orang-orang yang membutuhkannya, sedang barang itu tak pantas ditahan, seperti periuk, kapuk, cangkul, dan lain-lain.

Keadaan orang yang membesarkan agama berbeda dengan keadaan orang yang mendustakan agama, karena yang pertama tampak dalam tata hidupnya yang jujur, adil, kasih sayang, pemurah, dan lain-lain. Sedangkan sifat pendusta agama ialah ria, curang, aniaya, takabur, kikir, memandang rendah orang lain, tidak mementingkan yang lain kecuali dirinya sendiri, bangga dengan harta dan kedudukan, serta tidak mau mengeluarkan sebahagian dari hartanya, baik untuk keperluan perseorangan maupun untuk masyarakat.

Siapa saja golongan orang yang celaka menurut surat al-maun
Muslim menjalankan ibadah salat. (Foto: Antara)

Kastolani Rabu, 10 Juni 2020 - 05:30:00 WIB

JAKARTA, iNews.id - Surat Al Maun merupakan surat ke-107 dalam Alquran. Al Maun artinya barang-barang yang berguna. Surat ini termasuk surah Makkiyah atau Madaniyyah, 6 atau 7 ayat, atau sebagiannya di Mekkah, sebagiannya lagi di Madinah Turun sesudah Surah At-Takatsur.

Berikut ini bacaan Surat Al Ma'un 1-7:

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

{فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ}

Itulah orang yang menghardik anak yatim. (Al-Maun: 2)

Yakni dialah orang yang berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim, menganiaya haknya dan tidak memberinya makan serta tidak memperlakukannya dengan perlakuan yang baik.

{وَلا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ}

dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (Al-Maun: 3)

{فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ}

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. (Al-Maun: 4-5)

{الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ}

orang-orang yang berbuat ria. (Al-Maun: 6)

{وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ}

"Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Al-Maun: 7)

Dikutip dari Tafsir Kemenag, dalam ayat-ayat ini, Allah mengungkapkan satu ancaman yaitu celakalah orang-orang yang mengerjakan salat dengan tubuh dan lidahnya, tidak sampai ke hatinya. Dia lalai dan tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang dikerjakan oleh anggota tubuhnya. Ia rukuk dan sujud dalam keadaan lalai, ia mengucapkan takbir tetapi tidak menyadari apa yang diucapkannya.

Semua itu adalah hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan semata-mata yang tidak mempengaruhi apa-apa, tidak ubahnya seperti robot.

Perilaku tersebut ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan agama, yaitu orang munafik. Ancaman itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang awam, tidak mengerti Bahasa Arab, dan tidak tahu tentang arti dari apa yang dibacanya. Jadi orang-orang awam yang tidak memahami makna dari apa yang dibacanya dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

Khusus pada ayat ke 4-5, Ibnu Abbas dan lain-lainnya sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir mengatakan, bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang munafik yang mengerjakan shalatnya terang-terangan, sedangkan dalam kesendiriannya mereka tidak shalat.

Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: bagi orang-orang yang salat. (Al-Maun: 4) Yaitu mereka yang sudah berkewajiban mengerjakan salat dan menetapinya, kemudian mereka melalaikannya.

Hal ini adakalanya mengandung pengertian tidak mengerjakannya sama sekali, menurut pendapat Ibnu Abbas, atau mengerjakannya bukan pada waktu yang telah ditetapkan baginya menurut syara; bahkan mengerjakannya di luar waktunya, sebagaimana yang dikatakan oleh Masruq dan Abud Duha.

Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

«تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ، تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ، تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَ أَرْبَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهُ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا»

Itu adalah salatnya orang munafik, itu adalah salatnya orang munafik, itu adalah salatnya orang munafik. Dia duduk menunggu matahari; dan manakala matahari telah berada di antara kedua tanduk setan (yakni akan tenggelam), maka bangkitlah ia (untuk salat) dan mematuk (salat dengan cepat) sebanyak empat kali, tanpa menyebut Allah di dalamnya melainkan hanya sedikit.

Ini merupakan gambaran shalat Asar di waktu yang terakhirnya, shalat Asar sebagaimana yang disebutkan dalam nas hadis lain disebut salat wusta, dan yang digambarkan oleh hadis adalah batas terakhir waktunya, yaitu waktu yang dimakruhkan.

Kemudian seseorang mengerjakan salatnya di waktu itu dan mematuk sebagaimana burung gagak mematuk, maksudnya ia mengerjakan salatnya tanpa tumaninah dan tanpa khusyuk. Karena itulah maka dikecam oleh Nabi Saw bahwa orang tersebut tidak menyebut Allah dalam salatnya, melainkan hanya sedikit (sebentar).

Barangkali hal yang mendorongnya melakukan shalat tiada lain pamer kepada orang lain, dan bukan karena mengharap rida Allah. Orang yang seperti itu sama kedudukannya dengan orang yang tidak mengerjakan salat sama sekali. Allah Swt. telah berfirman:

إِنَّ الْمُنافِقِينَ يُخادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خادِعُهُمْ وَإِذا قامُوا إِلَى الصَّلاةِ قامُوا كُسالى يُراؤُنَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di Hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An-Nisa: 142)

Wallahu A'lam.


Editor : Kastolani Marzuki

TAG : Sholat 5 waktu Surat Al Maun Tafsir Ibnu Katsir

Siapa saja golongan orang yang celaka menurut surat al-maun