Sebutkan wujud nyata pergerakan Muhammadiyah dalam bidang kesehatan

Maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sementara itu, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid (pembaruan tentang pokok ajaran Islam) yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah as-Sohihah.

Begitulah materi pertama yang didapat peserta Latihan Dasar Ikatan (LDI) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang terdiri atas mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI) dan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Sabtu, (4/4/2015), dengan Drs. H. Anhar Ansyary, M.S.I. sebagai pemateri.

“Jika tidak tahu Muhammadiyah, bukan mahasiswa Muhammadiyah namanya,” tegas Anhar ketika memberi materi tentang Kemuhamadiyahan.

Lebih lanjut disampaikan, Muhammadiyah hanya mendasari seluruh aspek kehidupan dari al-Qur’an dan as-Sunnah as-Sohihah. Penekanan terhadap pergerakan Islam, pola dakwah, dan tajdid juga tak luput dari perhatian. Selain itu, Muhammadiyah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, serta bukan organisasi politik dan tidak akan pernah membentuk organisasi politik.

“Berdakwah harus tetap dijalankan di mana pun dan kapan pun tanpa dibatasi ruang dan waktu,” jelas Anhar yang juga merupakan Direktur Pesantren Ahmad Dahlan (Persada) dan dosen UAD.

Menurutnya, terdapat dua cara yang bisa dilakukan bagi pemula Muhammadiyah, yakni mempelajari tokoh-tokoh seperti K.H. Ahmad Dahlan, Buya Hamka, K.H. Ibrahim, dan lain-lain, serta mempelajari latar belakang berdirinya Muhammadiyah. Dengan dua cara tersebut, para pemula dapat mengawali pengetahuan tentang Muhammadiyah.

“Pahamilah Islam secara luas, mendalam, dan komprehensif berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Itulah tuntunan Nabi Muhammad,” tutup Anhar. (AKN)

Muhammadiyah mendahului organisasi lainnya dalam pendidikan dan kesetaraan gender

Republika/ Tahta Aidilla

Pelajar SD Muhammadiyah menjalankan shalat Dhuha di Jakarta, Rabu (29/4). (Republika/ Tahta Aidilla)

Red: Ichsan Emrald Alamsyah

Sejak awal berdirinya sebuah organisasi yang di beri nama Muhammadiyah oleh pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan. Dari 18 November Tahun 1912 sampai dengan sekarang Muhammadiyah sudah berkomitmen untuk memajukan peradaban bangsa Indonesia.

Terbukti, pada masa awal Muhammadiyah berdiri, Muhammadiyah sudah mendahului organisasi Islam lainnya untuk melakukan gerakan pembaharuan, khususnya di bidang pendidikan, sosial, dan kesetaraan gender. 

Konsistensi pendiri Muhammadiyah dalam menjalankan perjuangan memajukan bangsa Indonesia, dapat di rasakan secara mutlak, setelah adanya pengakuan pemerintah, yang secara jelas dituangkan dalam Keputusan Presiden, yang terdata dan tercatat. 

Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:

KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;

Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;

Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan

Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Soekarno yang saat itu menjadi presiden Indonesia pertama, bukan tanpa pertimbangan kemudian memberikan tanda jasa (Pahlawan) kepada K.H Ahmad Dahlan. Dalam dasar penetapan K.H. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan, menggambarkan spirit perjuangan Muhammmadiyah yang sampai saat ini tetap terjaga ruh perjuangannya.

Setelah 16 Tahun Indonesia merdeka, 38 Tahun K.H Ahmad Dahlan meninggal, dan 49 Tahun Muhammadiyah berkontribusi untuk bangsa, pada akhirnya peran Muhammadiyah di akui oleh negara, setelah di tetapkan K.H. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Kemerdekaan. Ini menjadi spirit besar bagi Persyarikatan Muhammadiyah untuk terus bergerak maju berjuang lebih giat.

Oleh karena itu, saat ini Muhammadiyah telah tercatat memiliki, 4.623 TK/TPQ, 2.604 SD/MI, 1.772 SD/MI, 1.143 SMA/SMK/MA, 67 Pondok Pasantren, 172 Perguruan Tinggi, 457 Rumah Sakit/Rumah Bersalin/BKIP/BKIA/BP, 318 Panti Asuhan/Santunan/Asuhan Keluarga, 54 Panti Jompo, 82 Rehibilitasi Cacat, 71 SLB, 6118 Masjid, 5080 Musholah, 20.945.504 M² Tanah. Data ini, sebagai bukti nyata perjuangan (kontribusi) Muhammadiyah  kepada bangsa Indonesia.

Komitmen Muhammadiyah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Indonesia

Muhammadiyah saat ini tidak lepas dari cita – cita mulia pendirinya, yaitu Islam yang sebenar – sebenarnya, bagi Muhammadiyah Islam yang sebenar – benarnya adalah Islam yang mengemukakan rasah kasih dan sayang terhadap seluruh umat manusia (Rahmatan Lil Alamin) . Dalam implementasinya, Muhammadiyah sampai dengan saat ini masih mengakui bahwa Pancasila adalah bagian dari konsekuensi yang harus dijalankan pemeluk agama Islam, sebagai perwujudan dari komitmen kebangsaan.

Dalam bidang kesehatan, Muhammadiyah mendirikan Rumah Sakit atau Amal Usaha sejenis yang dalam pelayanannya tidak membedakan antara satu agama dengan agama lainnya, semua mendapatkan pelayanan yang sama baiknya.

Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan PTM, SMA (Setingkat), SMP (Setingkat), SD (Setingkat), TK (Setingkat), dan Amal Usaha sejenis. Dalam proses penyelengaraanya Muhammadiyah berkitmen untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada seluruh masyarakat tanpa memandang status sosial, bahkan Muhammadiyah juga memberikan ruang kepada Mahasiswa/Siswa WNA (Warga Negara Asing) untuk mengenyam pendidikan di Amal Usaha pendidikan milik Muhammadiyah. Begitupun konsistensi Muhammadiyah mengimplementasikan pelayanannya pada Amal Usaha lainnya. 

Secara Religiusitas Muhammadiyah memancarkan cahaya amal jariyah, secara intelektualitas Muhammadiyah memancarkan cahaya kecerdasan, secara humanitas Muhammadiyah memancarkan cahaya kepedulian sosial, semua itu demi mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.

Konstruksi mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, tergambar jelas dalam tujuan organisasi  Muhammadiyah  yang dijelaskan dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab III pasal 6 (enam), sebagai berikut:

“Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”

Penjelasan mengenai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dimaknai sebagai masyarakat tauhid yang moderat, teladan, inklusif dan toleran, solid dan peduli sesama.

Selain itu juga mempunyai makna kesadaran mengemban amanah sebagai wakil Allah di bumi yang bertugas menciptakan kemakmuran, keamanan, kenyamanan dan keharmonisan serta cepat menyadari kesalahan dan kekhilafan untuk kemudian meminta maaf. Sehingga terhindar dari dosa dan durhaka yang berkepanjangan sebagai upaya mendapatkan kebahagiaan di akhirat.

Sejalan dengan tujuan Muhammadiyah, Abdul Mu'ti (Sekretaris Jendral Muhammadiyah), seorang Dosen yang spesifik keilmuannya linear jurusan Pendidikan (S1 s/d S3) pernah mengatakan.

“Konsensus segala bangsa harus hadir di dalamnya memberi makna kehadiran kita kemudian memberi kontribusi negara yang sesuai cita-cita bangsa alinea keempat pembukaan UUD 1945 ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Apa yang di sampaikan oleh Abdul Mu'ti, adalah perwujudan dari apa yang telah di lakukan (komitmen) Muhammadiyah sejak tahun 1912 sampai dengan saat ini, dan di era revolusi industri 4.0, Muhammadiyah tetap menunjukkan komitmennya di dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pengirim: Novri Topit, aktivis muda Muhammadiyah

Sebutkan wujud nyata pergerakan Muhammadiyah dalam bidang kesehatan

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke .

Sejak 5 Maret 2020, langsung dibentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center.

Antara

Logo Muhammadiyah.

Rep: Wahyu Suryana Red: Yusuf Assidiq

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi virus corona atau Covid-19 yang melanda banyak negara termasuk Indonesia menjadi keprihatinan semua pihak. Berbagai upaya dilakukan guna menanggulangi penyebaran virus tersebut, tak hanya oleh pemerintah, melain­kan juga segenap elemen masyarakat. Tak ketinggalan, Muhammadiyah mengerahkan elemen-elemen yang mereka miliki demi membantu pencegahan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Termasuk, mengerahkan RS-RS mereka di seantero Indonesia untuk menangani pasien Covid-19.Seperti ditegaskan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, sejak awal pandemik Covid-19 merebak, pihaknya sudah mengajak masyarakat ikut jadi pejuang melawan wabah itu. Ia melihat, tenaga medis dan rumah sakit sebagai benteng terakhir perlawanan."Jika para tenaga medis tersebut berguguran, maka tidak ada lagi yang dapat diharapkan untuk membendung wabah global yang telah menelan banyak korban, termasuk di Indonesia tersebut," kata Haedar, Senin (13/4).Ia menekankan, ikut melakukan usaha-usaha untuk memutus rantai penularan merupakan tindakan yang hebat dan mulia. Karenanya, Muhammadiyah sejak 5 Maret 2020 lalu langsung membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).Awalnya, papar dia, gugus tugas ini ditugaskan menyiapkan Rumah Sakit Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (RSMA) agar siap menerima pasien gejala-gejala Covid-19. Tapi, MCCC ternyata mampu dibentuk sampai tingkatan provinsi, kabupaten, dan kota.Inisiasinya, Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah dan Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah. Dalam perkembangannya, MCCC memiliki cakupan yang makin luas, tidak cuma memersiapkan RS-RS dalam penanganan pasien-pasien Covid-19.MCCC juga membuat panduan pencegahan Covid-19. Kemudian, panduan itu diterjemahkan majelis-majelis dan lembaga-lembaga lewat imbauan dan tuntutan kepada warga persyarikatan dan Amal Usaha Muham­madiyah (AUM) untuk menerapkan pencegahan.Selain itu, jelas Haedar, MCCC turut bermitra dengan gugus tugas Covid-19 pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Untuk memperluas edukasi, materi dihadirkan pula lewat info­grafis, artikel, video, dan dialog lewat televisi dan radio.Agenda seperti rapat-rapat dan dialog-dialog dominan secara daring karena tuntutan social dan physical distancing. Kegiatan bersifat tatap muka dan harus langsung secara fisik terbatas seperti disinfeksi AUM dan tempat umum.

Sejak MCCC dibentuk, jumlah RSMA yang ditunjuk melakukan penanganan pasien Co­vid-19 terus bertambah. Diawali 15 rumah sa­kit, ditambah menjadi 20 dan 35, kini sudah ada 64 RSMA yang diamanatkan tangani pa­sien-pasien Covid-19.

Dikomandoi MCCC, pengoperasian RSMA-RSMA itu ada di bawah koordinasi Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah. Menghadapi kelangkaan APD dan lonjakan biaya, disiasati Muhammadiyah dengan proposal penggalangan dana.MPKU turut memersiapkan RSMA yang tangani Covid-19 dengan pelatihan khusus agar tenaga kesehatan siap. Mulai simulasi penanganan pasien, pemakaian dan pelepasan APD lengkap, rukti jenazah, dan teknik dekontaminasi ruangan.Lalu, pelatihan pengambilan sampel swab tenggorokan, skrinning dan deteksi ini, pendampingan rohani, dan pelatihan manajemen stres. Antisipasi, mereka lakukan pemeriksaan radiologi thorax sesuai indikasi, rapid test dan swab.Pemaknaan semua gerakan Muhammadiyah ‘Aisyiyah tersebut merupakan wujud dari tauhid, iman, takwa, dan amal shaleh yang bersifat kontekstual. Dapat diartikan, usaha langit yang membumi.Pemakaman jenazah Pada bagian lain, Haedar turut menyayangkan penolakan jenazah pasien Covid-19. Ia menegaskan, pasien meninggal akibat Covid-19 merupakan saudara kita semuanya yang harus diperlakukan dengan penuh penghormatan."Mereka berhak dimakamkan di manapun di negerinya sendiri. Bumi ini di manapun merupakan milik Allah SWT untuk kepentingan bersama umat manusia," kata Haedar.Ia menekankan, jenazah korban Korona atau Covid-19 bahkan karena darurat kesehatan dimakamkan secara terbatas tanpa diantar keluarga dan kerabat. Karenanya, Haedar menegaskan jika mereka layak diperlakukan de­ngan mulia.Haedar menuturkan, Tarjih Muhammadiyah menilai pasien Covid-19 meninggal dunia sebelumnya telah berikhtiar dengan penuh keimanan untuk mencegah dan atau mengobatinya. Jadi, mendapat pahala seperti pahala orang mati syahid.Ia mengingatkan, Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda orang syahid itu ada lima. Terkena wabah penyakit, karena sakit dalam perutnya, tenggelam, tertimpa reruntuhan bangunan, dan orang syahid di jalan Allah.Untuk itu, jika pemerintah dan pihak-pihak terkait telah tetapkan makam bagi jenazah Covid-19 sesuai protokol, sebaiknya warga tidak menolak penguburan. Apalagi, meminta jenazah yang sudah dimakamkan dibongkar dan dipindahkan. “Hal itu tidak mencerminkan umat beragama dan warga bangsa yang cinta sesama," ujar Haedar.Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah pada 31 Maret 2020 telah pula mengeluarkan Tuntunan Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19 berisikan 19 keputusan-keputusan. Di antaranya, tentang pasien Covid-19 yang meninggal.Lalu, usaha aktif pencegahan sebagai jihad, pengobatan sebagai ikhtiar yang jadi kewajiban, perenggangan sosial, shalat lima waktu, ibadah di rumah dan di luar rumah, pemberian layanan medis, shalat Jumat dan tentang azan.Selain itu, mencakup pelaksanaan ibadah-ibadah selama Ramadhan dan Syawal, tentang zakat, infak dan sedekah, menggalakkan perbuatan baik dan tolong menolong, perawatan jenazah, sampai anjuran ibadah-ibadah selama wabah. 

  • muhammadiyah
  • penanganan corona
  • yogyakarta

Sebutkan wujud nyata pergerakan Muhammadiyah dalam bidang kesehatan