Sebutkan minimal 4 cara untuk menaikan status sosial

tirto.id - Mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu mobilis yang berarti mudah dipindahkan, banyak gerak, atau bergerak. Sedangkan kata "sosial" berakar dari bahasan latin "socius" yang maknanya ialah lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama.

Tema mobilitas sosial jadi salah satu perhatian dalam studi sosiologi. Dalam ranah studi tersebut, pengertian mobilitas sosial adalah pergerakan yang terjadi dalam struktur sosial. Istilah terakhir merujuk pada pola-pola tertentu yang menunjukkan adanya lapisan dalam organisasi masyarakat.

Mengutip artikel "Mobilitas Sosial Nelayan di Kawasan Pariwisata Pantai" dalam Jurnal Pendidikan Sosiologi terbitan UNY (Vol. 7, No. 1, 2018), mobilitas sosial juga bisa didefinisikan sebagai gerak perpindahan seseorang atau sekelompok orang dari status sosial tertentu ke status sosial lainnya.

Pengertian mobilitas sosial di atas merujuk pada penjelasan 2 sosiolog, Paul B. Horton dan Chester L. Hunt dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Sosiologi Jilid 2 (1992).

Mobilitas sosial dapat dialami semua individu di masyarakat. Setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan berusaha dengan kecakapannya, untuk naik ke lapisan struktur sosial lain yang lebih tinggi atau bergeser ke status sosial yang lebih baik.

Banyak contoh mobilitas sosial yang mudah dilihat dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, banyak atlet olahraga yang berangkat dari keluarga miskin, tetapi karena bakatnya disertai latihan keras, berhasil meraih berbagai gelar juara yang mendatangkan kekayaan. Hadiah dengan nilai besar dari berbagai kejuaraan membuat status kelas sosial para atlet itu menanjak jadi lebih tinggi.

Hal serupa bisa dialami oleh mereka yang berstatus sebagai aktris, seniman, pengusaha, bahkan pemimpin negara, dan lain sebagainya.

Setiap individu memiliki kapasitas dan kecepatan yang berbeda dalam melakukan mobilitas sosial. Hal ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk sistem sosial yang berlaku di masyarakat.

Mobilitas sosial relatif lebih mudah terjadi di masyarakat dengan lapisan sosial yang memiliki sifat terbuka. Lain halnya di sistem sosial tertutup, seperti masyarakat berkasta, proses mobilitas sosial lebih sulit terjadi karena kuatnya pengaruh stratifikasi sosial.

Dengan demikian, ada sejumlah faktor yang bisa menjadi pendorong mobilitas sosial, tetapi juga ada yang berperan sebagai penghambat. Berikut penjelasan mengenai faktor pendorong dan faktor penghambat mobilitas sosial.

Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

Mengutip penjelasan di sebuah artikel tentang mobilitas sosial petani karet di kawasan Indragiri Hulu, yang terbit dalam Jurnal Online Mahasiswa Fisip Universitas Riau (Vol. 2, No. 2, 2015), ada sejumlah faktor mobilitas sosial, sebagaimana perincian berikut ini.

1. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah jumlah relatif dari posisi tertentu yang bisa diisi. Ketika status sosial yang dituju oleh individu memang ada tempatnya untuk diisi, maka kondisi tersebut dapat mendorong terjadinya mobilisasi sosial. Contoh, adanya lowongan pekerjaan dapat mendorong pengangguran untuk melalukan mobilitas sosial.

2. Faktor Individu

Faktor individu merujuk pada kualitas seseorang, baik dari pendidikan, penampilan, keterampilan, dan lain sebagainya. Adapun yang termasuk dalam cakupan individu yakni perbedaan kemampuan, orientasi sikap terhadap mobilitas, dan keberuntungan.

3. Status Sosial

Sejak manusia lahir, ia telah berada di status sosial tertentu mengikuti orang tuanya. Apabila seorang individu tidak puas dengan status sosial yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukan sendiri dan melakukan mobilisasi sosial. Hal ini hanya mungkin terjadi di struktur sosial masyarakat yang terbuka.

4. Faktor Ekonomi

Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Kenyataan hidup yang serba kekurangan dapat mendorong manusia untuk giat bekerja dan merubah status sosialnya.

5. Situasi Politik

Situasi politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu berpengaruh ke situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas masyarakat ke daerah yang lebih aman.

6. Kependudukan (Demografi)

Faktor kependudukan bisa menyebabkan mobilisasi dalam arti geografik. Contoh, pemukiman yang semakin padat dapat mendorong sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman yang lain.

Selain itu, pertambahan penduduk juga bisa mengakibatkan menjamurnya pengangguran. Kondisi ini dapat mengubah status dan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Ada yang menjadi kaya atau miskin. Ada yang mendapatkan jabatan tertentu tetapi ada juga yang kehilangan jabatan.

7. Keinginan untuk melihat daerah lain

Keinginan melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain. Keadaan ini dapat menimbulkan terjadinya mobilitas sosial.

Misalnya, seorang turis ketika di negaranya berstatus sosial rendah, kemudian setelah pindah ke Indonesia ia menekuni beberapa usaha. Saat usahanya sukses, sang turis berhasil berubah status sosialnya menjadi kelas menengah, atau bahkan kelas atas.

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

Dalam buku Struktur dan Mobilitas Sosial karya Purwasih (2019: 51), dijelaskan bahwa terdapat 3 faktor penghambat terjadinya mobilitas sosial.

Pertama, sistem lapisan sosial yang tertutup. Sistem pelapisan sosial tertutup dalam masyarakat dapat menghambat kemungkinan individu melakukan mobilitas sosial naik.

Misalnya, dalam masyarakat feodal, hanya keturunan bangsawan yang dapat mendudukin lapisan sosial kelas atas. Sementara rakyat kecil tetap menempati lapisan sosial kelas bawah.

Kedua, kemiskinan. Sebagian besar masyarakat miskin merasa kesulitan untuk menaikkan kelas sosialnya karena terbentur minimnya biaya. Kemampuan menjalankan usaha dan menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi terbatas karena minimnya dana yang dimiliki.

Ketiga, kebudayaan masyarakat. Adakalanya masyarakat bersikap tertutup pada perubahan yang terjadi karena pengaru dari luar kebudayaannya.

Golongan masyarakat ini biasanya masih memegang teguh adat-adat dan tradisinya. Oleh karena itu, masyarakat sulit melakukan mobilitas sosial karena tidak mau menerima perubahan yang ada.

Baca juga artikel terkait STATUS SOSIAL atau tulisan menarik lainnya Shulfi Ana Helmi
(tirto.id - shu/add)


Penulis: Shulfi Ana Helmi
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Shulfi Ana Helmi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

tirto.id - Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “mobilitas" diartikan sebagai gerakan berpindah-pindah atau kesiap-siagaan untuk bergerak. Sedangkan secara etimologis, mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu “mobilis", yang berarti “mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain."

Dengan demikian, terdapatnya kata “sosial" pada istilah tersebut, berarti menekankan bahwa istilah mobilitas sosial mengandung makna yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Dalam sosiologi, mobilitas sosial erat kaitannya dengan kelas sosial.

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, yang dikutip Bagong Suyatno dalam Sosiologi Teks dan Terapan (2004), menyatakan mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.

Baik perbubahan itu berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial, dan (biasanya) termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok.

Maka, dengan melakukan mobilitas sosial, seseorang akan berada pada satu kelas sosial (stratifikasi sosial) yang berbeda dari sebelumnya.

Jenis dan Faktor yang Memengaruhi Mobilitas Sosial

Dalam ilmu sosiologi, terdapat lima jenis mobilitas sosial, di antaranya adalah:

  1. Mobilitas vertikal: Mobilitas sosial yang mengubah kelas sosial (stratifikasi) seseorang, bisa jadi ke atas maupun ke bawah (lebih rendah).
  2. Mobilitas horizontal: Mobilitas sosial tanpa merubah kelas sosial seseorang.
  3. Mobilitas antargenerasi: Peralihan status sosial yang terjadi di antara dua generasi atau lebih dalam satu keturunan.
  4. Mobilitas intragenerasi: Peralihan status sosial yang terjadi dalam satu generasi yang sama.
  5. Mobilitas geografis: Perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain seperti transmigrasi, urbanisasi dan migrasi.

Sementara itu, selain jenis, ada juga lima faktor yang memengaruhi mobilitas sosial.

  1. Status sosial, yang mana ketidakpuasan atas status sosial yang dimilikinya membuat seseorang ingin mengubahnya.
  2. kondisi ekonomi, yaitu keinginan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dapat membuat seseorang atau sekelompok orang melakukan mobilitas sosial.
  3. Inkondusifitas atau tidak kondusifnya suatu wilayah juga bisa memaksa seseorang melakukan mobilitas sosial.
  4. Faktor selanjutnya juga bisa hadir dari pertambahan penduduk, yang biasanya dibarengi oleh faktor lain, seperti mulai sedikitnya lapangan kerja.
  5. Petualangan, yaitu adanya keinginan untuk melihat daerah lain, akan mendorong manusia melakukan mobilitas geografis dari satu tempat ke tempat lain. Ada juga orang yang ingin mencoba menekuni usaha dan jenis pekerjaan baru. Bila dia berhasil, maka akan meningkatkan status sosialnya di masyarakat. Sebaliknya bila tidak berhasil, maka status sosialnya akan menurun.

Saluran-Saluran Mobilitas Sosial

Menurut Pitirim A. Sorokin, dalam laman Sumber Belajar Kemendikbud, mobilitas sosial dapat dilakukan melalui beberapa saluran yang disebut sirkulasi sosial (social circulation), meliputi:

1. Angkatan Bersenjata

Angkatan bersenjata memiliki garis komando yang tegas, yang mana para prajurit harus patuh sepenuhnya pada perintah atasan. Kenaikan status seorang prajurit sangat bergantung pada kedisiplinan dan intelektualnya, sehingga keberadaannya di masyarakat sangat dihargai. Mereka dianggap sebagai pelindung masyarakat.

2. Lembaga Keagamaan

Para tokoh agama mempunyai kedudukan yang terhormat di dalam masyarakat. Mereka sering memberikan nasihat keagamaan sehingga keberadaannya lebih dihargai oleh masyarakat.

3. Lembaga Pendidikan

Sekolah merupakan sarana yang konkrit untuk melakukan gerak vertikal, bahkan dianggap sebagai perangkat sosial (social elevator) dari kedudukan yang rendah menuju kedudukan yang tinggi.

4. Organisasi Politik

Partai politik menjanjikan peluang yang besar dalam meningkatkan status sosial seorang politikus yang profesional. Aktivitasnya yang sering berorasi di depan umum dengan mengatasnamakan partai, membuat namanya terkenal, sehingga keberadaannya lebih dihargai oleh masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi status sosialnya.

5. Organisasi Ekonomi

Organisasi ini bersifat relatif terbuka dalam meningkatkan status seseorang. Seperti pada saat pemilihan Manajer Keuangan pada PT. Subur Ekonomi, beberapa orang karyawan mencalonkan diri untuk posisi yang menjanjikan itu, mereka akan gencar dalam berkampanye.

6. Organisasi Keahlian

Para profesional membentuk wadah untuk menampung aspirasi para anggotanya yang berprofesi sama. Misalnya; Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan sebagainya.

Baca juga:

  • Mengenal Apa Saja Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
  • Mengenal Apa Saja Dampak Positif dan Negatif Mobilitas Sosial
  • Rangkuman Sosiologi: Teori Mobilitas Sosial Robert MZ Lawang

Baca juga artikel terkait MOBILITAS SOSIAL atau tulisan menarik lainnya Ahmad Efendi
(tirto.id - efd/ulf)


Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Maria Ulfa
Kontributor: Ahmad Efendi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates